OPINI
Oleh : Nanang Tawaf, ST
Adanya
kejadian tragedi KMP Munawar, musibah yang tidak diinginkan oleh
komponen bangsa, siapapun dia dan dari latarbelakang manapun tentunya
tidak diharapkan oleh warga bangsa. Meskipun kejadian sudah beberapa
kali terjadi di selat yang sama dan menelan korban yang banyak tentu
harus dicarikan sebuah solusi dan SIAPA YANG SALAH. Oleh karena itu
peran petugas kapal (KMP MUNAWAR) dan pihak terkait tragedi tersebut
tidak dijadikan sebuah pelajaran dan DIJADIKAN evaluasi oleh pihak yang
berkepentingan. Saya dapat info bahwa,
penumpang yang selamat dari tragedi ini yang mengungkapkan bahwa sebelum
berangkat dari pelabuhan khayangan Lombok Timur menuju pelabuhan poto
tano Sumbawa Barat bahwa adanya kebocoran pada bagian kapal yang
ditandai air laut masuk dalam kapal… ini harus dibuktikan kebenaranya…
Pada kejadian ini tentunya saya menyatakan,
bahwa “kecelakaan KMP MUNAWAR perlu untuk di teliti secara detail
terutama penyebab kecelakaan secara failure analysis”,pemerhati material khususnya Baja Marine ini.
Dalam ilmu keteknikan kegagalan sebuah
material disebabkan oleh : kesalahan desain, kesalahan konstruksi,
material yang kurang layak, dan pemeliharaan yang kurang baik. Ke empat
faktor tersebut kalau dijabarkan menjadi penyebab kegagalan secara
ilmiah oleh ahli forensic engginering : kesalahan desain 40-60%,
kesalahan konstruksi 25-30%, material 10-15%, perawatan 5-10%. Ada
banyak alasan untuk melakukan analisa kegagalan, yaitu antara lain:
Pertama, untuk menentukan penyebab mengapa desain rusak lebih cepat
daripada harapan; Untuk menentukan apakah desain dapat diperbaiki
atau kapasitasnya ditingkatkan; Untuk menentukan bahwa salah satu konsep
yang digunakan harus diubah; Untuk melakukan rekonstruksi kondisi
kecelakaan; Untuk menentukan pihak yang bersalahan… tambah dosen UNSA
yang sedang Studi S2 Mesin yang kajiana Minornya tetentang merterial
ini…
Dugaan adanya kebocoran pada dek kapal ferry MUNAWAR yang berbahan material logam sesuai standar Biro Klasifikasi Indonesia/BKI,
(apakah sesuai standar atau tidak ?) harus melakukan observasi
terhadap kapal tersebut, karena sampai saat ini masih dilakukan
pencarian. Saya pribadi menduga bahwa adanya kebocoran pada sambungan
pelat kapal yang mengalami retak sehingga adanya penjalaran retak yang
semakin besar seiring beban dan waktu, sehingga pelat kapal tadi robek,
laju pertambahan panjang retak yang semakin besar seiring waktu dan
genangan air laut masuk ke bagian dalam kapal dan tidak dapat
terhindarkan. Beberapa indikator yang menunjukkan kerusakan pelat kapal
seperti, secara visual (cracking) dan fisik (structural failure).
Komponen akan gagal bila kondisi operasi menyebabkan besaran yang
mencapai /melampaui batas kritis sifat material, Besaran tegangan akibat
kondisi operasi lebih besar atau sama dengan sifat kritis material..
ini penting jelas Nanang.
Nanang mencontoh jika pelat kapal tersebut
mengalami retak sampai terjadinya patah (disebut patah lelah dalam
istialh mesin. red) selama operasi maka diharapkan batas lelah pelat
kapal tersebut harus memiliki nilai lebih besar daripada nilai tegangan
amplitude selama operasi dari pelat kapal tersebut. Nah, jika beban yang
dialami oleh kapal tersebut over capacity dan terjadi tegangan
jauh lebih besar daripada sifat kritis (batas lelah) material tadi maka
tidak menutup kemungkinan musibah kapal MUNAWAR terjadi juga pada kapal –
kapal lain di seluruh Indonesia. Retaknya pelat kapal perlu diselidiki
secara forensic engineering agar failure analysis dapat ditemukan untuk menghindari agar kecelakaan transportasi laut tidak terjadi lagi.
Sebagian besar kapal laut (transportasi
barang/manusia. Red) memiliki resiko kerusakan tinggi akibat serangan
karat. Karat dapat timbul selama proses produksi bagian kapal, yang
mengalami berbagai macam perlakuan antara lain : pemotongan,
pembengkokan dan pengelasan. Proses perlakuan ini akan mempengaruhi
kualitas pelat baja terutama akibat pemberian tekanan (stress) dalam proses bending pelat, dan bending line heating dalam proses pemanasan dan pendinginan..
Posisi pelat baja lambung kapal terbagi
dalam tiga bagian yaitu : (1) Selalu tercelup air (pelat lajur alas,
pelat lajur bilge, dan pelat lajur sisi sampai sarat minimal), (2)
Keluar masuk air (pelat lajur sisi kapal dari syarat minimal sampai
sarat maksimal), (3) Tidak tercelup air (pelat lajur sisi mulai dari
sarat maksimal sampai main deck). ini adalah hal mendasar terang Nanang
Konstruksi bagian kapal harus kuat agar
dapat menahan beban dari berat kapal sendiri maupun muatan, dan juga
tekanan dari luar (terutama dari air laut untuk daerah bagian lambung
kapal yang tercelup). Baja kapal (jenis MARINE) yang digunakan untuk
kapal harus mempunyai kekuatan tinggi dan sesuai dengan peraturan-peraturan Biro Klasifikasi Indonesia.
Baja yang digunakan untuk bagian lambung kapal ada dua macam yaitu baja
dengan kekuatan tarik 48 kg/mm2 – 60 kg/mm2 serta baja dengan kekuatan
tarik 50 kg/mm2 – 63 kg/mm2, selain itu juga digunakan baja tempa yang
memiliki kekauatan tarik minimal 41 kg/mm2 (BKI, 2006).
Apakah KMP MUNAWAR memiliki spesifikasi itu ? Itu pertanyaan yang masih mengelitik di kepala Nanang…
* (Dosen Teknik Mesin Universitas Samawa/mhs pascasarjana (S2) teknik mesin Univ.Brawijaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar