"Ini kebuntuan yang sebetulnya
tidak bisa ditolerir sama sekali. Sebab kalau salah paham, bagaimana
kita membiarkan salah paham menjalar menjadi bara api di sudut-sudut
sumbawa," tanya mencermati isue awal terjadinya aksi kerusuhan tersebut.
Ditegaskannya ini kegagalan kita semua, pertama kegagalan pemimpin
menjadi tauladan sehingga tak ada lagi yg di dengar. Kedua kegagalan
masyarakat karena membiarkan diri terjebak sak wasangka dan kebencian.
Ketiga, kegagalan negara (pemkab, pemprov dan kepolisian) karena absen
dalam momen penting.
"Sebagai putra daerah saya menangisi kejadian ini berulang karena
efek traumanya lama sekali akan berimbas pada saling tidak percaya di
semua bidang termasuk ekonomi," jelas Fahri, Rabu (23/01) pagi kepada
Sumbawanews.com.
Sebelumnya, upaya tokoh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa
untuk meredam aksi massa telah dilakukan. Sultan Sumbawa Muhammad
Kaharuddin, Bupati Sumbawa Jamaluddin Malik, ketua DPRD Sumbawa Farhan
Balqiah dan Dandim 1607, Selasa (22/01) sekitar pukul 15.45 wita sempat
menenangkan massa yang sedang menjarah toko Dinasti. Kedatangan Sultan
dan pejabat Sumbawa ini membuat keadaan menjadi terkendali. Namun tidak
beberapa lama setelah Sultan dan pejabat meninggalkan lokasi, penjarahan
yang diikuti pembakaran dilakukan kembali oleh ribuan massa.
Bahkan sekitar pukul 17.33
wita, Kapolda NTB mendarat menggunakan Helikopter di Kantor Bupati
Sumbawa dan langsung mengadakan rapat koordinasi di Kantor Bupati
Sumbawa. Selain dihadiri oleh jajaran Muspida Sumbawa, rapat tersebut
juga dihadiri oleh Sultan Sumbawa.(sn01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar