Sumbawa Besar, Gaung NTB – Konstribusi Perum Bulog Sub Divre Sumbawa
bagi petumbuhan ekonomi termasuk peredaran uang di daerah ini setiap
tahunnya, ternyata sangat besar. Dalam tahun ini saja (hingga akhir
Agustus), perusahaan milik Negara tersebut telah menggelontorkan dana
bagi pembelian beras petani di wilayah Sumbawa mencapai Rp 198 miliar.
Angka yang cukup fantastis.
Kepala Perum Bulog Sub Divre Sumbawa, Wahyu Sutanto MM kepada Gaung
NTB, Selasa (3/9) menyebutkan, dana yang digelontorkan hingga ratusan
miliar rupiah ini, bagian dari program Bulog dalam rangka target
pengadaan beras Tahun 2013. Pada Tahun ini Bulog Sumbawa menargetkan 50
ribu ton beras, dengan harga pembelian Rp 6.600 per kilogram.
Sejauh ini pengadaan beras sudah mencapai lebih dari 30 ribu ton yang
jika dirupiahkan hampir mencapai Rp 200 M. Artinya konstribusi Bulog
Sumbawa sangat besar, tidak hanya menstabilkan harga beras di pasaran
tapi juga mendongkrak pertumbuhan ekonomi di daerah ini. “Kami berharap
hingga Desember 2013 target pengadaan tercapai,” pintanya.
Untuk diketahui, beber Wahyu, setiap tahunnya target pengadaan beras
di Kabupaten Sumbawa meningkat. Tahun 2010 mencapai 20 ribu ton,
meningkat Tahun 2011 menjadi 23 ribu ton. Selanjutnya 2012 targetnya
38,5 ribu ton dan kini 50 ribu ton.
Disinggung soal harga pembelian beras oleh Bulog yang hanya Rp 6.600
dan dinilai masih rendah dibandingkan dengan harga di pasaran, Wahyu
mengaku sudah menjadi kebijakan pusat. Harga itu mengacu dan diatur
dalam Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras
dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.
Selain harga beras, Inpres tersebut mengatur harga gabah yaitu Gabah
Kering Giling (GKG) Rp 4.200 per kilogram, dan Gabah Kering Panen (GKP)
Rp 3.300 per kilogram. “Ini harga pembelian Bulog, tapi petani bebas
menjual hasil panennya ke pasaran jika harga naik. Sebaliknya apabila
harga turun berada di bawah harga Bulog, petani bisa menjualnya ke Bulog
dengan harga yang telah ditetapkan Inpres,” demikian Wahyu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar