Pulau Komodo, Gaung NTB – Tidak semua wartawan dapat menulis berita
tentang ekonomi dan perbankan secara baik dan benar. Hal ini disebabkan
kurang pahamnya mereka terhadap apa yang akan ditulis, sehingga
informasi yang disampaikan membuat masyarakat tidak mengerti. Tentunya
hajat untuk mempengaruhi publik dengan tulisan yang dibuat, tidak akan
tercapai. Selain itu investigasi terhadap persoalan ekonomi dan
perbankan yang terjadi di daerah akan dangkal dan tidak mendalam.
Karenanya Bank Indonesia (BI) menginisiasi digelarnya Pelatihan
Jurnalistik untuk para jurnalis di wilayah Bali-Nusra meliputi Bali,
NTB, dan NTT yang dipusatkan di Pulau Komodo Manggarai Barat, NTT, 19—21
September 2013. Sebanyak 35 wartawan dari berbagai media cetak dan
elektronik termasuk wartawan Gaung NTB–satu-satunya media lokal di Pulau
Sumbawa yang diundang mewakili media yang tersebar dari Sumbawa dan
KSB.
Pertimbangannya, media bermotto “Jangan Gentar Berkata Benar” ni
tercatat sebagai media dengan sebaran terbesar dan paling diminati.
Kepala Perwakilan BI Wilayah III Bali dan Nusra, Dwi Pranoto mengatakan, acara tersebut merupakan kegiatan silaturrahim antara BI sebagai lembaga negara dan wartawan, yang bertujuan untuk secara bersama menjalankan tugas dan saling membantu dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia. “Kami berharap pada kegiatan ini bisa terbangun opini-opini positif yang akan berpengaruh pada perkembangan ekonomi Indonesia kedepan,” harapnya.
Dengan pertemuan dan diskusi tersebut, Dwi berharap munculnya
pemahaman wartawan tentang tatacara penulisan berita ekonomi dan
keuangan. “Jika wartawan paham tentang apa yang ditulis. Maka pembaca
juga akan mudah memahaminya,” ucapnya.
Hadir dalam kegiatan itu di antaranya Deputi Direktur Komunikasi BI
Jakarta, Edi Hariyanto yang sempat menjadi narasumber dengan materi
tentang Desiminasi Kebijakan BI. Pejabat ini lebih mengajak peserta
untuk berdiskusi tentang dasar-dasar ekonomi dan perbankan. Seperti
tentang inflasi, BI Rate atau suku bunga.
Sementara itu Andi Suruji–Wartawan Ekonomi Senior Tempo yang juga CEO
Inilah.com, menegaskan untuk bisa menulis berita ekonomi yang baik,
sangat mudah dan tidak ada rumusannya yang baku. Kuncinya adalah mudah
dipahami pembaca, dan mampu menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana.
Namun sebelum membuat berita tentang ekonomi dan keuangan ini, wartawan
harus mengenali dan memahami persoalan. “Jika sudah memahaminya, kita
bisa seenaknya memberitakan persoalan dari sisi manapun. Tapi jika tidak
memahami persoalan kita akan didikte oleh narasumber yang kebetulan
ahli di bidang ekonomi dan keuangan,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar