Selasa, 24 Juli 2012

BUDAYA SUMBAWA

UPACARA NYORONG

Upacara Yang Dilupakan


Upacara Nyorong merupakan salah satu episode dari sebuah prosesi pernikahan putra-putri Sumbawa (Tau Samawa) Nusa Tenggara Barat. Upacara Nyorong ini dilaksanakan setelah Bakatoan (lamaran) pihak laki-laki diterima oleh orang tua si wanita yang kemudian diteruskan dengan acara Basaputis (memutuskan). Didalam acara Basaputis inilah ditentukan hari-hari baik untuk pelaksanaan episode-episode berikutnya dalam sebuah prosesi pernikahan masarakat Sumbawa.
Namun sekarang nilai-nilai budaya atau adat istiadat lama itu sudah mulai kabur atau paling tepat, dikaburkan, misalnya tentang sebutan dan pengertian Nyorong ini. Dibeberapa tempat di Kabupaten Sumbawa, istilah Nyorong bahkan sudah berganti sebutan dengan Sorong Serah (sebenarnya untuk etnis Sasak, Lombok). Padahal orang-orang tua dahulu tidak pernah mengenal istilah tersebut. Tidak jelas siapa yang memulai istilah ini, dan tidak seorang pun yang memberikan teguran atau meluruskan sebutan Sorong Serah ini.
Sorong Serah adalah istilah dalam prosesi pernikahan etnis Sasak sedangkan Tau Samawa hanya mengenal istilah Nyorong meliputi barang yang diantar, orang yang mengantar dan pihak yang menerima.
Meski tidak jelas siapa yang memulai dengan istilah Sorong Serah pada upacara Nyorong ini, namun bisa ditebak bahwa istilah ini datang dari Alas (tempat saya tinggal sekarang) atau Sumbawa bagian Barat. Pertama karena komunitas sasak dikawasan ini jauh jumlah lebih besar jumlahnya ketimbang dikawasan lain di Sumbawa, kecuali Labangka.Yang lebih parah lagi bahwa selain sebutan Nyorong yang sudah berganti menjadi Sorong Serah, juga kelengkapan upacara ikut berganti. Sebut saja Ratib Rabana Ode yang selalu dominan pada setiap upacara Nyorong, sudah jarang ditemui. Ratib sudah berganti dengan Kecimol sebuah kesenian sasak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar