Sumbawa Besar, Gaung NTB
Edi Kuswanto alias Anto—Ketua Adat Pekasa, akhirnya divonis 1,6 tahun
penjara. Selain itu terdakwa kasus perambahan hutan Pekasa di Kecamatan
Lunyuk ini, dibebankan denda Rp 100 juta subsider 2 bulan kurungan.
Vonis yang dijatuhkan majelis hakim yang diketuai Moch Yulihadi SH MH
ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Dicky Andi
Firmansyah SH selama 2 tahun penjara.
Pada persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Sumbawa Besar, Senin
(10/12), terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan menyakinkan melanggar
pasal 50 ayat (3) huruf a jo pasal 78 ayat (2) UU No. 41 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 19 Tahun 2004
tentang Kehutanan jo pasal 64 ayat 1 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP.
Terhadap putusan itu, terdakwa Anto yang didampingi Kuasa Hukumnya,
Wahid Jan SH langsung menyatakan banding, sedangkan JPU masih
pikir-pikir.
Pantauan Gaung NTB, suasana sidang tidak seperti biasanya. Pada
sidang-sidang sebelumnya, pengunjung selalu padat. Namun sidang putusan
kemarin, tampak lengang, hanya terlihat beberapa orang saja.
Terseretnya Anto ke ranah hokum atas dugaan perambahan hutan yang sudah
terjadi pada Tahun 1999—2011 ini berawal dari tindakannya bersama orang
tuanya Kamarullah Bin Ning masuk ke dalam Hutan Pekasa karena menganggap
hutan itu sebagai bekas perkampungan nenek moyangnya. Untuk selanjutnya
melakukan penebangan pohon di kawasan tersebut dengan tujuan dijadikan
pemukiman dan lahan pertanian. Aktivitas ini sempat ditegur Kades Jamu
dengan memanggil Kamarullah bersama beberapa orang yang diketahui asal
Desa Sebasang Moyo Hulu untuk menjelaskan bahwa Hutan Pekasa adalah
kawasan hutan lindung, sehingga merekapun paham dan meninggalkan lokasi
lalu pulang ke desanya.
Tetapi pada Tahun 2010, datang warga dari desa lain di Lunyuk serta
beberapa dari Pulau Lombok kembali membuka kawasan Pekasa seluas 2
hektar. Pembukaan lahan kawasan ini atas ijin dari terdakwa selaku Ketua
Adat Pekasa. Warga Jamu yang mengetahui aktivitas ini langsung
melaporkannya ke Dinas Kehutanan yang kemudian turun melakukan
pengecekan sekaligus memberikan pengarahan untuk meninggalkan lokasi.
Karena tidak diindahkan, Tim Gabungan (Dishut, Polisi, dan Satpol PP)
terjun ke lokasi melakukan penertiban dengan cara memusnahkan (membakar)
gubuk-gubuk di wilayah itu. Selanjutnya, mengamankan terdakwa untuk
diproses secara hokum. (Gaj)
Senin, 17 Desember 2012
Pantai Telang Lunyuk Mulai Ditata
Lunyuk, Gaung NTB
Pemerintah Desa Emang Lestari Kecamatan Lunyuk, mulai menata lokasi Pantai Teladang di wilayah setempat. Rencananya dilokasi tersebut akan dibangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang akan dikelola bersama Karang Taruna Binaan Koramil Lunyuk, sebagai sumber pendapatan desa.
Kades Emang Lestari, Sidik, mengatakan Pantai Telang ini akan ditata sedemikian rupa agar nantinya dapat menarik wisatawan lokal atau asing.
Khusus untuk TPI terangnya, pemilik tanah Masduki dan Mahidin menyatakan telah mengiklaskan tanahnya untuk dijadikan sumber pendapatan desa.
Salah satu pemilik tanah, Masduki, mengaku sangat iklas jika tanahnya bisa dijadikan sumber pemasukan yang berujung kepada kemajuan desanya. “Saya iklas tanah saya dipakai jika memang digunakan untuk kepentingan desa. Saya berharap warga lain dapat melakukan hal yang sama demi kemajuan Desa Emang Lestari,” tandasnya.
Sementara itu, Danramil Lunyuk, Kapten Triwahyono, berharap Karang Taruna dilibatkan karna nantinya bentuk pengelolaanya harus dilakukan secara transparan seperti pengelolaan TPI, penyewaan lahan berjualan, menjaga pintu masuk sekaligus menjaga wilayah pantai yang selama ini pasirnya sering diambil oleh dan dijual kepada masyarakat. “Selain dapat membuka lapangan pekerjaan, keberadaan Karang Taruna dimaksudkan juga untuk menjaga keamanan wilayah pantai. Bila perlu disekitar pantai dibangun pos keamanan,” ujarnya. (Gax)
Pemerintah Desa Emang Lestari Kecamatan Lunyuk, mulai menata lokasi Pantai Teladang di wilayah setempat. Rencananya dilokasi tersebut akan dibangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang akan dikelola bersama Karang Taruna Binaan Koramil Lunyuk, sebagai sumber pendapatan desa.
Kades Emang Lestari, Sidik, mengatakan Pantai Telang ini akan ditata sedemikian rupa agar nantinya dapat menarik wisatawan lokal atau asing.
Khusus untuk TPI terangnya, pemilik tanah Masduki dan Mahidin menyatakan telah mengiklaskan tanahnya untuk dijadikan sumber pendapatan desa.
Salah satu pemilik tanah, Masduki, mengaku sangat iklas jika tanahnya bisa dijadikan sumber pemasukan yang berujung kepada kemajuan desanya. “Saya iklas tanah saya dipakai jika memang digunakan untuk kepentingan desa. Saya berharap warga lain dapat melakukan hal yang sama demi kemajuan Desa Emang Lestari,” tandasnya.
Sementara itu, Danramil Lunyuk, Kapten Triwahyono, berharap Karang Taruna dilibatkan karna nantinya bentuk pengelolaanya harus dilakukan secara transparan seperti pengelolaan TPI, penyewaan lahan berjualan, menjaga pintu masuk sekaligus menjaga wilayah pantai yang selama ini pasirnya sering diambil oleh dan dijual kepada masyarakat. “Selain dapat membuka lapangan pekerjaan, keberadaan Karang Taruna dimaksudkan juga untuk menjaga keamanan wilayah pantai. Bila perlu disekitar pantai dibangun pos keamanan,” ujarnya. (Gax)
Meriahkan HGN dan HUT PGRI: PGRI Cabang Lunyuk Gelar Olimpiade SAINS
Lunyuk, Gaung NTB
Sebanyak 130 pelajar dari tingkat SD sampai SMA mengikuti lomba Olimpiade SAINS tingkat Kecamatan Lunyuk.
Kegiatan yang dipusatkan di SD Padasuka dan diselenggarakan itu PGRI Kecamatan Lunyuk itu, untuk memeriahkan Hari Guru Nasional (HGN) Ke 19 dan HUT PGRI ke 67.
Camat Lunyuk, Hikmawan SH,MS, dalam sambutannya menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya bagi guru. Jika hal tersebut dapat tercapai maka akan berimplikasi pada peningkatan kualitas anak didik.
Seperti pelaksanaan lomba Olimpiade SAINS ini menurutnya, merupakan salah satu sarana strategis dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Sementara itu, Ketua PGRI Cabang Lunyuk, Nurdin, S.Ag menyapaikan apresiasi kepada panitia penyelenggara serta bapak/ibu kepala sekolah Se kecamatan Lunyuk, yang telah memberikan andil besar sehingga kegiatan dimaksud dapat berjalan sukses sesuai dengan harapan.
Tentunya kegiatan ini ujarnya, bukan sebatas kegiatan serimonial namun yang terpenting mampu ditindaklanjuti dengan pembinaan terhadap potensi yang sudah ada melalui kegiatan pembekalan terhadap guru dan siswa, dan hal itu membutuhkan kerjasama semua pihak.
Karenanya, pengurus PGRI Cabang Lunyuk berencana mendatangkan tutor yang berkompeten di bidang SAINS dengan harapan kedepan siswa dari kecamatan tersebut mampu bersaing dengan siswa dari kecamatan lain.
Selain Olimpiade SAINS, pengurus PGRI Cabang Lunyuk, pada tahun ini telah melaksanakan kegiatan olahraga yang diikuti guru PNS dan GTT Se Kecamatan Lunyuk, memperebutkan piala bergilir ketua PGRI cabang setempat.
Tak hanya itu, sebagai bentuk kepedulian guru terhadap masyarakat yang kurang mampu, PGRI Cabang Lunyuk menyalurkan baju layak pakai. (Gax)
Sebanyak 130 pelajar dari tingkat SD sampai SMA mengikuti lomba Olimpiade SAINS tingkat Kecamatan Lunyuk.
Kegiatan yang dipusatkan di SD Padasuka dan diselenggarakan itu PGRI Kecamatan Lunyuk itu, untuk memeriahkan Hari Guru Nasional (HGN) Ke 19 dan HUT PGRI ke 67.
Camat Lunyuk, Hikmawan SH,MS, dalam sambutannya menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya bagi guru. Jika hal tersebut dapat tercapai maka akan berimplikasi pada peningkatan kualitas anak didik.
Seperti pelaksanaan lomba Olimpiade SAINS ini menurutnya, merupakan salah satu sarana strategis dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Sementara itu, Ketua PGRI Cabang Lunyuk, Nurdin, S.Ag menyapaikan apresiasi kepada panitia penyelenggara serta bapak/ibu kepala sekolah Se kecamatan Lunyuk, yang telah memberikan andil besar sehingga kegiatan dimaksud dapat berjalan sukses sesuai dengan harapan.
Tentunya kegiatan ini ujarnya, bukan sebatas kegiatan serimonial namun yang terpenting mampu ditindaklanjuti dengan pembinaan terhadap potensi yang sudah ada melalui kegiatan pembekalan terhadap guru dan siswa, dan hal itu membutuhkan kerjasama semua pihak.
Karenanya, pengurus PGRI Cabang Lunyuk berencana mendatangkan tutor yang berkompeten di bidang SAINS dengan harapan kedepan siswa dari kecamatan tersebut mampu bersaing dengan siswa dari kecamatan lain.
Selain Olimpiade SAINS, pengurus PGRI Cabang Lunyuk, pada tahun ini telah melaksanakan kegiatan olahraga yang diikuti guru PNS dan GTT Se Kecamatan Lunyuk, memperebutkan piala bergilir ketua PGRI cabang setempat.
Tak hanya itu, sebagai bentuk kepedulian guru terhadap masyarakat yang kurang mampu, PGRI Cabang Lunyuk menyalurkan baju layak pakai. (Gax)
Dinilai Banyak Penyimpangan, Warga Jamu Ancam Lapor Kejaksaan
Sumbawa Besar, Gaung NTB
Warga Dusun Jamu mengancam akan melaporkan kasus dugaan penyimpangan yang terjadi pada Program KAT Dusun Jamu Kecamatan Lunyuk kepada pihak Kejaksanaan Negeri Sumbawa.
Disampaikan Aris Munandar dari LSM Garuda selaku pendamping Warga Jamu, saat beraudiensi dengan Komisi IVB DPRD Sumbawa Senin (3/12) bahwa apabila apa yang menjadi tuntutan masyarakat terkait dengan masalah Jadup tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, maka mereka akan melaporkan penyimpangan dalam pelaksanaan program KAT di Dusun Jamu kepada kejaksaan.
Untuk diketahui kata Aris, bahwa sesungguhnya ada banyak item pekerjaan yang tidak dikerjakan dalam program tersebut yang mestinya dikerjkan sesuai dengan yang tertuang dalam buku saku program KAT, diantaranya tidak dikerjakannya dalam lingkungan, fasilitas air bersih dan beberapa item pekerjaan yang lain.
Terkait dengan ancaman tersebut, Ketua Komisi IV Sambirang Ahmadi SAg MSi, menyatakan bahwa masalah ancaman akan dilaporkan kepada kejaksaan, tidak ada masalah, karena itu merupakan hal dan domain dari masyarakat.
“Kalau mau dilaporkan kepada kejaksaan silahkan saja, itu hak masyarakat,” jelasnya.
Namun yang menjadi kewenangan Komisi IV dalam masalah ini adalah bagaimana membangun kebersamaan dan solidaritas antara pemerintah dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan masyarakat sehingga tidak timbul masalah.
Proses hukum terhadap masalah ini juga penting kata Sambirang, untuk menjadi pelajaran bagi pihak-pihak yang tidak melakasanakan pekerjaan sesuai dengan aturan.
“Kami tidak mempersoalkan kalau masalah KAT ini dibawa ke ranah hukum, karena itu domain masyarakat diluar kewenangan dan tanggujawab Komisi IV DRPD Sumbawa, “ demikian Sambirang Ahmadi. (Gac)
Warga Dusun Jamu mengancam akan melaporkan kasus dugaan penyimpangan yang terjadi pada Program KAT Dusun Jamu Kecamatan Lunyuk kepada pihak Kejaksanaan Negeri Sumbawa.
Disampaikan Aris Munandar dari LSM Garuda selaku pendamping Warga Jamu, saat beraudiensi dengan Komisi IVB DPRD Sumbawa Senin (3/12) bahwa apabila apa yang menjadi tuntutan masyarakat terkait dengan masalah Jadup tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, maka mereka akan melaporkan penyimpangan dalam pelaksanaan program KAT di Dusun Jamu kepada kejaksaan.
Untuk diketahui kata Aris, bahwa sesungguhnya ada banyak item pekerjaan yang tidak dikerjakan dalam program tersebut yang mestinya dikerjkan sesuai dengan yang tertuang dalam buku saku program KAT, diantaranya tidak dikerjakannya dalam lingkungan, fasilitas air bersih dan beberapa item pekerjaan yang lain.
Terkait dengan ancaman tersebut, Ketua Komisi IV Sambirang Ahmadi SAg MSi, menyatakan bahwa masalah ancaman akan dilaporkan kepada kejaksaan, tidak ada masalah, karena itu merupakan hal dan domain dari masyarakat.
“Kalau mau dilaporkan kepada kejaksaan silahkan saja, itu hak masyarakat,” jelasnya.
Namun yang menjadi kewenangan Komisi IV dalam masalah ini adalah bagaimana membangun kebersamaan dan solidaritas antara pemerintah dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan masyarakat sehingga tidak timbul masalah.
Proses hukum terhadap masalah ini juga penting kata Sambirang, untuk menjadi pelajaran bagi pihak-pihak yang tidak melakasanakan pekerjaan sesuai dengan aturan.
“Kami tidak mempersoalkan kalau masalah KAT ini dibawa ke ranah hukum, karena itu domain masyarakat diluar kewenangan dan tanggujawab Komisi IV DRPD Sumbawa, “ demikian Sambirang Ahmadi. (Gac)
Warga Dusun Jamu Lapor Persoalan Jadup ke Dewan
Sumbawa Besar, Gaung NTB
Warga Dusun Jamu Desa Jamu Kecamatan Lunyuk kembali mendatangi Komisi IV DPRD Sumbawa, Senin, karena jatah hidup (Jadup) yang belum tuntas diberikan oleh pemerintah melalui Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa. Puluhan warga Jamu didampingi oleh LSM Garuda.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Ketua Komisi IV Sambirang Ahmadi SAg dan didampingi sejumlah anggota diungkapkan bahwa Jadup tersebut merupakan jatah 6 bulan kedua pada program Komunitas Adat Terpencil (KAT) tahun 2011 lalu. Dari 1,2 juta untuk 6 bulan per warga, yang diberikan kepada masyarakat hanya Rp 700 ribu, sementara sisanya tidak diberikan dengan berbagai alasan.
Selain masalah Jadup mereka juga mempersoalkan masalah tanah sebagai tempat relokasi warga yang belum dibayar oleh pemerintah.
Ketua LSM Garuda, Aris Munandar mewakili warga Dusun Jamu, menyatakan pemerintah melalui dinas sosial belum merealisasikan apa yang menjadi tuntutan masyarakat khususnya menyangkut masalah jadup.
Disamping itu dia juga mempersoalkan Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa yang tidak transparan karena juklak dan juknis program KAT yang dimintannya tidak dapat diberikan dengan alasah tidak ada.
Sementara itu, Kabid Pengembangan Kesejahtaraan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa, Drs Sulaiman, menjelaskan bahwa program KAT di Desa Jamu pada tahun 2011 merupakan program Tugas Pembantuan (TP) Kementrian Sosial yang disalurkan kepada Pemerintah Provinsi melalui Dinas Sosial Kesejahteraan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTB.
Pada awalnya program KAT tersebut tidak bermasalah namun dalam perjalanannya menjelang selesai program timbul masalah terkait dengan masalah jatah hidup.
Dijelaskan Sulaiman, bahwa berdasarkan pemahaman pihak Dinas Sosial Sumbawa masalah KAT di Dusun Jamu telah tuntas dan tidak ada permasalah lagi, hal ini katanya, sesuai dengan hasil pertemuan terakhir di Kantor Camat Lunyuk yang dihadiri oleh Muspika dan seluruh warga penerima Program KAT di Dusun Jamu, termasuk masalah Jadup.
Sulaiman juga menjelaskan bahwa program KAT tahun 2011 dikelola langsung oleh Dinas Sosial Provinsi, sementara Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa hanya mendampingi saat tim monitoring turun dari Provinsi.
Menyinggung masalah juklak dan juknis yang diminta, menurut Sulaiman memang tidak dipegang oleh Dinas Sosial Sumbawa tetapi ada di Dinas Sosial Provinsi sebagai pelaksana program.
Diintimidasi Oknum Aparat
Sementara itu Zaenul warga Dusun Jamu, menyatakan bahwa masalah Jadup ini belum tuntas, karena masih tersisa Rp 500 ribu per warga.
Ada pun kesepakatan warga dengan camat yang menyatakan hasil pertemuan itu tidak ada lagi masalah, menurut Zaenul hal itu tidak benar karena keputusan yang diambil camat saat itu dibawah tekanan dan masih ada masalah yang mesti harus dibicarakan termasuk masalah jadup. Namun karena diintimidasi oleh salah seorang oknum aparat dalam pertemuan itu sehingga masyarakat terpaksa menyatakan tidak ada masalah lagi dengan program KAT.
Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Sumbawa, Sambirang Ahmadi SAg MSi, yang memimpin pertemuan menjelaskan bahwa program KAT merupakan program Tugas Pembantuan dari dana APBN yang dikelola oleh Dinas Sosisial Provinsi, sehingga masalah ini harus dibicarakan dengan mereka, dan menjadi tugas Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa untuk menyampaikan apa yang menjadi harapan masyarakat.
“Kalau memang betul ada hak bapak-bapak yang belum dituntaskan, maka harus diberikan,” kata Sambirang.
Sementara itu, Muhammad Thalib SH, menyatakan sangat menyayangkan masih adanya intimadasi dari oknum aparat.
“Kalau memang betul masih ada pola intimidasi dan tekanan kepada masyarakat, ini ada hal yang luar biasa terjadi di era modern sekarang ini,” tandasnya.
Mestinya kata M Thalib, aparat dalam hal ini tidak boleh terlibat aparat dalam masalah seperti ini apalagi ini negara demokrasi, aparat hanya mengawasi dari sisi keamanan dan keteriban saja.
“Mestinya aparat itu cukup hadir dan memantau saja dalam pertemuan tidak boleh mengintimidasi masyarakat,” katanya.
Karena tidak menemui penyelesaikan akhirnya Komisi IV DRPD Sumbwa akan menggerlar pertemuan lanjutan pada hari Rabu (05/12) dengan menghadirkan seluruh pihak terkait sehingga masalah KAT di Dusun Jamu tuntas. (Gac)
Warga Dusun Jamu Desa Jamu Kecamatan Lunyuk kembali mendatangi Komisi IV DPRD Sumbawa, Senin, karena jatah hidup (Jadup) yang belum tuntas diberikan oleh pemerintah melalui Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa. Puluhan warga Jamu didampingi oleh LSM Garuda.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Ketua Komisi IV Sambirang Ahmadi SAg dan didampingi sejumlah anggota diungkapkan bahwa Jadup tersebut merupakan jatah 6 bulan kedua pada program Komunitas Adat Terpencil (KAT) tahun 2011 lalu. Dari 1,2 juta untuk 6 bulan per warga, yang diberikan kepada masyarakat hanya Rp 700 ribu, sementara sisanya tidak diberikan dengan berbagai alasan.
Selain masalah Jadup mereka juga mempersoalkan masalah tanah sebagai tempat relokasi warga yang belum dibayar oleh pemerintah.
Ketua LSM Garuda, Aris Munandar mewakili warga Dusun Jamu, menyatakan pemerintah melalui dinas sosial belum merealisasikan apa yang menjadi tuntutan masyarakat khususnya menyangkut masalah jadup.
Disamping itu dia juga mempersoalkan Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa yang tidak transparan karena juklak dan juknis program KAT yang dimintannya tidak dapat diberikan dengan alasah tidak ada.
Sementara itu, Kabid Pengembangan Kesejahtaraan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa, Drs Sulaiman, menjelaskan bahwa program KAT di Desa Jamu pada tahun 2011 merupakan program Tugas Pembantuan (TP) Kementrian Sosial yang disalurkan kepada Pemerintah Provinsi melalui Dinas Sosial Kesejahteraan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTB.
Pada awalnya program KAT tersebut tidak bermasalah namun dalam perjalanannya menjelang selesai program timbul masalah terkait dengan masalah jatah hidup.
Dijelaskan Sulaiman, bahwa berdasarkan pemahaman pihak Dinas Sosial Sumbawa masalah KAT di Dusun Jamu telah tuntas dan tidak ada permasalah lagi, hal ini katanya, sesuai dengan hasil pertemuan terakhir di Kantor Camat Lunyuk yang dihadiri oleh Muspika dan seluruh warga penerima Program KAT di Dusun Jamu, termasuk masalah Jadup.
Sulaiman juga menjelaskan bahwa program KAT tahun 2011 dikelola langsung oleh Dinas Sosial Provinsi, sementara Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa hanya mendampingi saat tim monitoring turun dari Provinsi.
Menyinggung masalah juklak dan juknis yang diminta, menurut Sulaiman memang tidak dipegang oleh Dinas Sosial Sumbawa tetapi ada di Dinas Sosial Provinsi sebagai pelaksana program.
Diintimidasi Oknum Aparat
Sementara itu Zaenul warga Dusun Jamu, menyatakan bahwa masalah Jadup ini belum tuntas, karena masih tersisa Rp 500 ribu per warga.
Ada pun kesepakatan warga dengan camat yang menyatakan hasil pertemuan itu tidak ada lagi masalah, menurut Zaenul hal itu tidak benar karena keputusan yang diambil camat saat itu dibawah tekanan dan masih ada masalah yang mesti harus dibicarakan termasuk masalah jadup. Namun karena diintimidasi oleh salah seorang oknum aparat dalam pertemuan itu sehingga masyarakat terpaksa menyatakan tidak ada masalah lagi dengan program KAT.
Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Sumbawa, Sambirang Ahmadi SAg MSi, yang memimpin pertemuan menjelaskan bahwa program KAT merupakan program Tugas Pembantuan dari dana APBN yang dikelola oleh Dinas Sosisial Provinsi, sehingga masalah ini harus dibicarakan dengan mereka, dan menjadi tugas Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa untuk menyampaikan apa yang menjadi harapan masyarakat.
“Kalau memang betul ada hak bapak-bapak yang belum dituntaskan, maka harus diberikan,” kata Sambirang.
Sementara itu, Muhammad Thalib SH, menyatakan sangat menyayangkan masih adanya intimadasi dari oknum aparat.
“Kalau memang betul masih ada pola intimidasi dan tekanan kepada masyarakat, ini ada hal yang luar biasa terjadi di era modern sekarang ini,” tandasnya.
Mestinya kata M Thalib, aparat dalam hal ini tidak boleh terlibat aparat dalam masalah seperti ini apalagi ini negara demokrasi, aparat hanya mengawasi dari sisi keamanan dan keteriban saja.
“Mestinya aparat itu cukup hadir dan memantau saja dalam pertemuan tidak boleh mengintimidasi masyarakat,” katanya.
Karena tidak menemui penyelesaikan akhirnya Komisi IV DRPD Sumbwa akan menggerlar pertemuan lanjutan pada hari Rabu (05/12) dengan menghadirkan seluruh pihak terkait sehingga masalah KAT di Dusun Jamu tuntas. (Gac)
Mobil Terbalik, 18 Penumpang Terluka, 6 Orang Jalani Operasi di RSUD
Lunyuk, Gaung NTB
Belasan penumpang mobil Ranger menderita luka serius. Kondisi ini terjadi setelah mobil yang dikemudikan Wayan Sarda ini terbalik di ruas jalan Liang Bage Kecamatan Lunyuk, Minggu (2/12) malam sekitar pukul 18.00 Wita.
Enam orang di antaranya terpaksa dirujuk ke RSUD Sumbawa dan siap menjalani operasi atas luka dalam yang dialami. Keenamnya adalah Sukri, Kadek Dwi, Wayan Putri, Tagel, Wayan Tika, dan Ketut Kanti—semuanya warga Desa Sukamaju.
Anggota DPRD Sumbawa asal Lunyuk, I Made Oka yang ditemui Gaung NTB ketika menjenguk warganya, mengakui adanya kecelakaan tersebut. Musibah ini terjadi, ungkap Oka–akrab politisi Golkar yang sangat dekat dengan warganya ini, saat sejumlah korban pulang menanam jagung dari Sampar Goal menuju Sukamaju. Memasuki wilayah Liang Bage, mobil yang ditumpangi sekitar 18 orang warga ini turun brem. Karena brem berada jauh lebih rendah dari aspal, ditambah dengan jumlah penumpangyang cukup banyak, mobil tersebut hilang keseimbangan. Seketika terbalik dan semua penumpang tumpah. Para penumpang yang terluka dilarikan ke Puskesmas untuk mendapat perawatan medis, termasuk 6 lainnya yang cukup parah terpaksa dirujuk ke RSUD Sumbawa guna penanganan secara intensif. Sedangkan sopir mobil, diamankan di Polsek Lunyuk untuk dimintai keterangan terkait kecelakaan itu. “Ini musibah yang bisa menimpa siapa saja. Harapan saya, mereka yang terluka dapat tertangani medis secara baik sehingga dapat sehat kembali dan bekerja menyongsong masa depannya,” ujar Oka. (Gaj)
Belasan penumpang mobil Ranger menderita luka serius. Kondisi ini terjadi setelah mobil yang dikemudikan Wayan Sarda ini terbalik di ruas jalan Liang Bage Kecamatan Lunyuk, Minggu (2/12) malam sekitar pukul 18.00 Wita.
Enam orang di antaranya terpaksa dirujuk ke RSUD Sumbawa dan siap menjalani operasi atas luka dalam yang dialami. Keenamnya adalah Sukri, Kadek Dwi, Wayan Putri, Tagel, Wayan Tika, dan Ketut Kanti—semuanya warga Desa Sukamaju.
Anggota DPRD Sumbawa asal Lunyuk, I Made Oka yang ditemui Gaung NTB ketika menjenguk warganya, mengakui adanya kecelakaan tersebut. Musibah ini terjadi, ungkap Oka–akrab politisi Golkar yang sangat dekat dengan warganya ini, saat sejumlah korban pulang menanam jagung dari Sampar Goal menuju Sukamaju. Memasuki wilayah Liang Bage, mobil yang ditumpangi sekitar 18 orang warga ini turun brem. Karena brem berada jauh lebih rendah dari aspal, ditambah dengan jumlah penumpangyang cukup banyak, mobil tersebut hilang keseimbangan. Seketika terbalik dan semua penumpang tumpah. Para penumpang yang terluka dilarikan ke Puskesmas untuk mendapat perawatan medis, termasuk 6 lainnya yang cukup parah terpaksa dirujuk ke RSUD Sumbawa guna penanganan secara intensif. Sedangkan sopir mobil, diamankan di Polsek Lunyuk untuk dimintai keterangan terkait kecelakaan itu. “Ini musibah yang bisa menimpa siapa saja. Harapan saya, mereka yang terluka dapat tertangani medis secara baik sehingga dapat sehat kembali dan bekerja menyongsong masa depannya,” ujar Oka. (Gaj)
Senin, 03 Desember 2012
Pemeliharaan Bandara Perintis Lunyuk Diusulkan ke Pemprov
Sumbawa, PSnews – Pemda Sumbawa mengusulkan
pemeliharaan bandara perintis di Kecamatan Lunyuk ke Pemprov NTB. Hal
ini dianggap relevan, sebab Pemda Sumbawa tidak memiliki anggaran yang
cukup. Di samping itu, usulan yang sama juga dilakukan bersama Pemprov
ke Pemerintah Pusat dan PT Angkasa Pura.
Menurut Kepala Bappeda Sumbawa, Lalu Suharmaji, pemeliharaan bandara perintis yang hanya bisa melayani pesawat jenis missionaris tersebut, sangat urgen untuk mendekatkan pelayanan transportasi dalam mendukung kelancaran investasi di lingkar Selatan Sumbawa.
Bappeda, sambungnya, telah mengusulkan pembersihan lahan agar ditanggulangi Pemprop NTB untuk dapat dioperasikan.
“Targetnya 2014 bandara itu bisa dioperasikan,” ujar Lalu Suharmaji.
Disamping itu, lingkar selatan merupakan kawasan strategis yang selalu dilirik investor, namun akses transportasinya terkendala dengan topografi wilayah yang didominasi hutan belantara.
Suharmaji mengungkapkan, kondisi terkini bandara tersebut dipenuhi semak belukar, dengan keadaan aspal yang terangkat. Jika bandara itu bisa diperbaiki, maka akan lebih baik dari bandara yang ada di Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat. (PSb)
Menurut Kepala Bappeda Sumbawa, Lalu Suharmaji, pemeliharaan bandara perintis yang hanya bisa melayani pesawat jenis missionaris tersebut, sangat urgen untuk mendekatkan pelayanan transportasi dalam mendukung kelancaran investasi di lingkar Selatan Sumbawa.
Bappeda, sambungnya, telah mengusulkan pembersihan lahan agar ditanggulangi Pemprop NTB untuk dapat dioperasikan.
“Targetnya 2014 bandara itu bisa dioperasikan,” ujar Lalu Suharmaji.
Disamping itu, lingkar selatan merupakan kawasan strategis yang selalu dilirik investor, namun akses transportasinya terkendala dengan topografi wilayah yang didominasi hutan belantara.
Suharmaji mengungkapkan, kondisi terkini bandara tersebut dipenuhi semak belukar, dengan keadaan aspal yang terangkat. Jika bandara itu bisa diperbaiki, maka akan lebih baik dari bandara yang ada di Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat. (PSb)
Desa Perung Bagikan Dana CSR Newmont ke Tiap Dusun
Lunyuk, Gaung NTB
Desa Perung Kecamatan Lunyuk belum lama ini membagikan bantuan dana CSR (Coorporate Social Responbility) dari PTNNT sebesar Rp 50 juta kepada 4 dusun yang berada di wilayahnya.
Kades Perung, Saburuddin kepada Gaung NTB, Rabu (31/10), menyebutkan, dana bantuan sebagai bentuk perhatian PTNNT dalam melaksanakan kegiatan eksplorasinya di Dodo Rinti ini dibagi habis kepada semua dusun di wilayah Perung. Masing-masing dusun mendapat Rp 11.675.000, ditambah dengan bantuan untuk Karang Taruna Desa Perung Rp 3,5 juta. “Semua dibagi habis, untuk dana operasional tidak ada karena ini bantuan murni untuk masyarakat dan saya hanya menyampaikan saja selebihnya masing-masing dusun yang mengelola dana itu,” tandasnya.
Untuk diketahui, penyerahan dana itu disaksikan
khalayak termasuk Camat Lunyuk, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Jatah Karang Taruna Desa Perung sebesar Rp 3,5 juta digunakan untuk pemasangan instalasi listrik di tempat pencucian mobil, karena sebelumnya alat pencucian mobil yang ada saat ini juga bantuan dari PTNNT. Sedangkan lahan tempat usaha itu milik Desa Perung.
Sementara masing-masing pengalokasian bantuan itu tergantung kebutuhannya. Seperti Dusun Mekarsari digunakan untuk pembelian alat kesenian Kecimol , Dusun Sumbersari untuk pembangunan TPQ yang saat ini tahap pengerjaan pondasi, Dusun Aiketapang untuk pembangunan Masjid, dan Dusun Perung untuk pembelian tanah perluasan Gedung Serbaguna.
Dana bantuan dari PTNNT yang diberikan pada Desa Perung tersebut telah melalui proses pengajuan dari masing-masing dusun yang mengajukan Rencana Anggaran Belanja Dusun. “Kami harap bantuan ini tidak disalahgunakan dan diperuntukkan sesuai dengan rencana pengajuan,” ujarnya.
Ia juga berharap masyarakat Perung mendukung keberadaan PTNNT dengan tetap menjaga kondusifitas dan tidak terpancing provokasi yang mengganggu iklim investasi. “Jangan terpengaruh dengan isu tentang tenaga kerja ataupun apa saja yang berhububungan dengan keberadaan PTNNT, apa yang dilakukan PTNNT saat ini membuktikan perusahaan itu memberikan perhatiannya kepada masyarakat Desa Perung khususnya dan semua desa yang berada di Kecamatan Lunyuk, meski PTNNT di Dodo belum berproduksi,” ujarnya.
Di tempat yang sama Camat Lunyuk diwakili Kasi Pemerintahan, Mursal S.Pd, mengatakan, bantuan melalui program CSR ini sebagai bentuk kerjasama yang baik antara kecamatan, desa dan PTNNT.
Bantuan ini juga wujud komitmen perusahaan untuk memberikan asas manfaat keberadaannya bagi masyarakat dan daerah terutama di Desa Perung.
Atas nama masyarakat Lunyuk dan Desa Perung, Ia menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada PT NNT, dan berharap bantuan tersebut bukan yang pertama sekaligus yang terakhir kalinya, agar kegiatan masyarakat maupun pembangunan di desa dapat terus berkesinambungan. (ADV)
Desa Perung Kecamatan Lunyuk belum lama ini membagikan bantuan dana CSR (Coorporate Social Responbility) dari PTNNT sebesar Rp 50 juta kepada 4 dusun yang berada di wilayahnya.
Kades Perung, Saburuddin kepada Gaung NTB, Rabu (31/10), menyebutkan, dana bantuan sebagai bentuk perhatian PTNNT dalam melaksanakan kegiatan eksplorasinya di Dodo Rinti ini dibagi habis kepada semua dusun di wilayah Perung. Masing-masing dusun mendapat Rp 11.675.000, ditambah dengan bantuan untuk Karang Taruna Desa Perung Rp 3,5 juta. “Semua dibagi habis, untuk dana operasional tidak ada karena ini bantuan murni untuk masyarakat dan saya hanya menyampaikan saja selebihnya masing-masing dusun yang mengelola dana itu,” tandasnya.
Untuk diketahui, penyerahan dana itu disaksikan
khalayak termasuk Camat Lunyuk, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Jatah Karang Taruna Desa Perung sebesar Rp 3,5 juta digunakan untuk pemasangan instalasi listrik di tempat pencucian mobil, karena sebelumnya alat pencucian mobil yang ada saat ini juga bantuan dari PTNNT. Sedangkan lahan tempat usaha itu milik Desa Perung.
Sementara masing-masing pengalokasian bantuan itu tergantung kebutuhannya. Seperti Dusun Mekarsari digunakan untuk pembelian alat kesenian Kecimol , Dusun Sumbersari untuk pembangunan TPQ yang saat ini tahap pengerjaan pondasi, Dusun Aiketapang untuk pembangunan Masjid, dan Dusun Perung untuk pembelian tanah perluasan Gedung Serbaguna.
Dana bantuan dari PTNNT yang diberikan pada Desa Perung tersebut telah melalui proses pengajuan dari masing-masing dusun yang mengajukan Rencana Anggaran Belanja Dusun. “Kami harap bantuan ini tidak disalahgunakan dan diperuntukkan sesuai dengan rencana pengajuan,” ujarnya.
Ia juga berharap masyarakat Perung mendukung keberadaan PTNNT dengan tetap menjaga kondusifitas dan tidak terpancing provokasi yang mengganggu iklim investasi. “Jangan terpengaruh dengan isu tentang tenaga kerja ataupun apa saja yang berhububungan dengan keberadaan PTNNT, apa yang dilakukan PTNNT saat ini membuktikan perusahaan itu memberikan perhatiannya kepada masyarakat Desa Perung khususnya dan semua desa yang berada di Kecamatan Lunyuk, meski PTNNT di Dodo belum berproduksi,” ujarnya.
Di tempat yang sama Camat Lunyuk diwakili Kasi Pemerintahan, Mursal S.Pd, mengatakan, bantuan melalui program CSR ini sebagai bentuk kerjasama yang baik antara kecamatan, desa dan PTNNT.
Bantuan ini juga wujud komitmen perusahaan untuk memberikan asas manfaat keberadaannya bagi masyarakat dan daerah terutama di Desa Perung.
Atas nama masyarakat Lunyuk dan Desa Perung, Ia menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada PT NNT, dan berharap bantuan tersebut bukan yang pertama sekaligus yang terakhir kalinya, agar kegiatan masyarakat maupun pembangunan di desa dapat terus berkesinambungan. (ADV)
Bahaya Penggunaan Air Raksa Dalam Penambangan Emas Tradisional
oleh NURUL FAHMI
Mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia – Jogyakarta
Beberapa bulan yang lalu kita sempat dikejutkan dengan di temukannya bukit atau gunung Labaong yang didalamnya terdapat kandungan emas . bukit atau gunung ini terletak di desa Hijrah , kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa NTB. Seperti yang kita ketahui sebelumnya , mayoritas masyarakat sekitar adalah petani, bahkan semenjak peristiwa tersebut tidak sedikit petani atau masyarakat yang lebih memilih mencari emas dari pada menggarap sawah , karena menurut mereka hasil yang didapatkan dari mencari emas lebih banyak dari pada hasil yang didapatkan dari menggarap sawah.
Tidak hanya masyarakat sekitar saja yang datang mencari emas di bukit Labaong ,bahkan masyarakat yang dari luar pulau Sumbawa pun banyak berdatangan ke bukit Labaong. Peristiwa tersebut juga sempat membuat peredaran uang di daerah ini perkembang pesat . di sepanjang jalan kita pasti banyak mememukan tempat tempat pengolahan emas .Yang oleh masyarakat sekitar di kenal dengan sebutan “tempat gelondong”. di sepanjang sungai atau tanggul dan di sekitar sawah sawah terdapat tempat gelondong. Gelondong tersebut bekerja 24 jam, nonstop . bahkan tidak sedikit juga tempat gelondong tersebut berada di halaman rumah rumah warga yang ada di lingkungan kampung.
Penambangan tersebut menggunakan merkuri atau air raksa. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti tentang sangat berbahaya nya penggunaan merkuri atau air raksa tersebut. Oleh karena itu melalui tulisan saya ini . saya ingin memaparkan sedikit tentang merkuri atau air raksa serta bahaya penggunaan raksa atau merkuri dalam penambangan emas.
Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80 dan berat atom 200,6. Merkuti merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan endapan mineral biji dari logam logam berat.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh merkuri antara lain gangguan system syaraf, gejalanya antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal,serta kerusakan mukosa usus.
Yang lebih menggemparkan lagi yaitu penyakit yang pertama kali ditemukan kasusnya di Jepang, yaitu penyakit minamata atau Sindrom Minamata yang korbanya adalah penduduk yang tinggal di wilayah sekitar pesisir minamata, yaitu provinsi Kumamoto dan Kagoshima. Syindrom minamata ini adalah sindrom kelainan fungsi syaraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
Gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki dan tangan, lemas- lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkat akut gejala ini biasanya memburuk serta disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya meninggal dunia.
Penambangan emas merupakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat , namun demikian penambangan emas juga akan merugikan apabila dalam pelaksanaan nya tampa diikuti dengan proses pengolahan limbah hasil pengelolaan biji emas secara baik, akibat yang ditimbulkan dari pembuangan merkuri pada air tanah maupun aliran sungai, akan masuk dalam rantai makanan baik melalui hewan maupun tumbuhan yang pada akhirnya akan sampai pada tubuh manusia.
Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan kepedulian terhadap lingkungan kita, agar supaya kehidupan kita lebih terjaga. Tidak semata mata untuk mendapatkan kesenangan sesaat saja. Tapi kita juga memikirkan kehidupan yang akan datang demi terujudnya kehidupan yang sehat dan sejahtera, khususnya masyarakat Samawa. Seperti semboyan kita “Samawa, Sabalong Samalewa”. J
Mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia – Jogyakarta
Beberapa bulan yang lalu kita sempat dikejutkan dengan di temukannya bukit atau gunung Labaong yang didalamnya terdapat kandungan emas . bukit atau gunung ini terletak di desa Hijrah , kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa NTB. Seperti yang kita ketahui sebelumnya , mayoritas masyarakat sekitar adalah petani, bahkan semenjak peristiwa tersebut tidak sedikit petani atau masyarakat yang lebih memilih mencari emas dari pada menggarap sawah , karena menurut mereka hasil yang didapatkan dari mencari emas lebih banyak dari pada hasil yang didapatkan dari menggarap sawah.
Tidak hanya masyarakat sekitar saja yang datang mencari emas di bukit Labaong ,bahkan masyarakat yang dari luar pulau Sumbawa pun banyak berdatangan ke bukit Labaong. Peristiwa tersebut juga sempat membuat peredaran uang di daerah ini perkembang pesat . di sepanjang jalan kita pasti banyak mememukan tempat tempat pengolahan emas .Yang oleh masyarakat sekitar di kenal dengan sebutan “tempat gelondong”. di sepanjang sungai atau tanggul dan di sekitar sawah sawah terdapat tempat gelondong. Gelondong tersebut bekerja 24 jam, nonstop . bahkan tidak sedikit juga tempat gelondong tersebut berada di halaman rumah rumah warga yang ada di lingkungan kampung.
Penambangan tersebut menggunakan merkuri atau air raksa. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti tentang sangat berbahaya nya penggunaan merkuri atau air raksa tersebut. Oleh karena itu melalui tulisan saya ini . saya ingin memaparkan sedikit tentang merkuri atau air raksa serta bahaya penggunaan raksa atau merkuri dalam penambangan emas.
Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80 dan berat atom 200,6. Merkuti merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan endapan mineral biji dari logam logam berat.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh merkuri antara lain gangguan system syaraf, gejalanya antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal,serta kerusakan mukosa usus.
Yang lebih menggemparkan lagi yaitu penyakit yang pertama kali ditemukan kasusnya di Jepang, yaitu penyakit minamata atau Sindrom Minamata yang korbanya adalah penduduk yang tinggal di wilayah sekitar pesisir minamata, yaitu provinsi Kumamoto dan Kagoshima. Syindrom minamata ini adalah sindrom kelainan fungsi syaraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
Gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki dan tangan, lemas- lemas, penyempitan sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkat akut gejala ini biasanya memburuk serta disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya meninggal dunia.
Penambangan emas merupakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat , namun demikian penambangan emas juga akan merugikan apabila dalam pelaksanaan nya tampa diikuti dengan proses pengolahan limbah hasil pengelolaan biji emas secara baik, akibat yang ditimbulkan dari pembuangan merkuri pada air tanah maupun aliran sungai, akan masuk dalam rantai makanan baik melalui hewan maupun tumbuhan yang pada akhirnya akan sampai pada tubuh manusia.
Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan kepedulian terhadap lingkungan kita, agar supaya kehidupan kita lebih terjaga. Tidak semata mata untuk mendapatkan kesenangan sesaat saja. Tapi kita juga memikirkan kehidupan yang akan datang demi terujudnya kehidupan yang sehat dan sejahtera, khususnya masyarakat Samawa. Seperti semboyan kita “Samawa, Sabalong Samalewa”. J
Dua Pelajar Diringkus Polisi, Salah Satunya Residivis
Lunyuk, Gaung NTB
AS (18) sepertinya tidak pernah kapok. Baru dua bulan lalu menghirup udara bebas setelah mendekam di balik jeruji besi selama beberapa bulan, kini pelajar SMA di Lunyuk ini kembali berurusan dengan aparat kepolisian.
Pelajar yang duduk di bangku kelas dua dan berdomisili di Desa Lunyuk Ode Kecamatan Lunyuk, diringkus pihak Polsek setempat, setelah dua kali beraksi di rumah tetangganya, Abu Sofyan (40) guru di SD Sumber Sari. Dari tangannya, polisi menyita sejumlah barang bukti termasuk perhiasan emas. Selain itu, pihak Polsek menangkap rekannya berinisial CD—pelajar SMK di wilayah setempat.
Kapolsek Lunyuk, Ajun Komisaris Polisi (AKP) M Jafar yang dikonfirmasi Gaung NTB tadi malam, membenarkan keberhasilan pihaknya dalam mengungkap kasus pencurian.
Pengungkapan kasus yang membuat polisi bekerja ekstra ini, ungkap Kapolsek Jef—akrab perwira yang dikenal tegas ini disapa, bermula dari laporan korban yang mengaku kehilangan sejumlah barang berharga miliknya, Senin (19/11) sekitar pukul 08.30 Wita.
Saat pelaku beraksi, korban bersama istrinya, Juwairiah (40) yang juga seorang guru sedang mengajar. Dalam aksinya, pelaku (AS) masuk ke rumah setelah mencungkil jendela. Selanjutnya menggondol perhiasan emas berupa cincin, gelang dan uang tunai sebesar Rp 1 juta milik korban yang disimpan di lemari box.
Tidak sampai di situ, pelaku yang sama kembali mendatangi kediaman korban pada Rabu (21/11) sore yang kebetulan rumah dalam keadaan kosong.
Dalam aksinya, pelaku menggasak perhiasan emas berupa kalung dan anting. Hasil kejahatannya kemudian disimpan di rumah rekannya, CD. Bahkan saat beraksi pelaku menggunakan sepeda motor Satria F milik CD. Sebagian barang curiannya dibelikan HP dan digunakan untuk berfoya-foya.
Namun sepak terjang pelaku berhasil diendus pihak Polsek Lunyuk. Dalam penyelidikan yang dipimpin langsung Kapolseknya, dengan menghimpun sejumlah keterangan saksi, mengarah kepada pelaku. Polisi mengawali penangkapan terhadap CD, menyusul keterangan salah seorang pengusaha emas yang sempat membeli perhiasan hasil kejahatan pelaku. Dari pengembangan penyidikan ini, polisi meringkus AS—pelaku utama.
“CD kami tangkap sekitar jam 4 Jumat sore tadi, dan pada hari yang sama pukul 7 malam atau selepas sholat magrib, kami menangkap AS,” jelas Jef.
Selain itu diamankan barang bukti berupa sepeda motor, sebuah cincin, HP dan obeng, sebagian lainnya masih dalam pencarian.
Kapolsek Jef mengakui kalau AS merupakan residivis yang sebelumnya pernah ditangkap terkait kasus yang sama, dan baru dua bulan yang lalu bebas.
Kapolsek berharap, penangkapan yang kedua kali ini, dapat menjadi pelajaran sekaligus membuat AS insyaf. (Gaj)
AS (18) sepertinya tidak pernah kapok. Baru dua bulan lalu menghirup udara bebas setelah mendekam di balik jeruji besi selama beberapa bulan, kini pelajar SMA di Lunyuk ini kembali berurusan dengan aparat kepolisian.
Pelajar yang duduk di bangku kelas dua dan berdomisili di Desa Lunyuk Ode Kecamatan Lunyuk, diringkus pihak Polsek setempat, setelah dua kali beraksi di rumah tetangganya, Abu Sofyan (40) guru di SD Sumber Sari. Dari tangannya, polisi menyita sejumlah barang bukti termasuk perhiasan emas. Selain itu, pihak Polsek menangkap rekannya berinisial CD—pelajar SMK di wilayah setempat.
Kapolsek Lunyuk, Ajun Komisaris Polisi (AKP) M Jafar yang dikonfirmasi Gaung NTB tadi malam, membenarkan keberhasilan pihaknya dalam mengungkap kasus pencurian.
Pengungkapan kasus yang membuat polisi bekerja ekstra ini, ungkap Kapolsek Jef—akrab perwira yang dikenal tegas ini disapa, bermula dari laporan korban yang mengaku kehilangan sejumlah barang berharga miliknya, Senin (19/11) sekitar pukul 08.30 Wita.
Saat pelaku beraksi, korban bersama istrinya, Juwairiah (40) yang juga seorang guru sedang mengajar. Dalam aksinya, pelaku (AS) masuk ke rumah setelah mencungkil jendela. Selanjutnya menggondol perhiasan emas berupa cincin, gelang dan uang tunai sebesar Rp 1 juta milik korban yang disimpan di lemari box.
Tidak sampai di situ, pelaku yang sama kembali mendatangi kediaman korban pada Rabu (21/11) sore yang kebetulan rumah dalam keadaan kosong.
Dalam aksinya, pelaku menggasak perhiasan emas berupa kalung dan anting. Hasil kejahatannya kemudian disimpan di rumah rekannya, CD. Bahkan saat beraksi pelaku menggunakan sepeda motor Satria F milik CD. Sebagian barang curiannya dibelikan HP dan digunakan untuk berfoya-foya.
Namun sepak terjang pelaku berhasil diendus pihak Polsek Lunyuk. Dalam penyelidikan yang dipimpin langsung Kapolseknya, dengan menghimpun sejumlah keterangan saksi, mengarah kepada pelaku. Polisi mengawali penangkapan terhadap CD, menyusul keterangan salah seorang pengusaha emas yang sempat membeli perhiasan hasil kejahatan pelaku. Dari pengembangan penyidikan ini, polisi meringkus AS—pelaku utama.
“CD kami tangkap sekitar jam 4 Jumat sore tadi, dan pada hari yang sama pukul 7 malam atau selepas sholat magrib, kami menangkap AS,” jelas Jef.
Selain itu diamankan barang bukti berupa sepeda motor, sebuah cincin, HP dan obeng, sebagian lainnya masih dalam pencarian.
Kapolsek Jef mengakui kalau AS merupakan residivis yang sebelumnya pernah ditangkap terkait kasus yang sama, dan baru dua bulan yang lalu bebas.
Kapolsek berharap, penangkapan yang kedua kali ini, dapat menjadi pelajaran sekaligus membuat AS insyaf. (Gaj)
Senin, 13 Agustus 2012
Takut di PTUN, Pemda Ogah Cabut Izin Tambang
Sumbawa, MATARAMnews – Ketegasan lembaga dewan untuk menindak lanjuti rekomendasi tentang kegiatan penambangan di wilayah Lunyuk dan Batu Lanteh, tidak serta merta harus dilaksanakan eksekutif. Padahal, rekomendasi Komisi I DPRD Sumbawa secara tegas meminta agar eksekutif segera mencabut Ijin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi di Kecamatan Lunyuk dan Batulanteh.
Sayangnya, Distamben tak bergeming. Distamben Sumbawa ibarat buah simalakama. Kadistamben Sumbawa, Ir. Abdul Rahim, menegaskan bahwa proses pencabutan IUP tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab dalam prakteknya membutuhkan proses yang cukup lama. Apalagi IUP tersebut hanya berstatus sebagai IUP Eksplorasi, bukan IUP Produksi.
IUP Eksplorasi tersebut hanya berlaku selama 3 tahun. Jika selama 3 tahun, pemegang IUP Eksplorasi tidak mendapatkan apa-apa, maka dengan sendirinya akan mundur.
Menurut Ahim, jika pemerintah daerah melakukan pencabutan, maka bisa saja perusahaan melayangkan gugatan ke PTUN terhadap Pemda dalam hal ini Bupati sebagai yang mengeluarkan ijin. Menyikapi kondisi itu, eksekutif tidak sekedar bekerja berdasarkan adanya tekanan politik dari DPRD maupun anggota dewan.
Secara terpisah, Ketua Komisi I DPRD Sumbawa, Syamsul Fikri, menekankan bahwa rekomendasi tersebut merupakan aspirasi masyarakat di Lunyuk dan Batulanteh yang disampaikan melalui serangkaian aksi demonstrasi ke DPRD Sumbawa. Masyarakat di dua Kecamatan itu, tegas Fikri, tidak menginginkan adanya aktifitas pertambangan dalam bentuk apapun.
“Masyarakat sendiri yang datang demo ke Komisi I, bahwa itu merupakan daerah penyangga air. Komisi I merupakan representatif dari keputusan yang ada. Apalagi saat rekomendasi tersebut diputuskan bersama gabungan Komisi I dan II, dipimpin Wakil Ketua DPRD, Mustami H Hamzah. Berarti tidak diindahkan oleh Kadistamben,” tandasnya.
Mengenai urusan PTUN oleh perusahaan, menurut Fikri, hal tersebut biasa dilakukan daripada masyarakat yang mem-PTUN kan Pemda.
Sementara itu, DPRD Kabupaten Sumbawa yang membidangi pengawasan terhadap proses pelayanan perijinan dan aparatur birokrasi, menyesalkan atas kegiatan perusahaan stone crusher atau pemecah batu dan pengolahan aspal (AMP) di Kabupaten Sumbawa.
Ketua Komisi I, Syamsul Fikri, Sag, Msi, menyesalkan sikap dinas teknis yang tidak pro aktif. Dia menganggap SKPD bersangkutan ‘tidur lelap’ mengenai persoalan ini, lantaran sejumlah perusahaan yang beroperasi di bidang itu belum mengantongi ijin. Padahal, kegiatannya telah berlangsung setahun. Bahkan pemerintah daerah melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) mengakui hal itu.
Syamsul Fikri, menegaskan, mestinya kegiatan illegal tersebut tidak boleh dibiarkan, sebab aktifitas yang selama ini berjalan tidak sesuai dengan prosedur hukum. Apalagi di satu sisi, pemerintah menarik pajak dari hasil kegiatan perusahaan tersebut, yakni melalui pembayaran pajak mineral bukan logam dan batuan sesuai ketentuan dalam UU nomor 4 tahun 2009 tentang Minerba.
“Ini lucu, kok pemerintah berdiam diri, mereka belum punya ijin. Kok juga ditarik pajaknya,” ujar Fikri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ia menilai aparatur di daerah ini tidak konsisten dalam menjalankan ketentuan di lapangan.Untuk itu pihaknya menekankan agar proses perijinan disesuaikan dengan mekanisme yang ada.
Ia menambahkan, mestinya intansi teknis turun lapangan untuk melakukan crossceck. Ia berharap persoalan ini justeru menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Seperti halnya yang terjadi di Dusun Kalepe Desa Muer, terkait keberadaan PT. Lancar Sejati yang kegiatannya ditolak masyarakat setempat.
“Jangan menyelesaikan masalah ketika timbul konflik horizontal di masyarakat. Selesaikan sebelum timbul masalah,” tegasnya.
Daerah Transmigrasi Di Lunyuk Belum Miliki Akses Listrik
Sumbawa
Besar, Sumbawanews.com.- Desa Sampar Boal, Kecamatan Lunyuk merupakan
salah satu daerah transmigrasi di Kabupaten Sumbawa, yang hingga saat
ini belum memiliki akses listrik.
Burhanuddin HS, anggota DPRD Sumbawa dari Dapil II, kepada Sumbawanews.com, Senin (6/8/2012), mengatakan, saat menggelar reses beberapa waktu lalu ke desa Sampar Boal Kecamatan Lunyuk, oleh masyarakat setempat dikeluhkan tentang fasilitas akses listrik, yang kini belum dinikmati di wilayah transmigrasi tersebut.
“Kasihan masyarakat disana, ada ratusan KK di desa tersebut yang belum menikmati akses listrik,” ujar Burhanuddin HS.
Dikatakan, masyarakat setempat mengikuti program transmigrasi dengan harapan hidup lebih baik dan lebih kayak, akan tetapi hingga saat ini, masyarakat setempat belum bisa menikmati hidup yang lebih baik dan lebih layak tersebut.
Bukan hanya itu, air bersih dan MCK juga belum dinikmati oleh masyarakat setempat, padahal yang perlu lebih diperhatikan Pemerintah selain listrik yakni masalah kesehatan.
“Mudah- mudahan Pemerintah medengar apa yang menjadi keluhan masyarakat setempat,” pungkas Burhanuddin HS. (Ismu)
Potensi Ubi Kayu Lunyuk Diminati Investor
Sumbawa
Besar, Sumbawanews.com,- Dusun Bontong Desa Emang Lestari Kecamatan
Lunyuk diminati investor untuk dijadikan sebagai lokasi (sentra)
pengembangan ubi kayu. Tahap awal rencananya dibutuhkan area seluas 200
hektar dan akan diperluas. Bahkan persiapan bibit, sarana dan prasarana
penunjang sudah mulai terlihat di lokasi.
Anggota DPRD Sumbawa dari Kecamatan Lunyuk, I Dewa Gede Oka Budiasa, SE di ruang kerjanya, Selasa (07/08/2012) menjelaskan, aktifitas awal telah dilakukan. Bahkan menurutnya bibit yang digunakan merupakan bibit unggul yang didatangkan dari luar daerah.
Menurutnya, yang menjadi kekhawatiran petani saat ini adalah menyangkut masalah harga. Sehingga perlu adanya proteksi dari pemerintah daerah, sehingga harga komuditas ubi kayu tersebut stabil. Harga yang ditawarkan sementara perkilogramnya Rp. 200. Setiap pohon rata-rata mampu menghasilkan 40 kilogram dan perhektarnya mampu ditanami sekitar 1000 pohon.
Dikatakan, adanya rencana pengembangan budi daya ubi kayu di Kecamatan Lunyuk ini diharapkan petani tidak hanya bertumpu pada hasil padi dan jagung saja, tetapi sebagian dapat juga mengembangkan penanaman ubi kayu. Sehingga terjadi kestabilan harga.
“Banyak petani yang berminat, namun mereka masih ragu karena khawatir harganya akan anjlok,” tandas Dewa. (Yudhie)
Jumat, 27 Juli 2012
Lawas Tanah Samawa
Selamat
sore sobat blogger, kali ini saya akan mencoba memposting mengenai
"Lawas Tana’ Samawa". Lawas ini berisi kisah keberadaan Kabupaten
Sumbawa, tentu ampa yang saya posting ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itulah kritik dan saran para pengunjung selalu diharapkan untuk
penulisan Lawas-Lawas berikutnya. Semoga pula bermanfaat bagi pembaca
sekalian, khususnya Tau-Tau Samawa’.
Berikut beberapa lawas yang saya kutip dari Sumbawanews.com
Ku Samula Ke Salam
Maris Ayap Rasa Sukur
Ko NENE’ Rabbul Izzati
Lawas Ku Ta We Sia Ee
Tutir Luk Tanang Samawa’
Lema Sama Mo Tu Paham
Lamin Tu Ape Ko Sajarah
Tana’ Samawa’ Gila Ee
Siong Tana’ Ka Tu Pungka
Dunung Sapuan Mo Ada
Nomonda Tau Ka Catat
Pida Umir Mo Kira Na
Menan Si Luk Ke Budaya
Sapuan Tenris Ano Ta
Tumung Baseli Ke Balong
Budaya Dadi Mo Adat
Daru Telas Tu Samawa’
Dasar Islam Si Kabali
Budaya Kita Sia Ee
Basingin Budaya Islam
Nan Rapang Tana’ Samawa’
Mara Ka Leng Tau Loka
Adat Bersendikan Syara’
Syara’ Bersendikan Kitab
Adat Bersendikan Syara’
Syara’ Bersendikan Kitab
Adat Tepat Ke Syare’at
No Mirik Ke Kitabullah
Nan Mo Adat Tu Samawa’
Gila Maras Tu Samawa’
Lamin Ada Boat Iwit
No Kamilin Mo Ke Adat
Tu Samisal Ko Pangantan
No Maras No Kenang Adat
Mula Nyorong Ke Barantat
No Maras No Kenang Adat
Mula Nyorong Ke Barantat
Dalam Nyorong Mo Sia Ee
Peno Saling Sier Lawas
Rema Nanta Ke Gamporo
Mudi Ne Ku Lontak Lawang
Dunung Mo Ku Bada’ Rara
Na Nesal Bijan Tu Tingi
Nan Nya Lawas Tu Salaki
Samenong Ko Tu Sawai
Ling Lawang Purat Ke Barit
Samenong Ko Tu Sawai
Ling Lawang Purat Ke Barit
Ka Mu Pesan Kami Datang
Kuda Lawang Ka Mu Purat
Ya Mu Adal Ke Nyonde Ta
Nan Mo Lawas Tu Sapuan
Lamin Antat Soan Lemar
Ling Dalam Petang Sia Ee
Lamin Ya Sangada Petang
Barantat Singin Gila Ee
Tengari Tu Sepan Nyorong
Barantat Singin Gila Ee
Tengari Tu Sepan Nyorong
Lalo Antat Soan Lemar
Sepakat Pang Basaputis
Nan Kalalo Bakatoan
Kabali Ampo Sia E
Tanya Lawas Tu Salaki
Muntu Antat Soan Lemar
Sia Tingi Bangsa Bulan
Kami Jepin Panyangka Bong
Rela Tu Buruk Barema
Kami Jepin Panyangka Bong
Rela Tu Buruk Barema
Jepin Ungu Ling Batu Bong
Tenri Kemang Lako Tana
Sama Gama Tu Gantuna.
Benru Mula Ku To Nati
Kukalupa Sampat Bara
Kembo Ku Noa Roa Nusu
Benru Mula Ku To Yandi
Ku Kalupa Bada Rara
Na Gama Dadi Puin Su
Ku Kalupa Bada Rara
Na Gama Dadi Puin Su
Balas Mo Ling Tu Sawai
Nan Mo Nya Dadi Paralu
Ko Rambongan Tu Salaki
Maaf Ku Sempu Maaf Ku
Lawang Rare Ka Tu Purat
Tama Balawas Po Dunung
Bua Lawang Katu Purat
Siong Si Tu Adal Sia
Nan Mo Cara Tu Baralu
Siong Si Tu Adal Sia
Nan Mo Cara Tu Baralu
Malema Sempu Ma Lema
Sapuan Mo Le Ku Tari
Neja Si Lampa Leng Tutu
Kanatang Sia Intan Ee
Min Tutu Bentan Leng Tutu
Arap Maris Tu Batungku
Batungku Untung Ke Jangi
Na Sarusak Ke Kateman
Lema Belo Tu Basanak
Na Sarusak Ke Kateman
Lema Belo Tu Basanak
Min Tumenong Tu Salaki
Nonda Rungan Bawa Lenge
Kabalong Nan Mampis Rungan
Mampis Rungan Sia Ende
Edap Rena Alis Ate
Tu Tangko Kewa Kamoyang
Sijar Saung Ayam Jawa
Ngungku Rena Kampir Korong
Mesang Mo Tada Rua Na
Ngungku Rena Kampir Korong
Mesang Mo Tada Rua Na
Konang Ingat Sia Kakak
Lamin Tada Tanja Pekok
Balong Mu Kenang Koar Gaba
Balawas Nanta De sawai
No To Cara Alu Sia
Pola Nanta Ya Tu Sukat
Ngalugu Gunter Parenek
Ku Sepan Ujan Malenek
Sia Mo Lampa Mangkelek
Ku Sepan Ujan Malenek
Sia Mo Lampa Mangkelek
Benru Menong Mo Pangkelek
Bleng Koa Ate Odek
No Si Ke Dadi Pakendek
Lamin Tutu No Bakendek
Ta Ku Beang Sia Cobek
Ulak Mo Jangka Maresek
Kapang Kami Ina Bapa
Sopo Lawas Lako Sia
Mole Ngaro Sia Bentan
Sopo Lawas Lako Sia
Mole Ngaro Sia Bentan
Na Mara Kemang Tamuruk
Kekar Asar Gugir Subu
Maras Si Konang Sangara
Mara Punti Gama Nde
Den Kuning No Tenri Tana
Mate’ Bakolar Ke Lolo.
Sier Lawas Tutu Maras
Nan Nya Adat Tu Samawa’
Biasa Sier Mo Pang Nyorong
Dalam Barantat Ke Nyorong
Ada Singin Soan Lemar
Lengkap Mo Ke Daru Reka’
Daru Reka’ Nan Sia Ee
Ada Singin Isi Peti
Imung Ke Isi Lemari
Mas Bulaeng Isi Peti
Isi Lemari Nan Lamung
Tamba Mo Ke Jangan Kakan
Biasa Sopo Puin Tomas
Palio Nasa’ Balanya
Kadang Boat Nomo Dadi
Uang Balanya Sia Ee
Kenras Lalo Dadi Takar
Nan Sasingin Mo Pamako
Pangantan Maris Mo Bada’
Bada’ Roa Mo Tu Sukat
Nan Mo Masa Tama Boat
Pangantan Nangis Ke Bito
Asi Diri Ya Sanika’
Ke Tu Basingin Bangmek
Bua Nangis Tu Sawai
Sapuan Nongka Saling To
Konang Rasate Tu Loka
Tu Loka Mo Baeng Boat
Tode Nongka Saling Pato
Ibarat Siti Nurbaya
Lamin Jira Mo Ya Bada’
Barema Tama Ke Boat
Pangantan Tenris Bakengkam
Sanopoka Ya Sanika’
Odak Parana Po Dunung
Santurit Mo Ke Badait
Ada Mo Maning Pangantan
Singin Jeruk Ai Oram
Iring Ampo Ke Gong Genang
Lamin Katelas Saman Ta
Ina Bapa Meling Anak
Nomongka Paksa Tu Sukat
Dapat Mo Waya Basai
Kemas Imung Ke Kamoyang
Sarame Po Ling Rabana
Ratib Ke Rabana Ode
Kadang Ke Rabana Rea’
Petang Undang Tu Sakeco
Konang Kapeno Sia Ee
Tu Samawa’ Kurang Paham
Lako Adat Nini Kaki
Tu Samisal Mo Pang Nyorong
Biasa Rembang Ke Ratib
To Kadang Ke Kacimol
Gila Nanta Tu Samawa’
Ada Adat Mara Nonda
Ratib Gentan Ke Kacimol
Kacimol Nan We Sia E
Musik Adat Tau Sasak
No Balong Lamin Tu Turit
Sampanang Adat Sia E
Wajib Bagi Tu Samawa’
Ya Umin Ko Anak Dadi
Katelas Adat Samawa’
No Kamilin Si Ke Datu
Nan Mo Otak Basampanang
Samawa’ Kita Gila Ee
Kalis Empang Ko Jareweh
Sapuan Pimpin Ling Datu
Peno Raja Ka Marenta
Pimpin Tana’ Samawa’
Kalis Empang Ko Jareweh
Ada Mo Raja Jareweh
Ada Singin Datu Seran
Peno Jangka Balu Olas
Ada Singin Datu Seran
Peno Jangka Balu Olas
Ling Dalam Sanompo Ngano
Baremin Mo Raja Raja
Sasai Diri Dadi Sopo
Tu Kira Abad Pitu Olas
Pang Tin Nam Olas Pitu Mpat
Pina Sopo Kesultanan
Sapakat Angkat Mo Sultan
Baeng Pimpin Desa Darat
Bakatokal Pang Samawa’
Baeng Pimpin Desa Darat
Bakatokal Pang Samawa’
Raja Mula Ka Marenta
Harunnurrasyid Pertama
Jangka Pitu Olas Nol Dua
Kalis Empang Ko Jareweh
Masing Masing Bawa Adat
Nan Singin Ragam Budaya
Mara Ling Tau Sapuan
Den Eta Ke Den Ara
Lin Desa Lin Mo Cara
Den Eta Ke Den Ara
Lin Desa Lin Mo Cara
Kele Menan We Sia Ee
Sopo Gili Sopo Desa
Sopo Si Ampo Rasate
Mana Beda Si Pang Adat
Imung Ke Basa No Sama
Tetap Singin Tu Samawa’
Siong Bae Tu Samawa
Ada Tedu Ling Gili Ta
Tu Desa Lin Ngere Peno
Ada Tedu Ling Gili Ta
Tu Desa Lin Ngere Peno
Mana Peno Tu Desa Lin
Nongka Telas Ke Kajongar
Adab Rapang Tu Samawa’
Sapuan Mo We Intan Ee
Tu Gili Lin Datang Tedu
Ko Samawa Mampis Rungan
Ka’ling Rungan Bawa Mampis
Tu Arab Cina Malayu
Mula Dunung Mo Ka Datang
Tu Arab Cina Malayu
Mula Dunung Mo Ka Datang
Datang Nanta Ko Samawa
Bawa Dagang Datang Jual
Maris Mo Ajar Agama
Mana Tau Barang Kayu
Lamin To’ Sanyaman Ate
Benan Si Sanak Parana
Lamin To’ Sanyaman Ate
Benan Si Sanak Parana
Bentan Mo Agama Islam
Ajar Lako Tu Badesa
Ode Rea’ Loka Beru
Ajar Lako Tu Badesa
Ode Rea’ Loka Beru
Tu Aran Sendi Lako Sia
Tutir Mula Tama Islam
Kabawa Ling Tu Balayar
Tutir Mula Tama Islam
Kabawa Ling Tu Balayar
Tau Arab Ke Malayu
Kira Pang Abad Ke Pitu
Nan Ka Waya Bawa Islam
Kira Pang Abad Ke Pitu
Nan Ka Waya Bawa Islam
Bua Tu Kira Saman Nan
Peno Bukti Mo Tu Gita
Misal Lako Kubir Loka
Peno Bukti Mo Tu Gita
Misal Lako Kubir Loka
Kubir Loka Sasir Desa
Mesan Batu Cora’ Islam
Imung Ampo Mo Ke Tutir
Mesan Batu Cora’ Islam
Imung Ampo Mo Ke Tutir
Min Tu Samalik Lako Nan
Tu Badesa Dunung Islam
Nan Po Turit Ling Datu
Tu Badesa Dunung Islam
Nan Po Turit Ling Datu
Ka Bariman Datu Kita
Barema Ke Roe Bengka
Tin Nam Olas Dua Telu
Barema Ke Roe Bengka
Tin Nam Olas Dua Telu
Tama Islam Datu Kita
Peno Pa Nyokong Rakyat
Maras Lamin Sopo Iman
Peno Pa Nyokong Rakyat
Maras Lamin Sopo Iman
Bariman Raja Samawa’
Ka Ajak Ling Raja Goa
Nan Mo Datu Pang Makasar
Ka Ajak Ling Raja Goa
Nan Mo Datu Pang Makasar
Samawa’ Ke Raja Goa
Mara Tu Sanak Salaki
Rosa Mo Saleng Santurit
Mara Tu Sanak Salaki
Rosa Mo Saleng Santurit
Balanda Sepan Samawa’
Jaja Mo Ling Raja Goa
Lontara Beling Siong Si
Jaja Mo Ling Raja Goa
Lontara Beling Siong Si
Dalam Lontara Makasar
Raja Goa No Manjaja
Badengan Dadi Sahabat
Raja Goa No Manjaja
Badengan Dadi Sahabat
Lontara Tegas Sia Ee
Catatan Tau Mengkasar
Pang Samawa’ Tu Sepan Buk
Catatan Tau Mengkasar
Pang Samawa’ Tu Sepan Buk
Menan Si Luk Raja Bone
Ko Nanta Raja Samawa’
Sanadi Sanak Parana
Ko Nanta Raja Samawa’
Sanadi Sanak Parana
Ling Bawa’ Raja Sia Ee
Ada Mo Dewan Menteri
Telu Tau Ka Ya Pili
Ada Mo Dewan Menteri
Telu Tau Ka Ya Pili
Mula Kalis Datu Ranga
Dua Dea Kalibela
Telu Mo Dea Dipati
Dua Dea Kalibela
Telu Mo Dea Dipati
Dewan Menteri Sia Ee
Pili Ling Tu Dua Olas
Nan Pengantong Dua Olas
Pili Ling Tu Dua Olas
Nan Pengantong Dua Olas
Pengantong Dua Olas Nan
Ada Mo Mamanca Lima
Imung Ke Lelurah Pitu
Ada Mo Mamanca Lima
Imung Ke Lelurah Pitu
Salin Mo Ke Denan Ita’
Ada Si Kamutar Telu
Seran Taliwang Jareweh
Ada Si Kamutar Telu
Seran Taliwang Jareweh
Kemutar Telu Ta Sia Ee
Barema Mo Ke Raja Lin
Pina Sopo Kesultanan
Barema Mo Ke Raja Lin
Pina Sopo Kesultanan
Dadi Wajib Saruntung Tin
Hasil Kalis Uma Tana’
Antat Dadi Mo Pamangan
Hasil Kalis Uma Tana’
Antat Dadi Mo Pamangan
Kalis Empang Ko Jareweh
Iring Antat Bunga Antin
Tanda Ta’at Lako Raja
Iring Antat Bunga Antin
Tanda Ta’at Lako Raja
Salin Antat Bunga Antin
Sonap Ampo Lawang Balu’
Beang Sedo Lako Raja
Sonap Ampo Lawang Balu’
Beang Sedo Lako Raja
Ling Kerajaan Samawa’
Datu Pina’ Tau Loka’
Pang Diri Tu Ete Tangar
Datu Pina’ Tau Loka’
Pang Diri Tu Ete Tangar
Raja Samawa’ Sia Ee
Tu Sepan Dewa Maraja
Atawa Dewa Masmawa
Tu Sepan Dewa Maraja
Atawa Dewa Masmawa
Raja Dadi Datu Mutar
Tau Jatu Desa Darat
Min Basa To Pamarentah
Tau Jatu Desa Darat
Min Basa To Pamarentah
Dalam Jatu Desa Darat
Raja Tulung Ling Menteri
Telu Tau Mo Ita’ Nan
Raja Tulung Ling Menteri
Telu Tau Mo Ita’ Nan
Ranga Mo Katua Dewan
Tenris Longan Samapuin
Tu Otak Mamanca Lima
Tenris Longan Samapuin
Tu Otak Mamanca Lima
Ada Si Singin Jabatan
Tu Sepan Mo Dea Ngeru’
Tu Pimpin Lelurah Pitu
Tu Sepan Mo Dea Ngeru’
Tu Pimpin Lelurah Pitu
Lamin Ada Keputusan
Samula’ Mo Ke Bahasa
Kasuka Dewa Masmawa
Samula’ Mo Ke Bahasa
Kasuka Dewa Masmawa
Tu Samalik Lako Bao
Ka Kanatang Tu Desa Lin
Depar Maris Pang Samawa’
Ka Kanatang Tu Desa Lin
Depar Maris Pang Samawa’
Bua Depar Tenris Tedu
Ling Samawa Balong Rungan
Sola Ke No Bawa Mampis
Ling Samawa Balong Rungan
Sola Ke No Bawa Mampis
Tu Datang Ka Sakit Mole
Badagang No Si Ya Rugi
Kabalong Ampo Ya Dapat
Badagang No Si Ya Rugi
Kabalong Ampo Ya Dapat
Kadatang Sangka Ku Angkang
Mole Ku Santurit Kemang
Lema Mampis Bawa Rungan
Mole Ku Santurit Kemang
Lema Mampis Bawa Rungan
Nan Parenti Tu Samawa’
Ko Tamue Desa Darat
Lema Senap Nyaman Nyawe
Ko Tamue Desa Darat
Lema Senap Nyaman Nyawe
Tu Pelong Sendi Sia Ee
Benru Dadi Kesultanan
Samawa’ Ka Tokal Raja
Benru Dadi Kesultanan
Samawa’ Ka Tokal Raja
Ling Saketeng Ibu Kota
Nan Mo Pusat Kerajaan
Katokal Bangun Istana
Nan Mo Pusat Kerajaan
Katokal Bangun Istana
Istana Raja Samawa’
Basingin Mo Dalam Loka
Maris Dadi Bale Raja
Basingin Mo Dalam Loka
Maris Dadi Bale Raja
Raja Tedu Ke Ne Bini
Ada Si Ke Anak dadi
Imung Ke Joa’ Perjaka
Ada Si Ke Anak dadi
Imung Ke Joa’ Perjaka
Salaki’ Dewa Maraja
Min Sawai Raja Bini
Anak Tu Juluk Mo Daeng
Min Sawai Raja Bini
Anak Tu Juluk Mo Daeng
Dalam Loka We Sia ee
Kemar Lambang Mo Sahadat
Ete Kalis Rukun Islam
Kemar Lambang Mo Sahadat
Ete Kalis Rukun Islam
Tiang Siwa Pulu Siwa
Ete Sifat Alatala
Nan Singin Asama’ul Husna
Ete Sifat Alatala
Nan Singin Asama’ul Husna
Bala’ Pina’ Dua Antin
Lengkap Mo Ke Dua Anar
Ola Mo Tau Turin Ntek
Lengkap Mo Ke Dua Anar
Ola Mo Tau Turin Ntek
Telu Olas Ilat Anar
Sopo Pitu Olas Ilat
Dua Intan Ada Tegas
Sopo Pitu Olas Ilat
Dua Intan Ada Tegas
Telu Olas Rukun Sholat
Ete Si Raka’at Sholat
Nan Nya Ilat Pitu Olas
Ete Si Raka’at Sholat
Nan Nya Ilat Pitu Olas
Bua Pina’ Mo Menan Luk
Bau Dadi Peringatan
Lako Tau Dadi Raja
Bau Dadi Peringatan
Lako Tau Dadi Raja
Salin Jatu Desa Darat
Raja Pina’ Dadi Conto
Me Cara Amal Syare’at
Raja Pina’ Dadi Conto
Me Cara Amal Syare’at
Kabali Ampo Sia Ee
Sanopoka Dalam Loka
Mula Telu Ka Ya Bangun
Sanopoka Dalam Loka
Mula Telu Ka Ya Bangun
Mula Singin Bala Balong
Dua Singin Bala Sawo
Katelu Gunung Setia
Dua Singin Bala Sawo
Katelu Gunung Setia
Dalam Loka Polak Ano
Lengkap Mo Ke Sopo Lenang
Ya Sasingin Lenang Lunyuk
Lengkap Mo Ke Sopo Lenang
Ya Sasingin Lenang Lunyuk
Lenang Lunyuk We Sia Ee
Tegas Sopo Lenang Rea’
Nan Katokal Boat Iwit
Lamin Ada Boat Datu
Lenang Lunyuk Ya Sarame
Gentao Lengkap Ke Penca’
Genang Ba Joge Ada Mo
Bakaraci No Kamilin
Imung Ampo Ke Barempuk
Ete Lako Ano Rawi
Manang Mo Sopo Masigit
Ya Sasingin Masjid Makam
Bua Singin Masjid Makam
Ling Bungkak Pina Mo Penam
Penam Kubir Datu Lengit
Masjid Makam We Sia Ee
Dadi Si Pang Angkat Sumpa
Ko Tu Benru Dadi Raja
Sumpa Kenang Basa Arab
Bajangi Balong Marenta
Jatu Jampang Desa Darat
Angkat Sumpa Bao Mihrab
Rena Riwa Po Ling Roe
Saksi Nanta Ling Tu Peno
Benru Jira Angkat Sumpa
Kareng Nanta Ya Sangingat
Mena Mungkir Lako Jangi
Sangingat Mo Ling Dipati
Kajuluk Juru Palasan
Masi Saksi Ling Tu Peno
Min No Adil Mu Marenta
Ko Olat Bau Leng Ble’
Ko Ai Kakan Ling Balo
Min Mu Jempung Mu Bosok
Min Mu Sonap Mu Pongong
Yamu Popo Soro Kau
Ko Teming Tampo Ling Umak
Imung Ampo Laknat Kau
Ling Karoan Telu Pulu Jis
Masjid Makam To Sia Ee
Kamo Bangun De Moderen
Ya Sasingin Nurul Huda
Menan Si Luk We Sia Ee
Nonda Tau Kebal Hukum
Mati’ Lako Sarat Empat
Tamo Tegas Sarat Empat
Sai Kelek Lema Datang
Dua Suru Kotar Lalo
Telu Eneng Lema Beang
Empat Beang Na No Tangko
Nan Nya Hebat Tu Samawa’
Me Luk No Tu Beling Hebat
Baning Ke Tau Desa Lin
Boat Aji Ke Falsafah
Tu Pimpin Tana’ Samawa
Wajib Beang Dadi Conto
Nan Parinsip Tu Marenta
Wajib Beang Dadi Conto
Nan Parinsip Tu Marenta
Dalam Telas Tu Samawa’
Sapulu Saleng No Milin
Sai Mo Tu Saleng Pendi
Sapulu Saleng No Milin
Sai Mo Tu Saleng Pendi
Dua Maris Saleng Sayang
Katelu Tu Saleng Sadu’
Empat Mo Saleng Sakiki’
Katelu Tu Saleng Sadu’
Empat Mo Saleng Sakiki’
Saleng Tulung De Ke Lima
Enam Mo Saleng Satingi
Maris Rajin Saleng Jango
Enam Mo Saleng Satingi
Maris Rajin Saleng Jango
Saleng Satotang Nan Sifat
Dalam Telas Saleng Beme
Sapulu Saleng Santurit
Dalam Telas Saleng Beme
Sapulu Saleng Santurit
Tu Samalik Ko Sajarah
Sajarah Datu Samawa’
Lema Sama Mo Tu Paham
Sajarah Datu Samawa’
Lema Sama Mo Tu Paham
Salin Mo Datu Salaki
Ada Si Raja Sawai
Mula Singin Siti Aisyah
Ada Si Raja Sawai
Mula Singin Siti Aisyah
Sa Tin Si Le’ Kamarenta
Lako Mo Safiatuddin
Marenta Nanta Lima Tin
Lako Mo Safiatuddin
Marenta Nanta Lima Tin
Sanopoka Nan Kabali
Saman Dewa Awan Kuning
Datu No Poka Islam
Saman Dewa Awan Kuning
Datu No Poka Islam
Raja Kasuda Saman Nan
Basingin Maja Paruwa’
Pang Tin Nam Olas Pitu Mpat
Basingin Maja Paruwa’
Pang Tin Nam Olas Pitu Mpat
Ma Tu Sima Ko Budaya
Samawa’ Peno Mo Campu
Ka Bawa Ling Tu Desa Lin
Samawa’ Peno Mo Campu
Ka Bawa Ling Tu Desa Lin
Tu Gita Mo Lako Sapu’
Asal Gowa Ke Malayu
Kilo Datang Kalis Bone
Asal Gowa Ke Malayu
Kilo Datang Kalis Bone
Tulang Sakeco Sia Ee
Asal Banjar Kalimantan
Nan Singin Seni Madihin
Asal Banjar Kalimantan
Nan Singin Seni Madihin
Ka Bawa Ling Gusti Mesir
Maris Nanta Dadi Raja
Pola Tu Ada Pangeto
Maris Nanta Dadi Raja
Pola Tu Ada Pangeto
Siong Mesa Roe Bengka
Bau Mo Tu Pina Datu
Tu Peno Kareng Ka Mampu
Bau Mo Tu Pina Datu
Tu Peno Kareng Ka Mampu
Ada Si Ampo Barzanji
Bawa Mo Ling Tau Arab
Dadi Mo Budaya Kita
Bawa Mo Ling Tau Arab
Dadi Mo Budaya Kita
Peno Tau Bawa Tanja
Tanja Karong Ke Kangere
Pola Roe Dea Datu
Tanja Karong Ke Kangere
Pola Roe Dea Datu
Tu Peno Sate Mo Nurit
Lako Tanja Tu Datang Nan
Sola Ke Ada Kabau’
Lako Tanja Tu Datang Nan
Sola Ke Ada Kabau’
Mole Nanta Dadi Ama
Lako Tau Nurit Kebo
Kajuluk Tanja Mengkasar
Lako Tau Nurit Kebo
Kajuluk Tanja Mengkasar
Rapesan Nanta Tu Loka
Na Turit Tau Mara Nan
Nongka Balong Ling No Sama
Na Turit Tau Mara Nan
Nongka Balong Ling No Sama
Mana Si Kapasal Cinde
Lamin Dadi Tali Lampak
Ya Rik Repa’ Si Ling Tau
Lamin Dadi Tali Lampak
Ya Rik Repa’ Si Ling Tau
Mana Si Kapasal Lutung
Lamin Dadi Lapis Songko
Soan Jonyong Si Leng Tau
Lamin Dadi Lapis Songko
Soan Jonyong Si Leng Tau
Mana Roe Dea Datu
Lamin No To Bawa Diri
Tu Rapang Mo Kebo Jaran
Lamin No To Bawa Diri
Tu Rapang Mo Kebo Jaran
Mana Si Kita Tu Nonda
Lamin Balong Bawa Edap
Satingi Si Ling Tau Lin
Lamin Balong Bawa Edap
Satingi Si Ling Tau Lin
Nan Mo Pesan Tau Loka
Lako Anak Dadi Kita
Balong Si Lamin Tu Turit
Lako Anak Dadi Kita
Balong Si Lamin Tu Turit
Tu Samawa We Sia Ee
Balong Intan Bawa Diri
Edab Rena Alis Ate
Balong Intan Bawa Diri
Edab Rena Alis Ate
Lamin Balong Mo Parange
Alis Ate Patis Boa
Nan Puin Tumung Pamendi
Alis Ate Patis Boa
Nan Puin Tumung Pamendi
Kabali Datang Pamendi
Ruris No Pendek Ling Bola
Bajatu Ikhlas Ke Reda
Ruris No Pendek Ling Bola
Bajatu Ikhlas Ke Reda
Nonda Rungan Bawa Lenge
Kabalong Bae Tu Menong
Nannya Singin Mampis Rungan
Kabalong Bae Tu Menong
Nannya Singin Mampis Rungan
Turin Siong Si Barenang
Datu Maris Si Ya Pongo
Ra’yat Tetap Jatu Jatan
Bala’ Kuning Ta Sia Ee
Dadi Tokal Tendu Raja
Jangka Lengit Mo Nanta Na
Benru Rapina Mo Datu
Istana Sa Nadi Wisma
Pina Singin Wisma Praja
Wisma Praja Ta Sia Ee
Tokal Mo Ngentang Tamue
Lamin Datang Ko Samawa
Ta Tutir Wisma Peraja
Ka Ya Bangun Ling Balanda
Tin Siwa Olas Telu Mpat
Bangun Nongka Mo Ke Semin
Garesik Campur Ke Lane
Imung Ampo Dua Antin
Dining Bao Lasar Anyam
Kuat Nantak Nonda Rusak
Pola Rancang Ling Insinyur
Saman To Ada Si Singin
Wisma Atawa Pendopo
Ete Basa Tau Jawa
Bua Ya Singin Pendopo
Koa Kanyung Tokal Tendu
Tendu Tu Dadi Bupati
Sasingin Mula Pendopo
Dalam Saman Madilaoe
Maris Mo Intan Jangka To
Ma Tu Ngingo Lako Angkang
Manang Bale Telu Antin
Nan Tu Sepan Mo Bale Jam
Bua Sasingin Bale Jam
Bale Tokal Ngentong Lonceng
Genta Ling Basa Tau To
Bukti Ka Pang Tau Arab
Ling To Masi Si Tugita
Pang Desa Labu Samawa’
Ada Singin Kampung Arab
Nan Mo Karang Balo Tolo
Sapuan Datang Badagang
Santara Mo Tau Cina
Peno Tu Samparak Diri
Lako Pusat Kerajaan
Jangka To Masi Si Peno
Roe Bengka Tau Cina
Buka Toko Ling Kartini
Tu Mula Samparak Diri
Roe Bengka The She Kia
Basa Kita Tuan Sega’
Sanopoka Tau Cina
Dunung Mo Bangun Balanda
Pina Tokal Main Bilyar
Ete Ola Tu Balangan
Langan Lako Tana’ Lapang
Nan Mo Singin Kamar Bola
Tana’ Lapang Nan Sia Ee
Pang Tin Lima Puluh Lima
Singin Lapangan Pahlawan
Mara Mo Singin Lapangan
Ola Singin Si Pahlawan
Maris Mo Jangka Anota
Benru Jira Tu Mardeka
Pang Tin Lima Puluh Siwa
Sangilang Mo Kerajaan
Barema Ke Nan Kabali
Roba Dadi Kabupaten
Raja Si Dadi Pamimpin
Dua Dua Januari
Pang Tin Lima Pulu Siwa’
Raja Dadi Mo Bupati
Angkat Sumpa Ke Bajangi
Jatu Jatan Desa Darat
Lema Senap Nyaman Nyawe
Jangka Nan Boe Mo Masa
Sultan Pimpin Kerajaan
Kareng Mo Dadi Bupati
Nan Mo Ka Kalis Intan Ee
Pina’ Dadi Hari Lahir
Samawa’ Balong Tu Totang
Tu Samaris Ko Kanatang
Datang Rame Tu Mengkasar
Sola Mo Lengkap Ke Cinde
Peno Tau Bawa Tanja
Tanja Karong Ke Kangere
Pola Roe Dea Datu
Tu Peno Sate Mo Nurit
Lako Tanja Tu Datang Nan
Sola Ke Ada Kabau’
Mole Nanta Dadi Ama
Lako Tau Nurit Kebo
Kajuluk Tanja Mengkasar
Rapesan Nanta Tu Loka
Na Turit Tau Mara Nan
Nongka Balong Ling No Sama
Mana Si Kapasal Cinde
Lamin Dadi Tali Lampak
Ya Rik Repa’ Si Ling Tau
Mana Si Kapasal Lutung
Lamin Dadi Lapis Songko
Soan Jonyong Si Leng Tau
Mana Roe Dea Datu
Lamin No To Bawa Diri
Tu Rapang Mo Kebo Jaran
Mana Si Kita Tu Nonda
Lamin Balong Bawa Edap
Satingi Si Ling Tau Lin
Nan Mo Pesan Tau Loka
Lako Anak Dadi Kita
Balong Si Lamin Tu Turit
Tu Samawa We Sia Ee
Balong Intan Bawa Diri
Edab Rena Alis Ate
Lamin Balong Mo Parange
Alis Ate Patis Boa
Nan Puin Tumung Pamendi
Kabali Datang Pamendi
Ruris No Pendek Ling Bola
Bajatu Ikhlas Ke Reda
Datu Maris Si Ya Pongo
Ra’yat Tetap Jatu Jatan
Bala’ Kuning Ta Sia Ee
Dadi Tokal Tendu Raja
Jangka Lengit Mo Nanta Na
Benru Rapina Mo Datu
Istana Sa Nadi Wisma
Pina Singin Wisma Praja
Wisma Praja Ta Sia Ee
Tokal Mo Ngentang Tamue
Lamin Datang Ko Samawa
Ta Tutir Wisma Peraja
Ka Ya Bangun Ling Balanda
Tin Siwa Olas Telu Mpat
Bangun Nongka Mo Ke Semin
Garesik Campur Ke Lane
Imung Ampo Dua Antin
Dining Bao Lasar Anyam
Kuat Nantak Nonda Rusak
Pola Rancang Ling Insinyur
Saman To Ada Si Singin
Wisma Atawa Pendopo
Ete Basa Tau Jawa
Bua Ya Singin Pendopo
Koa Kanyung Tokal Tendu
Tendu Tu Dadi Bupati
Sasingin Mula Pendopo
Dalam Saman Madilaoe
Maris Mo Intan Jangka To
Ma Tu Ngingo Lako Angkang
Manang Bale Telu Antin
Nan Tu Sepan Mo Bale Jam
Bua Sasingin Bale Jam
Bale Tokal Ngentong Lonceng
Genta Ling Basa Tau To
Bukti Ka Pang Tau Arab
Ling To Masi Si Tugita
Pang Desa Labu Samawa’
Ada Singin Kampung Arab
Nan Mo Karang Balo Tolo
Sapuan Datang Badagang
Santara Mo Tau Cina
Peno Tu Samparak Diri
Lako Pusat Kerajaan
Jangka To Masi Si Peno
Roe Bengka Tau Cina
Buka Toko Ling Kartini
Tu Mula Samparak Diri
Roe Bengka The She Kia
Basa Kita Tuan Sega’
Sanopoka Tau Cina
Dunung Mo Bangun Balanda
Pina Tokal Main Bilyar
Ete Ola Tu Balangan
Langan Lako Tana’ Lapang
Nan Mo Singin Kamar Bola
Tana’ Lapang Nan Sia Ee
Pang Tin Lima Puluh Lima
Singin Lapangan Pahlawan
Mara Mo Singin Lapangan
Ola Singin Si Pahlawan
Maris Mo Jangka Anota
Benru Jira Tu Mardeka
Pang Tin Lima Puluh Siwa
Sangilang Mo Kerajaan
Barema Ke Nan Kabali
Roba Dadi Kabupaten
Raja Si Dadi Pamimpin
Dua Dua Januari
Pang Tin Lima Pulu Siwa’
Raja Dadi Mo Bupati
Angkat Sumpa Ke Bajangi
Jatu Jatan Desa Darat
Lema Senap Nyaman Nyawe
Jangka Nan Boe Mo Masa
Sultan Pimpin Kerajaan
Kareng Mo Dadi Bupati
Nan Mo Ka Kalis Intan Ee
Pina’ Dadi Hari Lahir
Samawa’ Balong Tu Totang
Tu Samaris Ko Kanatang
Datang Rame Tu Mengkasar
Sola Mo Lengkap Ke Cinde
Peno Tau Bawa Tanja
Tanja Karong Ke Kangere
Pola Roe Dea Datu
Tu Peno Sate Mo Nurit
Lako Tanja Tu Datang Nan
Sola Ke Ada Kabau’
Mole Nanta Dadi Ama
Lako Tau Nurit Kebo
Kajuluk Tanja Mengkasar
Rapesan Nanta Tu Loka
Na Turit Tau Mara Nan
Nongka Balong Ling No Sama
Mana Si Kapasal Cinde
Lamin Dadi Tali Lampak
Ya Rik Repa’ Si Ling Tau
Mana Si Kapasal Lutung
Lamin Dadi Lapis Songko
Soan Jonyong Si Leng Tau
Mana Roe Dea Datu
Lamin No To Bawa Diri
Tu Rapang Mo Kebo Jaran
Mana Si Kita Tu Nonda
Lamin Balong Bawa Edap
Satingi Si Ling Tau Lin
Nan Mo Pesan Tau Loka
Lako Anak Dadi Kita
Balong Si Lamin Tu Turit
Tu Samawa We Sia Ee
Balong Intan Bawa Diri
Edab Rena Alis Ate
Lamin Balong Mo Parange
Alis Ate Patis Boa
Nan Puin Tumung Pamendi
Kabali Datang Pamendi
Ruris No Pendek Ling Bola
Bajatu Ikhlas Ke Reda
Cerita Meke Serep
Pada
tahun 1350 Gajah Mada Mahapatih kerajaan Maja Pahit besrta Empu Nala
mempersatukan Nusantara dari Sabang sampai Merauke guna membuktikan cita
– citanya yang terkandung dalam Sumpah Pala. Nusantara bersatu di bawah
lambang bendera Majapahit di bawah pimpinan raja yang bijaksana yaitu
Hayam Wuruk dengan Mahapatih yang sakti yaitu Gajah Mada.
Pada
waktu rakyat kerajaan Tana Samawa di bawah pimpinan raja yang mulia
Raja Nuang Sasih yang memililki kekuasaan dari Empang sampai ke Jerewweh
tunduk kepada Kerajaan Majapahit serta memeluk agama Hindu. Sisa – sisa
peninggalan ajaran agama Hindu sampai sekarang masih dapat ditemukan
dalam praktek kehidupan masyarakat Samawa sehari – hari terutama di desa
– desa atau di daerah terpencil. Misalnya mengantar sesajen ke tempat
mata air, batu – batu, pohon – pohon kayu yang besar dan lain – lain
yang dianggap keramat.
Raja
Nuang Sasih memimpin Kerajaan Tana Samawa dengan adil dan bijaksana.
Rakyat hidup aman dan tentram serta adil dan makmur.Karena itu raha
Nuang Sasih sangat dicintai rakyatnya.
Di
suatu pagi yang cerah di ruang sidang Sri Menganti di istana Kerajaan
Tana Samawa penuh sesak dengan tentara Kerajaan, hulubalang, para
menteri, punggawa, dan panglima kerajaan. Nampaknya akan ada pertemuan
dengan raja Nuang Sasih. Tak berapa lama kemudian Raja Nuang Sasih yang
bijaksana dan mulia memasuki ruang sidang yang diberi nama Ruang Sidang
Sri Menganti itu. Padukan Raja diiringi oleh para pengawal istana yang
sakti – sakti. Semua yang hadir memberi hormat yang khidmat kepada Raja
Nuang Sasih. Segeralah Raja Nuang Sasih memulai pembicaraan.
“Wahai Panglima” kata Raja
“Daulat Tuanku Syah Alam”, jawab Panglima segera.
“Apakah para pimpinan bala tentara kerajaan, para punggawa,dan para menteri sudah hadir seluruhnya?”, kata Raja Nuang Sasih.
“Ampun
yang Mulia, pimpinan, balatentara, para punggawa, dan para menteri
kerajaan seluruhnya sudah siap”, jawab Panglima Kerajaan.
Setelah mendengar laporan dari Panglima, Raja Nuang Sasih segera memberikan Wejangannya.
“Panglima,
para menteri, punggawa, serta para pimpinan balatentara kerajaan,
maksud dan tujuan kita berkumpul di Ruang Sidang Sri Manganti ini yaitu
untuk membicarakan penjagaan dan pengawalan terhadap Puteri Mahkota
Kerajaan yaitu Puteriku Lala Baka. Saya perintahkan kepada semua yang
hadir untuk dapat menjaga keselamatan puteriku dari perbutan – perbuatan
tercela, hingga tidak memalukan kita semua dan seluruh rakyat kerajaan
Tana Samawa ini”, Kata Raja bertitah.
“pengawal!’, Kata Raja memangggil pengawalnya.
‘Daulat Tuanku”, jawab pengawal.
‘Segera panggil puteriku Lala Baka untuk hadir di ruang sidang ini sekarang juga’, ucap Baginda Raja memerintahkan pengawal.
“Daulat Tuanku Baginda Raja”, kata pengawal sambil segera memanggil Lala Baka.
Lala
Baka adalah Puteri Mahkota Kerajaan Tana Samawa, yang disanjung dan
didambakan oleh seluruh rakyat Tana Samawa. Teristimewa oleh Paduka Yang
Mulia Raja Nuang Sasih beserta Permaisuri. Tak berapa lama kemudian
Puteri Mahkota Lala Baka memasuki ruang sidang Sri Menganti, diiringi
dayant – dayang istana dikawal oleh para pengawal untuk menghadap
ayahanda tercinta. Setibanya di hadapan Paduka Yang Mulia, Lala Baka
beserta pengiring langsung sujud sembah yang menggambarkan ketaatan dan
kestiaan puteri mahkota. Setelah itu Baginda Raja memulai pembicaraan.
“Wahai Puteriku tersayang,” kata Baginda memulai pembicaraan.
“Daulat ayahanda tercinta”, jawab Lala Baka.
“Maksud
dan tujuanku memanggil engkau menghadapku di ruangan sidang ini adalah
aku bermaksud menyampaikan nasihat dan perintahku kepadamu puteruiku.
Dan aku ingin agar nasihat dan perintah ini disaksikan oleh para
menteri,panglima dan seluruh unsur pimpinan kerajaan”, kata Baginda
Raja.
“Daulat ayahanda tercinta”, ucap Puteri Mahkota Lala Baka.
“Begini
anakku”, kata Baginda Raja memulai nasehatnya. “Puteri Mahkota adalah
merupakan contoh dambaan seluruh rakyat Tana Samawa. Untuk itu aku minta
kepadamuperliharalah dirimuagar tidak terjerumus dalam lembah
kehancuran. Terlebih –lebih dirimu seorang perempuan dan puteri raja.
Jangan sampai kau tergoda oleh rayuan iblisyang jahat. Bersediakah kau
puteriku memelihara dirimu?”, ungkap baginda Raja dengan mengajukan
pertanyaan.
Lala
Baka tertegun dengan ucapan ayahandanya Baginda Raja Nuang Sasih yang
mengandung harapan guna menjawab kehormatan keluarga kerajaan itu.
Segeralah Lala Baka menjawab pertanyaan baginda raja
“Ampun
yang mulia. Hamba bersumpah dan berjanji di hadapan ayahhanda tercinta
dan dihadapan seluruh pemerintah kerajaan bahwa hamba akan memelihara
diri dan tidak akan memalukan ayahanda beserta ibunda, dan seluruh
rakyat kerajaan Tana Samawa tercinta”. Jawab Putri Mahkota.
Baginda
Raja Nuang Sasih dan seluruh yang hadir di ruang sidang mendengar
dengan penuh perhatian terhadap ucapan Lala Baka sebagai seorang Putri
Mahkota.Kemudian Baginda Raja melanjutkan.
“ Para Menteri, Panglima, dan Punggawa”, kata Baginda Raja
“ Daulat Baginda Raja”, jawab Menteri, Panglima, dan Punggawa serentak.
“
Sudahkan kalian semua mendengar sumpah dan janji puteriku?. Tanya
Baginda Raja kepada para Menteri, Panglima, dan Punggawa kerajaan.
“
Daulat Tuanku. Kami semua sudah mengdengar dan menyaksikan . Dan kami
semua siap untukmenjaga dan memelihara keselamatan Tuan Puteri, jawab
Para Menteri, Panglima, dan Punggawa serentak.
Baginda
Raja merasa sangat senang mendengar kesaksian dan kesanggupan segenap
Menteri Panglima dan Punggawa untikmenjaga dan memelihara keselamatan
Taun Puteri. Kemudian Baginda Raja memandang kepada Puteri Mahkota dan
melanjutkan pembicaraan.
“
Tapi ingat apabila Puteriku melanggar segala nasihatku maka aku akan
memberikan hukuman yang sangat berat kepadamu Puteriku. Bersediakah kau
menerima hukuman?”’ kata Baginda Raja.
“
Daulat ayahanda tercinta, sekiranya hamba melanggar sumpah dan janji
maka hukumlah hamba dengan hukuman yang seberat-beratnya. Hamba bersedia
kata Puteri Mahkota meyakinkan ayahandanya.
Kabut Kelabu Di Langit Istana.
Hari
berganti hari, bulan berganti bulan dan bumi terus berputar pada
porosnya. Siang berubsah menjadi malam dan malampun berubah menjadi
siang. Demikianlah hidup manusia di dunia fanaini. Suatu masa ia
bahagia, suatu masa ia menderita. Adakalanya manusia itu sakit.
Kehidupan manusia di atas dunia ini selalu berubah ubah.
Setahun
kemudian, kerajaan Tana Samawa ditutupi kabut kelabu yang memalukan dan
menciderai nama mulia Baginda Raja Nuang Sasih beserta seluruh rakyat
kerajaan Tana Samawa. Putri Mahkota Lala Baka di timpa mala petaka. Ia
hamil tiga bulan tanpa nikah . Dan rahasia ini di ketahui oleh Paduka
Yang Mulia . Seluruh rakyat berkabung memikirkan nasib Putri Mahkota
Lala Baka yang akan mendapat hukuman berat dari Paduka Yang Mulia.
Peristiwa kelabu ini terjadi kira-kira tahun 1480 Masehi, sebelum Agama
Islam masuk ke Tana Samawa.
Di
suatu pagi yang cerah, di ruang sidang Sri Menganti, Paduka Yang Mulia
Raja Nuang Sasih dihadapi patih, Panglima, para Menteri dan para
Punggawa guna mendengarkan perinah yang harus dilaksnakan. Raja Nuang
Sasih memulai pembicaraan.
“
Wahai Patih, Panglima, dan para Menteri, serta para Punggawa pada saat
ini kerajaan telah ditimpa kabut kelabu. Tindakan apakah yang harus
kulakukan kepada putriku Lala Baka?’ kata Baginda Raja Nuang Sasih
meminta pertimbangan.
“
Ampun yang mulia. Segala putusan hamba serahkan kepadaBaginda Yang
Mulia. Sedangkan hamba siap melaksanakannya’’, kata salah seorang
Menteri.
Putriku
telah memberi malu kepada rakyat Tana Samawa. Hukuman yang akan
kuberikan pada putriku ialah hukuman yang setimpal dengan perbuatanya”,
kata Raja Nuang Sasih.
“ Daulat Tuanku”, kata salah seorang Patih.
“
Wahai Patih dan Panglima bawalah Lala Baka ke tempat pengasingan di
dalam sebuah hutan lebat. Hutan itu terletak di sebuah selatan desa
Senawang. Di dalam hutan itu ada sebuah gua yang namanya Liang Bedis
Untuk menjaga keamanan dalam perjalanan bawalah sepasukan tentara
pengawal istana”, titah Paduka Raja.
“Daulat
Tuanku Yang Mulia. Hamba akan laksanakan sebagaimana titah paduka
Tuanku. Kapan hamba akan laksanakan Yang Mulia?”, jawab Patih.
“Dua hari yang akan datang.Sekarang lakukanlah persiapan”, perintah Baginda Raja kepada Patih Kerajaan.
Menuju Ke Pengasingan
Sesal
dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Demikian nasib Puteri
Mahkota Kerajaan Tana Samawa Lala Baka yang dirundung malang atas
perbuatannya sendiri. Lala Baka yang selalu hidup bahagia, tenang dan
tentram, dikelilingi oleh dayang – dayang istana, kini akan menerima
hukuman dari Ayahanda tercinta. Tiga bulan sudah lamanya Lala Baka tidak
pernah keluar dari peraduannya.
Sehari
sebelum pembuangan dilaksanakan, Kakek tercinta menemui cucunya yang
sangat disayanginya itu. Dengan air mata berlinang dengan suara
terputus-putus memeluk cucunya yang sangat disayanginya.
“ Cucuku ! Cucuku ! Aku sayang padamu !”, kata Kakek itu terbata-bata.
“
Ampunkan hamba Kek ! Hamba telah berbuat dosa telah melanggar nasihat
Ayahanda tercinta. Hamba telah memberi malu keluarga dan seluruh
Kerajaan Hukuman apapun yang diberikan oleh Ayahanda akan Hamba Terima
dengan hati terbuka”, kata Lala Baka Seraya menitikkan air mata
seolah-olah menyesalkan perbuatannya.
“
Sabarlah Cucuku ! Menurut kabar yang kuterima bahwa besok pagi cucuku
akan dibawa oleh Patih , Panglima, beserta Pasukan Pengawal Istana ke
sebuah hutan lebat sebelah selatan dusun Senawang. Di dalam hutan itu
ada sebuah gua namanya Liang Bedis. Di situlah Cucuku akan diasingkan.
“ Benarkah Kek ?”, tanya Lala Baka.
“ Benar Cucuku !”, jawab Kakeknya.
Mendengar
jawaban Kakeknya, Lala Baka merasa sangat sedih. Dirinya akan dibuang
ke hutan rimba belantara yang sangat jauh dari keramaian. Tentu saja
suasananya akan gelap gulita. Tidak ada orang yang akan menolong jika
dirinya ditimpa sakit atau kesulitan. Dipandangnya Kakeknya seolah-olah
memohon belas kasihan. Lalu katanya.
“ Hamba mohon kepada Kakek berilah hamba bekal guna keselamatan hamba di tempat pembuangan”, kata Lala Baka memelas.
“
Baiklah Cucuku. Demi keselamatan jiwamu, Kakek akan memberikan padamu
sebuah azimat yang tidak pernah kuberikan pada ayahmu. Tapi ingat
jangan sekali-kali kau perlihatkan kepada ayahmu atau siapapun”, kata
kakeknya membeerikan harapan dan nasehat.
“Baiklah kek ! Azimat apakah itu Kek?” tanya Lala Baka.
“Inilah
Azimat itu cucuku ! Sebuah cincin bernama Cincin Permata Biru. Dalam
Permata Biru ini terdapat Jin Raksasa yang akan menghancurkan segala
bala dan petaka yang akan mengganggu dirimu. Pakailah cincin ini dan
apabila ada yang datang mengganggu maka arahkan permata cincin ini lurus
kepada yang datang mengganggu , niscaya musnalah segala gangguan itu,”
kata Kakeknya menjelaskan.
“Terima
kasih Kek”, kata Lala Baka sambil memasukkan Cincin permata biru itu kr
jari masninya yang lentik. “Doakan Hamba selamat ya Kek?”, kata Lala
Baka. Keesokan harinya pada pagi hari yang cukup cerah tibalah saat
pmbuangan yang telah ditetapkan Paduka Yang Mulia Raja Nuang Sasih
terhadap Putri Mahkota Lala Baka. Patih, Panglima, dan Pasukan Tentara
Pengawal Istana sudah siap. Patih menghadap Puteri Mahkota Lala Baka
guna menjemput Lala Baka untuk segera melaksanakn perintah Yang Mulia.
“Ampun Yang Mulia Putri Mahkota. Hamba datang menghadap guna menyampaikan perintah Paduka Raja Yang Mulia”, kata Patih Kerajaan.
“Apakah itu Patih?, tanya Lala Baka seolah – olah belum mengetahuinya.
“Hamba
dan panglima beserta seluruh Pasukan pengawal Istana diperintahkan oleh
Paduka Yang Mulia untuk menjemput Putri Mahkota untuk dibawa ke Liang
Bedis,” kata Patih sesuai dengan perintah Raja Nuang Sasih.
“Ya
baiklah ppatih. Aku telah pasrah menerima segala hukuman yang
bdiberikan ayahanda padaku. Bawalah aku sekarang juga””, kata Lala Baka
pasrah.
Maka
naiklah Lala Baka ke atas usungan. Berangkatlah Lala Baka dan
rombongan menuju Selatan Kerajaan Tana Samawa yaitu ke Liang Bedis di
wilayah dusun Senawang.
Dalam
perjalanan Lala Baka diusung oleh Laskar Pengawal Istana diiringi oleh
Patih dan Panglima. Perjalanan itu penuh warna kesedihan yang sangat
menyayat hati.
Sekarang
merekaberjalan menyusuri sungai BrangBiji yang berhulu di gunung batu
Lanteh dan bermuara di laut Labuhan Sumbawa. Setelah sepuluh hari
perjalanan sampailah mereka di sebuah tempat, yaitu sebuah padang rumput
yang luas. Padang rumput itu bernama Lenang Lengan. Padang rumput
tersebut terletak disebelah Barat Desa Lenang Guar, yang jarakbnya kira –
kira 12 km dari Lenang Lengan. Lenang Lengan termasuk dalam wilayah
Lenang Guar.
Para
rombongan membuat perkemahan di Lenang Lengan untuk beristirahat selama
semalam. Lala Baka diusung kedalam Kemah dengan cara yang tidak berubah
sebagaimana layaknya Lala Baka menjadi Putri Mahkota. Kemudian Patih
berucap
“Ampunkah
hamba. Kami mohon kepada Puteri Yang Mulia, jangan mempersalahkan kami.
Tindakan hamba hanya melaksanakan perintah Paduka Raja Yang Mulia”,
kata Patih.
“Oh.
Aku telah mengetahui semuanya. Tindakan – tindakan para pembesar
kerajaan adalah melaksanakan perintah ayahanda tercinta. Kalian semua
tidak bersalah. Tindakan ayahanda kepada diriku memang benar karena aku
telah bersalah, memalukan Paduka Yang Mulia, dan seluruh rakyat tana
Samawa. Pepatah mengatakan tangan mencencang bahu memikul. Lagipula dulu
aku telah bersumpah dan berjanji di hadapan ayahanda. Aku telah
melakukan kesalahan maka aku pula yang harus menanggung resikonya”, kata
Sang Puteri Mahkota dengan tenang.
Perjalanan
selama sepuluh hari, telah menghabiskan bekal mereka. Seluruh rombongan
tidak dobolehkan lagi memakan bekal yang ada. Patih berusaha melaporkan
keadaan kepada Puteri Mahkota.
“Wahai
Puteri mahkota. Sekarang setelah sepuluh hari dalam perjalanan,
persiapan bekal telah habis. Seluruh rombongan tidak dibolehkan lagi
memakan bekal yang masih tersisa. Karena itu hal ini untuk sekedar
diketahui oleh Tuan Puteri”, lapor Patih kepada Lala Baka.
Lala Baka termenung sejenak. Lalu kemudian meminta kepada Patih dan seluruh Menteri yang ada di dalam kemah untuk keluar.
“Kupinta kepada semua yang hadir dalam kemah ini untuk keluar, karena saya ingin beristirahat “, ujar Lala Baka.
Maka
segeralah Patih dan para Menteri yang ada di dalam kemah keluar dari
kemah. Mereka maklum bahwa sang Puteri dalam keadaan kelelahan. Sekarang
biarkan sang Puteri beristirahat untuk menjaga supaya tidak sakit.
Didalam kemah, Lala Baka teringat akan Cincin Permata Biru pemberian
kakeknya itu. Lala Baka lalu mencoba kekuatan gaib cincin itu apakah
memang benar sakti dan dapat memberikan bantuan dalam mengatasi masalah.
Lala Baka mengangkat lengannya, ditatapnya cincin Permata Biru itu
sambil berkata.
“Ampun
Kek !. Kiranya Kakek dapat menangkap seekor menjangan besar untuk lauk
pauk kami dalam perjalanan ini”, ucap Lala Baka kepada Cincin Permata
Biru itu. Alangkah anehnya, dari cincin itu keluarlah Jin Raksasa yang
siap melaksanakan perintah Tuan Puteri. Segera setelah sang Puteri
memerintahkan maka Jin Raksasa itu langsung masuk hutan tanpa ada
seorangpun yang dapat melihatnya kecuali sang Puteri Lala Baka. Jin
Raksasa segera menangkap kijang yang besar,lalu kijang itu dibawa ke
perkemahan. Tidak ada yang melihat Jin Raksasa itu. Patih dan para
Menteri melaporkan bahwa ada kijang jantan besar masuk ke perkemahan.
“Sembelilah kijang itu,” ujar Lala Baka kepada para Menteri.
Alangkah
gembiranya seluruh rombongan pada malam itu. Mereka makan malam dengan
lauk daging menjangan yang enak dan gurih. Setelah makan malam mereka
beristirahat tidur. Patih dan para Menteri terlibat dalam pembicaraan
yang serius perihal nasib Kerajaan Tana Samawa yang ditutupi kabut
kelabu. Lebih – lebih mereka semuanya merasa iba akan nasib sang puteri
Mahkota. Tetapi tak banyak hal yang dapat dilakukan selain menjalankan
perintah Paduka Yang Mulia Baginda Raja Nuang Sasih.
Keharuan Di Liang Bedis
Keesokan
harinya berangkatlah segenap rombongan mengikuti arus Brang Kreto,
Brang Kemang Menir, Brang Punik, dan Brang Sakal. Setelah lima hari
perjalanan sampailah mereka disebuah hutan rimba belantara yang lebat.
Mereka memasuki hutan itu hingga sampailah ke tempat yang dituju yaitu
Liang Bedis. Sesampainya di Liang Bedis, maka Patih melaporkan kepada
Tuang Puteri.
“Ampun
Tuan Puteri Yang Mulia, disinilah tempat yang diperintahkan oleh
Baginda Raja sebagai tempat tinggal Tuan Puteri untuk selama –
lamanya.Kami mohon agar Tuan Puteri sabar dalam menjalani cobaan yang
berat ini. Kami seluruh rombongan senantiasa mendoakan agar Tuan Puteri
senantiasa beroleh keselamatan di tempat ini”, kata Patih mernyampaikan
isi hati seluruh rombongan.
“Terima
kasih aku ucapkan kepada Patih,Para Menteri, Para Punggawa, dan para
Pengawal Istana serta seluruh rombongan lainnya, yang telah sudi dan
bersusah payah mengantarkanku ke tempat ini. Sekarang kalian semua
kembalilah ke Istana dan kudoakan semoga semua sampai dengan selamat
kembali ke istana kerajaan ujar Lala Baka dengan sedih.
Segenap
anggota rombongan terharu mendengar ucapan Lala Baka, yaitu Puteri
Kerajaan yang selama ini akrab dan dicintai rakyatnya. Tak terasa
seluruh rombongan menitikkan air mata pertanda ada goresan luka di dada
tas nasib yang menimpa Tuan Puteri. Sebelum mereka berangkat pulang,
kembali Lala Baka berpesan kepada Patih dan Para Menteri.
“Paman
Patih dan seluruh Menteri. Sampaikan salam hormatku dan permohonan
maafku yang terakhir kepada ayahanda Baginda Raja dan juga kepada bunda
tercinta Permaisuri. Salam hormatku juga untuk Kakekku juga untuk
seluruh rakyat kerajaan Tana Samawa. Siapa tahu perpisahan ini merupakan
perpisahan untuk selama – lamanya”, ujar Lala Baka. Tak terasa seusai
mengucapkan kata – kata itu Lala Baka menangis sesenggukan. Sebagai
manusia ada berbagai rasa yang menyelinap di dalam dada. Rasa sedih dan
duka, ekahruan, kerinduan, penyesalan dan lainnya. Tetapi itulah suratan
takdir yang sudah terjadi atas diri seorang anak manusia.
“Tuan
Puteri sekarang kami moho pamit”, kata Patih mengakhiri perjumpaan itu.
Selanjutnya seluruh rombongan kembali pulang meninggalkan Sang Puteri
sendirian di dalam hutan rimba belantara yang lebat dan angker itu.
Lahirnya Sang Putera
Lala
Baka tinggal sebatangkara di hutan lebat di dalam gua Liang Bedis.
Dunia terus berputar mengikuti takdirnya, waktu berjalan bagaikan air
mengalir, berbagai peristiwa terjadi di atas dunia ini. Berbagai
peristiwa terjadi di atas dunia ini. Namun Lala Baka tidak banyak tahu
tentang peristiwa itu karena dirinya terasing dalm suatu dunia yang
hampir – hampir tak terjamah manusia. Lala Baka menjalani hidup dan
kehidupannya dengan susah payah. Kondisi kehamilannya yang kian
bertambah besar cukup menylitkannya. Segala pekerjaan dikerjakan
sendiri. Tetapi lama kelamaan Lala Baka menjadi terbiasa. Dia mencoba
menikmati segala duka derita yang dialaminya. Temannya hanyalah
kesendirian. Kesunyian hutan kini sangat akrab dengan dirinya. Suara air
mengalir, desir angin yang bertiup dicelah pepohonan, kicau burung di
puncak pepohonan, dan suara lenguh binatang penghuni hutan telah menjadi
nyanyian alam yang akrab dengannya dan menghibur hatinya. Tidak terasa
telah enam bulan lamanya Lala Baka tinggal sendirian di Liang Bedis.
Usia kandungannya telah memasuki bulan kesembilan. Berarti tak lama lagi
ia akan melahirkan anak yang sekarang dikandungnya itu. Satu- satunya
yang bisa diminta bantuannya adalah Jin Raksasa yang bersemayam di dalam
Cincin Permata Biru yang menghiasi jari maninya itu. Segala
keparluannya dilayani oleh Jin Raksasa yang setia kepada segala
perintahnya.
Akhirnya
tibalah saat melahirkan. Atas Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Lala
Baka melahirkan seorang putera dengan selamat. Putera yang dilahirkannya
itu sungguh sangat tampan. Wajahnya yang manis manja dan ceria
memberikan kesejukan kepada Lala Baka sebagai ibunya. Ditatapnya
puteranya itu lalu diciumnya sambil mengucapkan kata- kata sayang. Tak
terasa Lala Baka tenggelam dalam keharuan. Setitik air mata jatuh
dipipinya, seolah- olah ia ingin membagi duka dengan puteranya yang
masih bayi itu. Sekarang harapan hidupnya telah lahir. Lala Baka
senantiasa berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk diampunkan segala dosa
dan kesalahannya. Dan semoga anak yang dilahirkan ini kelak akan menjadi
manusia yang berguna.
Beberapa
hari setelah melahirkan, Lala Baka bermaksud memberi nama kepada
puteranya. Teringat ia akan amanat kakeknya dulu, jika sang buyut telah
lahir maka berilah dia nama Lalu Adal. Sesuai dengan amanat kakeknya itu
maka Lala Baka memberi nama anaknya Lalu Adal. Selanjutnya kehidupan
Lala Baka dan puteranya di Liang Bedis berjalan aman, tenang dan
tentram.
Pertemuan Dengan Pen Batang
Disuatu
pagi yang cerah datanglah seorang pemburu kehutan itu. Pemburu itu
datang untuk memburu rusa. Namanya Pen Batang dari Dusun Senawsang.
Tiba- tiba Pen Batang menjadi heran karena ditemuinya jalan setapak
menuju anak sungai. Pen Batang mencoba mengikuti jalan setapak itu ke
arah sungai. Sesampainya di sungai Pen Batang bertambah hetan, karena
terdapat bekas mandi manusia. “Hm. Selama hidupku datang berburu ke
tempat ini belum pernah berjumpa dengan manusia” bisik Pen Batang kepada
dirinya sendiri. Rasa ingin tahu Pen Batang mendorongnya untuk kembali
mengikuti jalan setapak itu menuju ke lereng gunung tersebut. Kira-kira
25 meter dari anak sungai ditemuinya sebuh gua. Diperhatikannya gua itu
dengan teliti dan hati-hati. Pen Batang mengendap perlahan- lahan
mendekati gua itu. Tiba- tiba dari dalam gua terdengar suara.
“Apakah tujuan kakek datang kemari?” tanya suara dari dalam gua.
Pen
Batang terkejut luar biasa karena suara yang datang menyapanya dari
dalam gua itu adalah suara seorang perempuan muda, suara yang lembut dan
kedengaran ramah. Pikir Pen Batang jangan-jangan suara itu bukan suara
manusia tapi suara mahluk halus penghuni gua itu. Tetapi Pen Batang
segera juga menjawab pertanyaan yang datangnya dari dalam gua itu.
“Oh….ya. Aku datang kemari untuk berburu rusa”, kata Pen Batang agak ketakutan.
“Masuklah dulu ketempatku ini kek”, kata Lala Baka melanjutkan.
“Terima
kasih nak” kata Pen Batang. Kemudian masuklah Pen Batang ke dalam gua
Liang Bedis itu. Lala Baka menerima kehadiran orang tua itu dengan ramah
sambil menggendong puteranya.
“Kalau aku boleh tahu, Siapakah nama cucuku yang masih bayi inianak ku?” tanya Pen Batang ingin tahu.
“Oh…..ya Kek. Cucu Kakek ini namanya Lalu Adal”, jawab Lala Baka.
Begitu mendengar nama itu disebut oleh Lala Baka maka Pen Batang segera bersujud di hadapan Lala Baka.
“Ampun
Yang Mulia. Sekali lagi ampunkan hamba yang telah lancang mengganggu
ketenangan Tuan Puteri Yang Mulia”, kata Pen Batang setelah tahu siapa
sesungguhnya yang ada di depannya sekarang.
Melihat Pen Batang sujud, Lala Baka segera melanjutkan.
“Oh.
Tenanglah Kek. Hamba adalah manusia biasa. Hamba datang ketempat ini
untuk menyelamatkan diri”, kata Lala Baka sambil menarik kakek itu untuk
duduk seperti biasanya.
Kemudian Pen Batang melanjutkan pembicaraan.
“Telah
tersebar kabar bahwa Baginda Raja Kerajaan Tana Samawa telah membuang
Putri Mahkota kerajaan kesuatu tempat dihutan yang lebat. Peristiwa itu
terjadi sekitar tujuh bulan yang lalu. Jadi hamba dapat pastikan Tuan
Putri Yang Mulia adalah Putri tunggal Baginda Raja Nuang Sasaih, Raja
Tana Samawa ini”, ujar Pen Batang.
“Saya mohon pada kakek, untuk jangan sekali-kali membuka rahasia ini kepada siapapun”, kata Lala Baka kepada Pen Batang.
“Ampun
Tuanku. Hamba akan menjunjung tinggi titah Tuan Putri. Haba tidak akan
menceritakan kepada siapapun”, jawab Pen Batang serius.
“Baiklah
Kek. Tadi kakek mengatakan datang ketempat ini untuk berburu rusa.
Apakah kakek sudah memperoleh hasil buruan?” tanya Lala Baka.
“Ya.
Tuanku. Hamba datang untuk berburu. Tetapi rupanya anjing pemburu yang
hamba bawa dalam keadaan lemah sehingga tak seekorpun menjangan atau
rusa yang hamba peroleh”, kata Pen Batang menjawab pertanyan Lala Baka.
Mendenar
jawaban Pen Batang, Lala Baka Permisi sebentar ke bagian dalam gua itu.
Maka Lala Baka membisikkan kepada Cincin Permata Birunya itu.
“Kakek.
Tangkaplah seekor menjangan besar untuk kuhadiahkan kepada kakek
pemburu itu”, kata lala Baka memerintahkan kepada Jin Raksasa.
Maka
keluarlah Jin Raksasa dari Cincin Permata Biru pergi menangkap seekor
menjangan besar. Setelah Lala Baka memberikan perintah maka Lala Baka
kembali menemui Pen Batang ke teras depan gua. Tak berapa lama kemudian
Jin Raksasa telah kembali dengan membawa seekor menjangan besar.
“kek. Itulah menjangannya sebagai pemberian dariku. Silahkan kakek menyembelihnya dan membawanya pulang”, kata Lala Baka.
Pen
Batang heran menyaksikan kejadian yang aneh itu. Dia semakin
menghormati Tuan Putri Lala Baka. Rupanya Tuan Putri ini memiliki
kesaktian.
“Terima kasih Yang Mulia”, hormat Pen Batang.
“Datanglah selalu ketempat ini untuk menjunguk cucu ya kek? Ujar Lala Baka mengharap.
“Baiklah yang mulia. Hamba akan selalu datang menjenguk cucu hamba ini”, jawab Pen Batang.
“Tetapi saya mohon kepada kakek untuk jangan sekali-kali membuka rahasia bahwa aku berada ditampat ini” Lala Baka meminta.
“Hambah bersumpah. Tidak akan hamba katakan kepada siapapun juga”,jawab Pen Batang sungguh-sungguh.
“Terima kasih Kek”, ujar Lala Baka singkat.
“Kalau begitu hamba pamit Yang Mulia, supaya sebelum hari malam hamba telah sampai ketujuan”, kata Pen Batang berpamitan.
Demikianlah
kehidupan Pen Batang dari hari kehari mengambil menjangan ke Liang
Bedis. Kejadian itu telah berlangsung selama tiga tahun. Karena tingkah
laku dan tindak tanduk yang ramah dari Lala Baka sehingga inginlah Pen
Batang beserta istrinya untuk tinggal bersama Lala Baka didalam gua
Liang Bedis.
Pada
tahun 1483 Pen Batang beserta istrinya datang ke Liang Bedis untuk
tinggal bersama Puteri Mahkota Kerajaan – Lala Baka. Pen Batang beserta
istrinya diterima oleh Putri Mahkota dengan perasaan senang dan gembira.
Untuk menjamin kelangsungan hidup Pen Batang maka setiap hari menbawa
daging menjangan untuk dijual ke Dusun Senawang, Sebeok, dan Kelawis.
Itulah pencaharian Pen Batang selama tiga tahun lamanya.
Perintah Dalam Mimpi
Pada
tahun 1486 suatu malam Lala Baka bermimpi diperintahkan oleh leluhurnya
untuk pindah dari Liang Bedis menuju arah utara mengikuti arus sungai
Brang Sakal, Brang Punik, Brang Kemang Menir, dan Brang Kreto. Setelah
Lala Baka sadar dari mimpinya, lalu segera membangunkan Pen Batang
beserta istrinya guna menceritakan mimpinya.
“Kek.
Saya bermimpi bahwa leluhurku memerintahkan hamba untuk pindah dari
Liang Bedis ini menuju utara melalui dan menyuusuri aliran sungai Brang
Sakal, Brang Punik, Brang Kemang Menir, dan Brang Kreto”, kata Lala Baka
menceritakan.
“Jika demikian mimpi Tuan Putri maka laksanakanlah. Jangan ragu-ragu”, jawab Pen Batang.
“Terima kasih Kek. Kalau begitu maka sebaiknya kita segera saja berangkat pada besok pagi”, kata Lala Baka.
Setelah
lima hari berjalan Putri Lala Baka beserta putranya Lalu Adal yang
masih berumur enam tahun dengan diiringi oleh Pen Batang beserta
istrinya; Sampailah mereka di hulu sungai Brang Kreto. Lala Baka
tampaknya sudah tidak kuat lagi berjalan.
“Buatlah
kemah kek. Carilah daun-daun kayu untuk menjadi atapnya untuk tempat
tinggal kita bersama”,kata Lala Baka kepada Kakek Pen Batang.
“Baiklah
Tuan Putri”, jawab Pen Batag. Maka segeralah pen Batang Bekerja keras
untuk membuat rumah yang sederhana. (Sampai sekarang tempat itu, oleh
masyarakat Lenangguar, Dusun Teladan, Dusun Kuang Jeringo, diberi nama
Arung Ramolong).
Setelah
selama lima belas hari mereka berada di tempat tersebut Lala Baka
dikejutkan oleh putranya Lalu Adal yang meminta kepada ibunya untuk
diijinkan melihat Kerajaan Tana Samawa.
“Ibu.
Hamba ingin melihat Kerajaan Tana Samawa, serta ingin menyaksikan Putra
Mahkota Kerajaan Tana Samawa secara langsung. Dan hamba ingin melihat
Baginda Raja Nuang Sasih yang merajai Kerajaan Tana Samawa itu”, pinta
Lalu Adal kepada ibunya Lala Baka.
“Oh…
anakku Lalu Adal yang kusayangi. Janganlah kamu mimpi sayang. Tidak
mungkin kau dapat bertemu dengan Raja Nuang Sasih dan Putera Mahkota.
Cita-citamu terlalu tinggi”, jawab Lala Baka kepada puteranya.
“Kenapa tidak mungkin Bu?”, tanya Lalu Adal lebih lanjut.
“Karena kita ini adalah manusia yang hina dina, lagi pula kau masih kecil sayangku”, jawab Lala Baka menjelaskan.
“Bu
ijinkanlah aku pergi bu. Kalau ibu tidak mengijinkan maka lebih baik
aku mati saja. Aku akan bunuh diri”, kata Lalu Adal kepada ibunya.
Mendengar
itu Lala Baka sangat masygul. Anaknya itu masih terlalu kecil lagi pula
kerajaan itu masih sangat jauh letaknya. Perlu waktu beberapa hari
untuk sampai kesana. Selain itu Lala Baka kuatir jangan-jangan terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan atas diri Lalu Adal anak satu-satunya itu.
Lama juga Lala Baka berpikir dan menimbang-nimbang. Akhirnya sampailah
Lala Baka pada kesimpulan./
“Lalau
Adal anakku. Jika kau bersikeras untuk dergi ke Kerajaan Tana Samawa
maka ibu akan mengijinkanmu”, kata Lala Baka kepada putranya itu.
Maka senanglah hati Lalu Adal. Anak kecil itu bersukaria melompat-lompat tanda gembira. Maka dipeluknya ibunya itu.
“Terima
kasih Bu” kata Lalu Adal sambil memeluk ibunya. Ibuna merasa sangat
bahagia menyaksikan buah hatinya itu dalam keadaan yang gembira.
Lala Baka kemudian memanggil Kakek Pen Batang.
“Pen Batang, Kemarilah”, panggil Lala Baka.
“Daulat Tuan Putri”, jawab Pen Batang.
“Cucu
kakek ini ingin melihat Kerajaan Tana Samawa secara dekat. Bawalah Cucu
kakek kesana dan peliharalah sebaik-baiknya agar dia selamat. Sekarang
persiapkanlah suatu bekal untuk diperjalanan”, kata Lala Baka.
Pen
Batang yang disebut Kakek oleh Lala Baka itupun segera mempersiapkan
segala sesuatunya. Perjalanan menuju Kerajaan Samawa akan dilaksanakan
besok pagi. Sementara itu Lala Baka memanggil anaknya Lalu Adal.
“Lalu
Adal anakku. Besok kau bersama kakekmu Pen Batang akan berangkat menuju
ke Kerajaan Tana Samawa. Selama di perjalanan kamu akan bertemu dengan
banyak orang. Bersikaplah yang baik dan sopan” kata Lala Baka memberikan
nasehat kepada Lalu Adal.
“Baik Bu, hamba akan selalu melaksanakan nasehat ibu”, jawab lalu adal. Kemudian Lala Baka meneruskan pembicaraan.
“Apabila
nanti ada orang yang mengganggumu atau ada bahaya yang akan mengancam
maka perlihatkan cincin permata biru ini, niscaya bahaya dan ancaman
atau musuh akan musnah. Ambillah cincin ini anakku”, kata Lala Baka
sambil memberikan cincin itu kepada anaknya.
“Terima
kasih Bu”, kata Lalu Adal sambil menerima cincin itu dan dipasangkan
pada jari manisnya. Cincin itu memang ajaib, karena selalu pas di jari
orang yang memakainya.
Keesokan
harinya, pagi-pagi benar Lalu Adal telah bangun menunggu saat
keberangkatannya. Ia tampak sangat gembira. Dimasukkan bekal makanan
diperlukan selama dalam perjalanan. Ketika matahari sudah sepenggal naik
maka Lalu Adal beserta Kakeknya Pen Batang berangkat menuju Kerajaan.
“Selamat Jalan Pen Batang dan selamat jalan Putraku”, kata Lala Baka mengiring keberangkatan putranya itu.
“Selamat tinggal Bu. Doakan hamba dalam perjalanan ini”, kata Lalu Adal sambil melambaikan tangannya kepada ibunya .
Lala
Baka memandang terus kepada anaknya dan Pen Batang yang telah mulai
melangkah sampai mereka hilang dari pandangannya. Dalam hatinya Lala
Baka terus memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar anaknya
terlindung dalam perjalanan.
Pen
Batang beserta Lalu Adal berjalan naik gunung turun gunung. Akhirnya
sampailah mereka dipadang rumput yang luas yang bernama Lenang Lengan.
Disitulah dulu Lala Baka pernah beristirahat ketika dalam perjalanan
menuju ke Liang Bedis. Pen Batang dan Lalu Adal beristirahat dan
menginap di Lenang Lengan itu.
Keesokan
harinya perjalanan dilanjutkan menuju Kerajaan Tana Samawa. Mereka
melalui jalan antara Olat Utuk dan Olat Lawang, yang merupakan pintu
gerbang jalan dari Sumbawa ke Orong Telu. Singkat cerita setelah
berjalan tujuh hari lamanya sampailah Pen Batang dan Lalu Adal di Tiu
Sepadang artinya tempat menghadang. Yang dimaksud bukan menghadang
musuh, tetapi tempat masyarakat Kerajaan Tana Samawa menunggu kedatangan
masyarakat dari Lunyuk, Orong Telu, dan Batulante untuk tukar menukar
barang karena pada masa dulu cara berdagang dengan cara barter. Jadi Tiu
Sepadang merupakan pasar bagi Kerajaan Tana Samawa.
Kesaktian Cincin Permata Biru
Pen
Batang dan Lalu Adal masuk ke sebuah gubug, sambil menyaksikan para
pedagang tukar menukar barang. Dari kejauhan sayup-sayup terdengar suar
seruling dan gendang bertalu-talu menuju Tiu Sepadang. Lalu Adal
mendengar suara bunyi-bunyian itu dan lantas bertanya kepada Kakeknya.
“Suara apakah itu kek?”, tanyanya kepada kakeknya.
“Kata
orang yang ramai berdagang ini, Putera Mahkota Kerajaan Tana Samawa
turun mandi guna menghibur diri”, kata Pen Batang kepada Lalu Adal.
“Wah. Alangkah bahagianya menjadi Putra Raja ya Kek?”. Kata Lalu Adal.
“Benar Cucuku”, jawab Pen Batang.
Suara
bunyi-bunyian itu semakin keras. Tidak lama kemudian tampaklah dari
kejauhan iring-iringan kereta kencana dan orang-orang yang berpakaian
bagus. Lalu Adal memandang dengan penuh keheranan. Kemudian.
“Apakah itu kek?”, sambil menunjuk kepada kereta kencana.
“Itu
adalah kereta kencana, yang merupakan kereta yang dipergunakan untuk
membawa Putra Makota ke sungai atau kemana saja Putra Mahkota itu akan
pergi”, jawab Pen Batang.
“Oh. Jadi orang yang ada di dalam kereta kencana itu adalah Putra Mahkota?” tanya Lalu Adal lebih lanjut.
“Ya” jawab Pen Batang singkat.
“Siapakah
pula manusia yang banyak di belakang kereta kencanan itu kek. Dan
mereka berpakaian yang bagus sekali”, tanya Lalu Adal lebih lanjut.
“Itu
adalah Patih, Panglima, Punggawa, yang merupakan pembesar kerajaan, dan
mereka diiringi oleh bala tentara Kerajaan guna menjaga keamanan Putra
Mahkota”, jawab Pen Batang.
“Bahagia sekali menjadi Putra Raja, jauh sekali cara hidupnya dengan rakyat jelata”, kata Lalu Adal mengomentari.
Putra
Mahkota turun dari kereta kencana untuk mandi, menghibur diri,
bersenang-senang dengan para menteri serta para menterinya. Lalu Adal
memandang terus kepada rombongan Putra Mahkota itu. Dalam hatinya
saatnya sekarang untuk mencoba kesaktian Cincin Permata Biru miliknya.
“Kek. Ambil Putra Mahkota dan bawa terbang setinggi pohon kelapa”, perintah Lalu Adal kepada Jin Raksasa.
Tidak
lama kemudian keluarlah Jin Raksasa mengambil Putra Mahkota yang sedang
mandi. Putra Mahkota itu dibawa terbang setinggi pohon kelapa. Terbang
kesana kemari sesuai dengan perintah dari Lalu Adal. Melihat peristiwa
itu maka paniklah semua pengawal. Semua bala tentara berusaha
menyelamatkan putra Mahkota tetapi mereka jatuh tunggang langgang
terlempar karena didorong oleh jin raksasa. Para Mentri dan Punggawa
menjadi panik karena Putra Mahkota tetap melayang-layang setinggi pohon
kelapa. Mereka kuatir kalau-kalau putra Mahkota terlempar jatuh dan
tewas terbentur batu-batu yang banyak di sungai itu.
Ditengah-tengah
kepanikan tersebut Lalu Adal bertindak. Memerintahkan Jin Raksasa Untuk
membawa Putra Mahkota kedepannya. Jin Raksasa segera membawa Putra
Mahkota kepada Lalu Adal. Kemudian Lalu Adal menyerahkan Putra Mahkota
itu kepada pati.
“Terima
kasih anak ku. Kau telah dapat menyelamatkan Putra Mahkota dari bahaya
maut. Jika kau tidak ada tentu Putra Mahkota telah tewas. Maka celakalah
kami semua, karena pastilah Baginda Raja akan murka”, kata patih kepada
Lalu Adal.
Atas
kejadian dan peristiwa itu pihak pengawal Putra Mahkota tidak ingin
berlama-lama ditempat itu. Mereka segera pulang kembali ke kerajaan.
Mereka khuatir jangan-jangan Jin Raksasa itu kembali mengganggu Putra
Mahkota. Sesampainya di Istana mereka segera menyampaikan peristiwa yang
telah terjadi.
“Ampun
Yang Mulia. Putra Mahkota Kerajaan hampir saja tewas dibawa terbang
oleh Jin. Bala bahtera kerajaan telah berusaha menyelamatka Putera
Mahkota. Tetapi usaha mereka sia- sia karena kekuatan Jin itu sungguh
dahsat di tengah- tengah kepanikan itu, Muncul seorang anak kecil kira-
kira berumur enam tahun.
Anak
kecil itulah yang berhasil menyelamatkanPutera Mahkota dan
menyerahkanya kepada hamba “, Kata Patih melaporkan kapada Baginda Raja.
“ Dimana anak tersebut ?”. tanya baginda Raja.
“ Di Tiu Sepadang Yang Mulia”. Jawab Patih.
“ Ambil anak tersebut dan bawa diakemari “, titah Raja.
“ Daulat Tuanku, hamba akan laksanakan “, jawab Patih.
Segeralah
Patih menuju Tiu Sepadang guna menemui Lalu Adal yang telah
menyelamatkan Putera Mahkota dari bahaya maut. Sesampainya di Tiu
Sepadang Patih segera mencari dan menemui Lulu Adal.
Hai
anak kecil . Saya diperintahkan oleh Pahduka Yang Mulia untuk membawamu
menghadap ke Istana guna memperkenalkan dirimu kepada Raja “, kata
Patih Kepada Lalu Raja.
Wahai
Patih. Sampaikan Salamku Kepada Raja. Aku tak ada keperluan untuk
menghadap Raja . Tetapi kalau Raja ada keperluan padaku , datanglah Raja
menghadap kepadaku “, Kata Lalu Adal.
Patih
yang diutus oleh Baginda Raja sangat kesal. Lebih- lebih
mengingatkata-kata yang diucapkan oleh anak kecil itu sungguh sangat
menghina. Tetapi Patih tidak dapat berbuat banyak selain harus pulang
dengan tangan hamba . Tetapi apa yang diucapkan oleh anak kecil itu
tetap akan di sampaikan kepada baginda Raja Yang Mulia.
“ Mana anak kecil itu Patih ?, tanya Baginda ketika Patih datang menghadap.
“ Anak kecil tersebut membangkang Yang Mulia. Katanya aku tidak ada.
Keperluan
dengan Raja . Bila Raja ada keperluan denganku maka menghadaplah Raja
kepadaku. Demikaian kata anak kecil itu Baginda “, lopor Patih kepada
Baginda Raja Nuang Sasih.
Raja Nuang Sasih sangat murka. Tidak pernah ada orang sebelumnya yang berani membangkang atas perintahnya.
“ Kurang ajar ! Akan kuberi pelajaran anak tersebut. Siapkan Kereta Kencana “ kata Paduka Yang Mulia Raja Nuang Sasih.
Maka
segeralah Kereta Kencana di siapkan. Berangkatlah Yng Mulia menuju Tiu
Sepadang, dengan diiringi Bala Tentara Kerajaan untuk menghukum anak
kecil yang membangkang itu. Setibanya di Tiu Sepadang. Patih menunjukkan
si anak kecil yang akan di hukum itu.
“ Hai anak kecil ! Terlalu kurang ajar kau. Sekarang akan kuberi pelajaran padamu ! “, kata Raja membentak.
“
Wahai Raja yang mulia ! Sekiranya Raja masih memiliki rasa malu Raja
tidak akan berlaku seperti ini terhadap ku. Tetapi jika Raja tetap
bermaksud menghukummu maka akupun terpaksa melawan “, jawab Lalu Adal
dengan mantap.
“
Ketahuilah wahai anak kecil !. Tak seorangpun yang berada di wilayah
kekuasaanku ini yang berani yang membangkang atas apa yang telah aku
perintahkan sekarang kau berani melawanku maka aku pun terpaksa
menghukummu “, kata Raja Nuang Sasih Murka.
Sejurus
kemudian Raja Nuang Sasih yang juga memiliki kesaktian yang tinggi
telah bessiap untuk menyerang. Sedangkan Lalu Adal juga memperhatikan
gelagat bahwa Raja tidak main-main dan telah siap untuk menyerang
dirinya. Kemudian Lalu Adal mengangkat lengannya dan mengarahkan Cincin
Permata Biru pembelian Ibunya itu ke arah Raja. Lalu Adal telah siap
untuk menyerang dirinya . Kemudian Lalu Adal menangkat lengannya dan
mengarahkan Cincin Permata Biru pembelian Ibunya itu kearah Raja. Lalu
Adal telah siap untuk memberikan perintah kepada cincinya itu.
Pada
saat Cincin Permata Biru itu diarahkan kepada Raja tampaklah oleh Raja
Sinar kebiru- biruan memancar dari cincin itu. Sinar itu seakan-akan
mengandung kekuatan yang luar biasa . Sekujur tubuh Baginda Raja Nuang
Sasih gemetar seolah-olah tenaga yang dimikianya telah habis. Dalam
keadaan seperti itu Baginda Raja Nuang Sasih bertanya dalam hatinya,
siapakah gerangan anak kecil yang sakti ini. Lalu Baginda turun dari
Kereta Kencana seraya bertanya.
“ Wahai anak kecil. Kepunyaan siapakah cincin itu ?” tanya Bagiinda Raja.
“ Cincin ini berada di tanganku maka berarti cincin ini adalah milikku !” jawab Lalu Adal.
“ Dan dimanakah Ibumu ?”, tanya Raja Nuang Sasih selanjutnya.
“ Ibuku telah meninggal dunia !” jawab Lalu Adal merahasiakan tentang ibunya.
Tampaknya
Raja Nuang Sasih telah mengetahui bahwa anak kecil yang ada di
hadapannya itu tidah lain adalah cucunya putera dari lala baka yang
selama tujuh tahun telah di buang ke hutan belantara disebuah gua yang
bernama Liang Bedis. Raja Nuang Sasih mendekati cucunya itu kemudian
bertanya.
“ Wahai anak kecil siapakah namamu dan siapakah nama Ibumu ?” tanya Raja Nuang Sasih untuk memantapkan keyakinannya.
“ Namaku Lalu Adal dan Ibuku bernama Lala Baka “, jawab Lalu Adal Polos.
“ Maka langsung saja Baginda Raja Nuang Sasih memeluk Lalu Adal.
“
Oh. Kau adalah cucuku. Maafkanlah aku cucuku. Aku adalah kakekmu !”
kata Baginda Raja. “ Sekarang Cucuku ikuti aku kau tinggallah di
Istana Kerajaan “ lanjut Raja mengajak cucunya.
“
Hamba mau ke istana, tetepi bawalah kakemu Pen Batang, karena
beliaulah yang telah merawat dan memeliharaku beserta Ibuku “, kata Lalu
Adal.
Maka
berangkatlah Lalu Adal beserta Pen Batang dengan menaiki Kereta Kencana
bersama Raja Nuang Sasih. Sesampainya di istana, penuh sesak istana
kerajaan di kunjungi oleh rakyat kerayaan. Mereka ingin menyaksikan
putera Lala Baka rakyat tahu rakyatnya penuh sesak di Istana maka Raja
Nuang Sasih barsabda.
“
Wahai seluruh rakyatku. Anak kecil yang duduk di haribaanku ini adalah
cucuku bernama Lalu Adal. Dan orang tua yang ada di sampingku ini
adalah Batang. Dialah yang telah memelihara Lala Baka dan cucuku Lalu
Adal di tempat pembuangan Liang Bedis.”
Suasana kerajaan memang ramai selama beberapa hari. Lalu Adal merasa
sangat senang melihat-lihat istana yang indah. Dia sangat disayangi
oleh keluarga istana. Baginda Raja Nuang Sasih nampaknya ingin segera
mengetahui dengan pasti bagaimana keadaan Putri Mahkota Lala Baka. Pada
suatu pagi yang cerah Baginda Raja memanggil Pen Batang untuk
berbincang-bincang tentang kehidupan Lala Baka selama dalam perawatan
Pen Batang.
“Wahai Pen Batang. Apakah benar putriku Lala Baka telah meninggal ?.Ataukah masih hidup?”, tanya Raja Nuang Sasih.
“Ampun yang Mulia. Putri Mahkota Kerajaan masih hidup. Sekarang
Tuan Puteri berada di Arung Ramolong , tepatnya di Paruwak Dope Ramas
dan dalam keadaan yang sehat”,jawab Pen Batang.
“Oh,jadi putriku masih hidup?jika demikian maka putriku itu harus segera dijemput”,sambung Raja Nuang Sasih.
Mengetahui bahwa tuan puteri masih hidup dan sehat ,maka Raja
Nuang Sasih segera memerintahkan kepada patih kerajaanuntuk menjemputnya
. Penjemputan itu dilaksanakan pada hari itu juga. Dalam penjemputan
itu Baginda Raja Nuang Sasihikut serta.
Setelah
segala sesuatu dipersiapkan, maka berangkatlah Yang Mulia Raja Nuang
Sasih diiringi oleh patih dan panglima kerajaan beserta pasukan tentara
menuju ke Arung Ramolong.Perjalanan rombongan mengikuti daerah aliran
sungai Brang Biji ke huludan membelok ke arah Dusun Kareke. Pada hari
ke-tujuh sampailah rombongan di Lenang Lengan yaitusebuah padang rumput
yang luas. Mereka beristirahat sebentar , kemudian melanjutkan
perjalanan menuju Arung Ramolong melalui Paruwak Dope Ramas. Tidak lama
kemudian sampailah rombongan kerajaan di Arung Ramolong , tepatnya
tempat Lala Baka berada sekarang di Paruwak Dope Ramas. Baginda Raja
melihat ada sebuah gubuk dekat sungai Brang Kreto.
Di dalam gubung , Lala Baka dan Nenek (istri Pen Batang).
Sedang bercakap-cakap.Tiba-tiba mereka berdua melihat ke arah datangnya
rombongan .
“ Rombongan apakah kiranya yang menuju ke tempat kita ini Nek? “, tanya Lala Baka.
“ Kalau aku tidak salah lihat, bukankah anak yang ada dalam
juli (usungan) itu adalah cucuku Lalu Adal”, kata sang Nenek.
“ Benar Nek. Ini cucu Nenek. Dan yang sebelahnya adalah
ayahanda tercinta Raja Nuang Sasih Raja Kerajaan Tanah Samawa. Apakah
gerangan tujuan Yang Mulia datang ke tempat ini Nek ?”, kata Lala Baka
diliputi berbagai macam tanda tanya.
“ Entahlah anakku. Hamba tidak tahu”, jawab sang nenek.
Sesampainya di kediaman segera saja Raja Nuang Sasih menemui
Puteri Mahkota. Mereka berpeluk-pelukan melepas kerinduan. Selama tujuh
tahun mereka berpisah, tidak disangka dan tadak dikira mereka akan
dapat bertemu lagi. Lala Baka telah menjalani hukuman yang di kenakan
kepadanya oleh ayahnya itu. mestipun hukuman itu tidak di sebutkan kapan
akan berakhir, namun Baginda Raja sudah tidah mempermasalahkanya lagi.
Pepatah mengatakan, “ Sebuas-buasnya harimau tidak akan memakan anaknya
“. Demikian pula halnya dengan Raja Nuang Sasih. Sekejam-kejamnya
seorang ayah suatu saat akan datang juga kebijaksanaannya yang dilandasi
perasaan kasih sayang kepada anaknya.
“maafkan akunak!aku telah menghukummu selama tujuh tahun.
Kumohon padamu janganlah menaruh dendam padaku”, kata Raja Nuang Sasih
kepada putrinya itu.
“Ampun Yang Mulia. Hamba sadar bahwa hambalah yang
bersalah. Maafkan dan ampunilah hamba.Dan hamba sangat beterima kasih
kepada Yang Mula”,kata Lala Baka sambil menitikkan air mata tanda
terharu.
Pertemuan antara orangtua dan anaknya itu begitu
mengharukan. Semua yang menyaksikan merasa terharu dan meneteskan air
mata. Meraka berdua antara Raja NUang Sasih dan Lala Baka sebagai Puteri
Mahkota memang sangat dicintai rakyatnya. Raja yang adil telah
memberikan kesejahteraan kepada selurh rakyathidup dalam keadaan aman
dan tantram.
Wahai Puteriku! Aku datang kemari untuk menjemputmu dan
membawamu ke Istana Kerajaan Sumbawa.Ibunda Permaisuri sagat
merindukanmu. Demikian pula rakyatku sudah sangat merindukanmu untuk
hadir kemali di engah-tengah merka”,kata Raja Nuang Sasih kepada Pueri
Mahkota.
“Baiklah Padka Ayahanda”.jawab Lala Baka singkat .
Maka berangkatlah rombongan kembali menuju kerajaan Tana
Samawa dengan perasaan gembira dan sukacita. Beberapa lama kemudian
sampailah rombongan di padang rumput lenang lengan. Di tempat itu Lala
Baka memohon kepada Yang Mulia untuk berhenti sejenak.
“ Ampun Yang Mulia Hamba mohon kepada yang Mulis. Kiranya
hamba tidak diizinkan oleh leluhur untuk dapat melanjutkan perjalanan ke
Tana Samawa. Kiranya padang Rumput inilah yang akan menjadi kampung
halaman hamba kata Tuan Puteri.
Nampaknya dalam perjalanan itu Lala Baka mendapat bisikan
dari arwah leluhernya yang tidak mengijinkannya untuk pergi ke Tana
Samawa. Dan Arwa leluhur memerintahkannya untuk bertempat tinggal di
Lenang Lengan itu. Dalam kepercayaan hindu pantang untuk melanggar
perintah leluhur. Nampaknya Raja Nuang Sasih memaklumi hal itu.
Wahai
putriku. Jika itu merupakan perintah leluhur kita maka aku tidak akan
menolak permintaanmu. Tinggallah ditempat ini sebagai kampung halamanmu.
Cuma apabila cucuku kelak akan memegang Payung Serep Edang maka cucuku
akan kuangkat menjadi Meke Serep. ”Sabda Baginda Raja kepada putrinya.
Akhirnya
seluruh masyarakat Lenangguar, Tatebal, Late, Ledang, Ramurung,
Pamangong, Kuang Jaringo, Teladan, Gunung Setia, menamakan tempat
tersebut Suka Mulia.
Sekarang
ini para seniman dan budayawan Desa Lenangguar mendirikan sanggar Seni
Budaya Tana Samawa : Sanggar Suka Mulia Desa Lenangguar Kecamatan Ropang
untuk mengabadikan dan melestarikan nama Suka Mulia sebagai bagian
dari sejarah masa lampau.
Langganan:
Postingan (Atom)