Senin, 17 Desember 2012

Ketua Adat Pekasa Divonis 1,6 Tahun, Denda 100 Juta

Sumbawa Besar, Gaung NTB
Edi Kuswanto alias Anto—Ketua Adat Pekasa, akhirnya divonis 1,6 tahun penjara. Selain itu terdakwa kasus perambahan hutan Pekasa di Kecamatan Lunyuk ini, dibebankan denda Rp 100 juta subsider 2 bulan kurungan.
Vonis yang dijatuhkan majelis hakim yang diketuai Moch Yulihadi SH MH ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Dicky Andi Firmansyah SH selama 2 tahun penjara.
Pada persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Sumbawa Besar, Senin (10/12), terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan menyakinkan melanggar pasal 50 ayat (3) huruf a jo pasal 78 ayat (2) UU No. 41 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan jo pasal 64 ayat 1 KUHP jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Terhadap putusan itu, terdakwa Anto yang didampingi Kuasa Hukumnya, Wahid Jan SH langsung menyatakan banding, sedangkan JPU masih pikir-pikir.
Pantauan Gaung NTB, suasana sidang tidak seperti biasanya. Pada sidang-sidang sebelumnya, pengunjung selalu padat. Namun sidang putusan kemarin, tampak lengang, hanya terlihat beberapa orang saja.
Terseretnya Anto ke ranah hokum atas dugaan perambahan hutan yang sudah terjadi pada Tahun 1999—2011 ini berawal dari tindakannya bersama orang tuanya Kamarullah Bin Ning masuk ke dalam Hutan Pekasa karena menganggap hutan itu sebagai bekas perkampungan nenek moyangnya. Untuk selanjutnya melakukan penebangan pohon di kawasan tersebut dengan tujuan dijadikan pemukiman dan lahan pertanian. Aktivitas ini sempat ditegur Kades Jamu dengan memanggil Kamarullah bersama beberapa orang yang diketahui asal Desa Sebasang Moyo Hulu untuk menjelaskan bahwa Hutan Pekasa adalah kawasan hutan lindung, sehingga merekapun paham dan meninggalkan lokasi lalu pulang ke desanya.
Tetapi pada Tahun 2010, datang warga dari desa lain di Lunyuk serta beberapa dari Pulau Lombok kembali membuka kawasan Pekasa seluas 2 hektar. Pembukaan lahan kawasan ini atas ijin dari terdakwa selaku Ketua Adat Pekasa. Warga Jamu yang mengetahui aktivitas ini langsung melaporkannya ke Dinas Kehutanan yang kemudian turun melakukan pengecekan sekaligus memberikan pengarahan untuk meninggalkan lokasi. Karena tidak diindahkan, Tim Gabungan (Dishut, Polisi, dan Satpol PP) terjun ke lokasi melakukan penertiban dengan cara memusnahkan (membakar) gubuk-gubuk di wilayah itu. Selanjutnya, mengamankan terdakwa untuk diproses secara hokum. (Gaj)

Pantai Telang Lunyuk Mulai Ditata

Lunyuk, Gaung NTB
Pemerintah Desa Emang Lestari Kecamatan Lunyuk, mulai menata lokasi Pantai Teladang di wilayah setempat. Rencananya dilokasi tersebut akan dibangun Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang akan dikelola bersama Karang Taruna Binaan Koramil Lunyuk, sebagai sumber pendapatan desa.
Kades Emang Lestari, Sidik, mengatakan Pantai Telang ini akan ditata sedemikian rupa agar nantinya dapat menarik wisatawan lokal atau asing.
Khusus untuk TPI terangnya, pemilik tanah Masduki dan Mahidin menyatakan telah mengiklaskan tanahnya untuk dijadikan sumber pendapatan desa.
Salah satu pemilik tanah, Masduki, mengaku sangat iklas jika tanahnya bisa dijadikan sumber pemasukan yang berujung kepada kemajuan desanya. “Saya iklas tanah saya dipakai jika memang digunakan untuk kepentingan desa. Saya berharap warga lain dapat melakukan hal yang sama demi kemajuan Desa Emang Lestari,” tandasnya.
Sementara itu, Danramil Lunyuk, Kapten Triwahyono, berharap Karang Taruna dilibatkan karna nantinya bentuk pengelolaanya harus dilakukan secara transparan seperti pengelolaan TPI, penyewaan lahan berjualan, menjaga pintu masuk sekaligus menjaga wilayah pantai yang selama ini pasirnya sering diambil oleh dan dijual kepada masyarakat. “Selain dapat membuka lapangan pekerjaan, keberadaan Karang Taruna dimaksudkan juga untuk menjaga keamanan wilayah pantai. Bila perlu disekitar pantai dibangun pos keamanan,” ujarnya. (Gax)

Meriahkan HGN dan HUT PGRI: PGRI Cabang Lunyuk Gelar Olimpiade SAINS

Lunyuk, Gaung NTB
Sebanyak 130 pelajar dari tingkat SD sampai SMA mengikuti lomba Olimpiade SAINS tingkat Kecamatan Lunyuk.
Kegiatan yang dipusatkan di SD Padasuka dan diselenggarakan itu PGRI Kecamatan Lunyuk itu, untuk memeriahkan Hari Guru Nasional (HGN) Ke 19 dan HUT PGRI ke 67.
Camat Lunyuk, Hikmawan SH,MS, dalam sambutannya menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya bagi guru. Jika hal tersebut dapat tercapai maka akan berimplikasi pada peningkatan kualitas anak didik.
Seperti pelaksanaan lomba Olimpiade SAINS ini menurutnya, merupakan salah satu sarana strategis dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Sementara itu, Ketua PGRI Cabang Lunyuk, Nurdin, S.Ag menyapaikan apresiasi kepada panitia penyelenggara serta bapak/ibu kepala sekolah Se kecamatan Lunyuk, yang telah memberikan andil besar sehingga kegiatan dimaksud dapat berjalan sukses sesuai dengan harapan.
Tentunya kegiatan ini ujarnya, bukan sebatas kegiatan serimonial namun yang terpenting mampu ditindaklanjuti dengan pembinaan terhadap potensi yang sudah ada melalui kegiatan pembekalan terhadap guru dan siswa, dan hal itu membutuhkan kerjasama semua pihak.
Karenanya, pengurus PGRI Cabang Lunyuk berencana mendatangkan tutor yang berkompeten di bidang SAINS dengan harapan kedepan siswa dari kecamatan tersebut mampu bersaing dengan siswa dari kecamatan lain.
Selain Olimpiade SAINS, pengurus PGRI Cabang Lunyuk, pada tahun ini telah melaksanakan kegiatan olahraga yang diikuti guru PNS dan GTT Se Kecamatan Lunyuk, memperebutkan piala bergilir ketua PGRI cabang setempat.
Tak hanya itu, sebagai bentuk kepedulian guru terhadap masyarakat yang kurang mampu, PGRI Cabang Lunyuk menyalurkan baju layak pakai. (Gax)

Dinilai Banyak Penyimpangan, Warga Jamu Ancam Lapor Kejaksaan

Sumbawa Besar, Gaung NTB
Warga Dusun Jamu mengancam akan melaporkan kasus dugaan penyimpangan yang terjadi pada Program KAT Dusun Jamu Kecamatan Lunyuk kepada pihak Kejaksanaan Negeri Sumbawa.
Disampaikan Aris Munandar dari LSM Garuda selaku pendamping Warga Jamu, saat beraudiensi dengan Komisi IVB DPRD Sumbawa Senin (3/12) bahwa apabila apa yang menjadi tuntutan masyarakat terkait dengan masalah Jadup tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, maka mereka akan melaporkan penyimpangan dalam pelaksanaan program KAT di Dusun Jamu kepada kejaksaan.
Untuk diketahui kata Aris, bahwa sesungguhnya ada banyak item pekerjaan yang tidak dikerjakan dalam program tersebut yang mestinya dikerjkan sesuai dengan yang tertuang dalam buku saku program KAT, diantaranya tidak dikerjakannya dalam lingkungan, fasilitas air bersih dan beberapa item pekerjaan yang lain.
Terkait dengan ancaman tersebut, Ketua Komisi IV Sambirang Ahmadi SAg MSi, menyatakan bahwa masalah ancaman akan dilaporkan kepada kejaksaan, tidak ada masalah, karena itu merupakan hal dan domain dari masyarakat.
“Kalau mau dilaporkan kepada kejaksaan silahkan saja, itu hak masyarakat,” jelasnya.
Namun yang menjadi kewenangan Komisi IV dalam masalah ini adalah bagaimana membangun kebersamaan dan solidaritas antara pemerintah dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan masyarakat sehingga tidak timbul masalah.
Proses hukum terhadap masalah ini juga penting kata Sambirang, untuk menjadi pelajaran bagi pihak-pihak yang tidak melakasanakan pekerjaan sesuai dengan aturan.
“Kami tidak mempersoalkan kalau masalah KAT ini dibawa ke ranah hukum, karena itu domain masyarakat diluar kewenangan dan tanggujawab Komisi IV DRPD Sumbawa, “ demikian Sambirang Ahmadi. (Gac)

Warga Dusun Jamu Lapor Persoalan Jadup ke Dewan

Sumbawa Besar, Gaung NTB
Warga Dusun Jamu Desa Jamu Kecamatan Lunyuk kembali mendatangi Komisi IV DPRD Sumbawa, Senin, karena jatah hidup (Jadup) yang belum tuntas diberikan oleh pemerintah melalui Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa. Puluhan warga Jamu didampingi oleh LSM Garuda.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Ketua Komisi IV Sambirang Ahmadi SAg dan didampingi sejumlah anggota diungkapkan bahwa Jadup tersebut merupakan jatah 6 bulan kedua pada program Komunitas Adat Terpencil (KAT) tahun 2011 lalu. Dari 1,2 juta untuk 6 bulan per warga, yang diberikan kepada masyarakat hanya Rp 700 ribu, sementara sisanya tidak diberikan dengan berbagai alasan.
Selain masalah Jadup mereka juga mempersoalkan masalah tanah sebagai tempat relokasi warga yang belum dibayar oleh pemerintah.
Ketua LSM Garuda, Aris Munandar mewakili warga Dusun Jamu, menyatakan pemerintah melalui dinas sosial belum merealisasikan apa yang menjadi tuntutan masyarakat khususnya menyangkut masalah jadup.
Disamping itu dia juga mempersoalkan Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa yang tidak transparan karena juklak dan juknis program KAT yang dimintannya tidak dapat diberikan dengan alasah tidak ada.
Sementara itu, Kabid Pengembangan Kesejahtaraan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa, Drs Sulaiman, menjelaskan bahwa program KAT di Desa Jamu pada tahun 2011 merupakan program Tugas Pembantuan (TP) Kementrian Sosial yang disalurkan kepada Pemerintah Provinsi melalui Dinas Sosial Kesejahteraan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTB.
Pada awalnya program KAT tersebut tidak bermasalah namun dalam perjalanannya menjelang selesai program timbul masalah terkait dengan masalah jatah hidup.
Dijelaskan Sulaiman, bahwa berdasarkan pemahaman pihak Dinas Sosial Sumbawa masalah KAT di Dusun Jamu telah tuntas dan tidak ada permasalah lagi, hal ini katanya, sesuai dengan hasil pertemuan terakhir di Kantor Camat Lunyuk yang dihadiri oleh Muspika dan seluruh warga penerima Program KAT di Dusun Jamu, termasuk masalah Jadup.
Sulaiman juga menjelaskan bahwa program KAT tahun 2011 dikelola langsung oleh Dinas Sosial Provinsi, sementara Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa hanya mendampingi saat tim monitoring turun dari Provinsi.
Menyinggung masalah juklak dan juknis yang diminta, menurut Sulaiman memang tidak dipegang oleh Dinas Sosial Sumbawa tetapi ada di Dinas Sosial Provinsi sebagai pelaksana program.
Diintimidasi Oknum Aparat
Sementara itu Zaenul warga Dusun Jamu, menyatakan bahwa masalah Jadup ini belum tuntas, karena masih tersisa Rp 500 ribu per warga.
Ada pun kesepakatan warga dengan camat yang menyatakan hasil pertemuan itu tidak ada lagi masalah, menurut Zaenul hal itu tidak benar karena keputusan yang diambil camat saat itu dibawah tekanan dan masih ada masalah yang mesti harus dibicarakan termasuk masalah jadup. Namun karena diintimidasi oleh salah seorang oknum aparat dalam pertemuan itu sehingga masyarakat terpaksa menyatakan tidak ada masalah lagi dengan program KAT.
Sementara itu Ketua Komisi IV DPRD Sumbawa, Sambirang Ahmadi SAg MSi, yang memimpin pertemuan menjelaskan bahwa program KAT merupakan program Tugas Pembantuan dari dana APBN yang dikelola oleh Dinas Sosisial Provinsi, sehingga masalah ini harus dibicarakan dengan mereka, dan menjadi tugas Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa untuk menyampaikan apa yang menjadi harapan masyarakat.
“Kalau memang betul ada hak bapak-bapak yang belum dituntaskan, maka harus diberikan,” kata Sambirang.
Sementara itu, Muhammad Thalib SH, menyatakan sangat menyayangkan masih adanya intimadasi dari oknum aparat.
“Kalau memang betul masih ada pola intimidasi dan tekanan kepada masyarakat, ini ada hal yang luar biasa terjadi di era modern sekarang ini,” tandasnya.
Mestinya kata M Thalib, aparat dalam hal ini tidak boleh terlibat aparat dalam masalah seperti ini apalagi ini negara demokrasi, aparat hanya mengawasi dari sisi keamanan dan keteriban saja.
“Mestinya aparat itu cukup hadir dan memantau saja dalam pertemuan tidak boleh mengintimidasi masyarakat,” katanya.
Karena tidak menemui penyelesaikan akhirnya Komisi IV DRPD Sumbwa akan menggerlar pertemuan lanjutan pada hari Rabu (05/12) dengan menghadirkan seluruh pihak terkait sehingga masalah KAT di Dusun Jamu tuntas. (Gac)

Mobil Terbalik, 18 Penumpang Terluka, 6 Orang Jalani Operasi di RSUD

Lunyuk, Gaung NTB
Belasan penumpang mobil Ranger menderita luka serius. Kondisi ini terjadi setelah mobil yang dikemudikan Wayan Sarda ini terbalik di ruas jalan Liang Bage Kecamatan Lunyuk, Minggu (2/12) malam sekitar pukul 18.00 Wita.
Enam orang di antaranya terpaksa dirujuk ke RSUD Sumbawa dan siap menjalani operasi atas luka dalam yang dialami. Keenamnya adalah Sukri, Kadek Dwi, Wayan Putri, Tagel, Wayan Tika, dan Ketut Kanti—semuanya warga Desa Sukamaju.
Anggota DPRD Sumbawa asal Lunyuk, I Made Oka yang ditemui Gaung NTB ketika menjenguk warganya, mengakui adanya kecelakaan tersebut. Musibah ini terjadi, ungkap Oka–akrab politisi Golkar yang sangat dekat dengan warganya ini, saat sejumlah korban pulang menanam jagung dari Sampar Goal menuju Sukamaju. Memasuki wilayah Liang Bage, mobil yang ditumpangi sekitar 18 orang warga ini turun brem. Karena brem berada jauh lebih rendah dari aspal, ditambah dengan jumlah penumpangyang cukup banyak, mobil tersebut hilang keseimbangan. Seketika terbalik dan semua penumpang tumpah. Para penumpang yang terluka dilarikan ke Puskesmas untuk mendapat perawatan medis, termasuk 6 lainnya yang cukup parah terpaksa dirujuk ke RSUD Sumbawa guna penanganan secara intensif. Sedangkan sopir mobil, diamankan di Polsek Lunyuk untuk dimintai keterangan terkait kecelakaan itu. “Ini musibah yang bisa menimpa siapa saja. Harapan saya, mereka yang terluka dapat tertangani medis secara baik sehingga dapat sehat kembali dan bekerja menyongsong masa depannya,” ujar Oka. (Gaj)

Senin, 03 Desember 2012

Pemeliharaan Bandara Perintis Lunyuk Diusulkan ke Pemprov

Sumbawa, PSnews – Pemda Sumbawa mengusulkan pemeliharaan bandara perintis di Kecamatan Lunyuk ke Pemprov NTB. Hal ini dianggap relevan, sebab Pemda Sumbawa tidak memiliki anggaran yang cukup. Di samping itu, usulan yang sama juga dilakukan bersama Pemprov ke Pemerintah Pusat dan PT Angkasa Pura.
Menurut Kepala Bappeda Sumbawa, Lalu Suharmaji, pemeliharaan bandara perintis yang hanya bisa melayani pesawat jenis missionaris tersebut, sangat urgen untuk mendekatkan pelayanan transportasi dalam mendukung kelancaran investasi di lingkar Selatan Sumbawa.
Bappeda, sambungnya, telah mengusulkan pembersihan lahan agar ditanggulangi Pemprop NTB untuk dapat dioperasikan.
“Targetnya 2014 bandara itu bisa dioperasikan,” ujar Lalu Suharmaji.
Disamping itu, lingkar selatan merupakan kawasan strategis yang selalu dilirik investor, namun akses transportasinya terkendala dengan topografi wilayah yang didominasi hutan belantara.
Suharmaji mengungkapkan, kondisi terkini bandara tersebut dipenuhi semak belukar, dengan keadaan aspal yang terangkat. Jika bandara itu bisa diperbaiki, maka akan lebih baik dari bandara yang ada di Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat. (PSb)

Desa Perung Bagikan Dana CSR Newmont ke Tiap Dusun

Lunyuk, Gaung NTB
Desa Perung Kecamatan Lunyuk belum lama ini membagikan bantuan dana CSR (Coorporate Social Responbility) dari PTNNT sebesar Rp 50 juta kepada 4 dusun yang berada di wilayahnya.
Kades Perung, Saburuddin kepada Gaung NTB, Rabu (31/10),  menyebutkan, dana bantuan sebagai bentuk perhatian PTNNT dalam melaksanakan kegiatan eksplorasinya di Dodo Rinti ini dibagi habis kepada semua dusun di wilayah Perung. Masing-masing dusun mendapat Rp 11.675.000, ditambah dengan bantuan untuk Karang Taruna Desa Perung Rp 3,5 juta. “Semua dibagi habis, untuk dana operasional tidak ada karena ini bantuan murni untuk masyarakat dan saya hanya menyampaikan saja selebihnya masing-masing dusun yang mengelola dana itu,” tandasnya.
Untuk diketahui, penyerahan dana itu disaksikan
khalayak termasuk Camat Lunyuk, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
Jatah Karang Taruna Desa Perung sebesar Rp 3,5 juta digunakan untuk pemasangan instalasi listrik di tempat pencucian mobil, karena sebelumnya alat pencucian mobil yang ada saat ini juga bantuan dari PTNNT. Sedangkan lahan tempat usaha itu milik Desa Perung.
Sementara masing-masing pengalokasian bantuan itu tergantung kebutuhannya. Seperti Dusun Mekarsari digunakan untuk pembelian alat kesenian Kecimol , Dusun Sumbersari untuk pembangunan TPQ yang saat ini tahap pengerjaan pondasi, Dusun Aiketapang untuk pembangunan Masjid, dan Dusun Perung untuk pembelian tanah perluasan Gedung Serbaguna.
Dana bantuan dari PTNNT yang diberikan pada Desa Perung tersebut telah melalui proses pengajuan dari masing-masing dusun yang mengajukan Rencana Anggaran Belanja Dusun. “Kami harap bantuan ini tidak disalahgunakan dan diperuntukkan sesuai dengan rencana pengajuan,” ujarnya.
Ia juga berharap masyarakat Perung mendukung keberadaan PTNNT dengan tetap menjaga kondusifitas dan tidak terpancing provokasi yang mengganggu iklim investasi. “Jangan terpengaruh dengan isu tentang tenaga kerja ataupun apa saja yang berhububungan dengan keberadaan PTNNT, apa yang dilakukan PTNNT saat ini membuktikan perusahaan itu memberikan perhatiannya kepada masyarakat Desa Perung khususnya dan semua desa yang berada di Kecamatan Lunyuk, meski PTNNT di Dodo belum berproduksi,” ujarnya.
Di tempat yang sama Camat Lunyuk diwakili Kasi Pemerintahan, Mursal S.Pd, mengatakan, bantuan melalui program CSR ini sebagai bentuk kerjasama yang baik antara kecamatan, desa dan PTNNT.
Bantuan ini juga wujud komitmen perusahaan untuk memberikan asas manfaat keberadaannya bagi masyarakat dan daerah terutama di Desa Perung.
Atas nama masyarakat Lunyuk dan Desa Perung, Ia menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada  PT NNT, dan berharap bantuan tersebut bukan yang pertama sekaligus yang terakhir kalinya, agar kegiatan masyarakat maupun pembangunan di desa dapat terus berkesinambungan. (ADV)

Bahaya Penggunaan Air Raksa Dalam Penambangan Emas Tradisional

oleh NURUL FAHMI
Mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia  – Jogyakarta
Beberapa bulan  yang lalu kita sempat dikejutkan dengan di temukannya bukit  atau  gunung  Labaong yang didalamnya  terdapat kandungan emas . bukit atau gunung ini  terletak di desa Hijrah , kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa NTB. Seperti yang kita ketahui sebelumnya  , mayoritas masyarakat  sekitar adalah petani,   bahkan  semenjak  peristiwa tersebut tidak sedikit  petani atau masyarakat  yang  lebih memilih mencari emas dari pada menggarap sawah , karena menurut mereka hasil yang didapatkan dari mencari emas lebih banyak dari pada hasil  yang didapatkan dari menggarap sawah.
Tidak hanya masyarakat sekitar saja yang datang mencari emas di bukit  Labaong ,bahkan masyarakat  yang dari luar pulau  Sumbawa pun banyak berdatangan ke bukit Labaong. Peristiwa tersebut juga  sempat membuat peredaran uang di daerah ini perkembang pesat . di sepanjang jalan kita pasti banyak  mememukan tempat tempat pengolahan emas .Yang  oleh masyarakat sekitar di kenal dengan sebutan “tempat gelondong”. di sepanjang sungai atau tanggul dan di sekitar sawah sawah terdapat tempat gelondong. Gelondong tersebut bekerja 24 jam, nonstop . bahkan tidak sedikit juga tempat gelondong tersebut berada di halaman rumah rumah warga yang ada di lingkungan kampung.

Penambangan tersebut menggunakan merkuri atau air raksa.  Masyarakat masih banyak yang belum mengerti tentang sangat berbahaya nya penggunaan merkuri atau air raksa tersebut. Oleh karena itu melalui tulisan saya ini . saya ingin memaparkan sedikit tentang  merkuri atau air raksa  serta bahaya penggunaan raksa atau merkuri dalam penambangan emas.
Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan golongan logam berat dengan nomor atom 80  dan berat atom 200,6. Merkuti merupakan unsur yang sangat jarang dalam  kerak  bumi, dan relatif terkonsentrasi pada  beberapa  daerah  vulkanik dan  endapan  endapan  mineral biji dari  logam logam berat.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh merkuri antara lain  gangguan system syaraf, gejalanya  antara  lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak  kuat  dan rontok, anemia, albuminuria, dan  gejala lain berupa kerusakan ginjal,serta kerusakan mukosa usus.
Yang lebih menggemparkan lagi yaitu  penyakit yang pertama kali ditemukan kasusnya di Jepang, yaitu penyakit minamata atau Sindrom Minamata yang korbanya  adalah   penduduk yang tinggal di wilayah sekitar pesisir  minamata, yaitu provinsi Kumamoto dan Kagoshima. Syindrom  minamata ini adalah sindrom kelainan fungsi syaraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
Gejala sindrom ini seperti kesemutan  pada kaki dan tangan, lemas- lemas, penyempitan sudut pandang dan  degradasi  kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada tingkat akut gejala  ini biasanya  memburuk serta disertai dengan kelumpuhan, kegilaan, jatuh koma dan akhirnya meninggal  dunia.
Penambangan  emas merupakan suatu kegiatan  yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat , namun demikian penambangan emas juga akan merugikan apabila dalam pelaksanaan nya  tampa diikuti dengan proses pengolahan limbah hasil pengelolaan biji  emas secara baik, akibat yang ditimbulkan dari pembuangan merkuri pada air tanah maupun aliran sungai, akan masuk dalam rantai makanan baik melalui hewan maupun tumbuhan yang pada akhirnya akan  sampai pada tubuh manusia.
Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan kepedulian terhadap lingkungan kita, agar supaya kehidupan kita lebih terjaga. Tidak semata  mata untuk mendapatkan kesenangan sesaat saja. Tapi kita juga memikirkan kehidupan yang akan datang demi terujudnya kehidupan yang sehat dan sejahtera, khususnya masyarakat Samawa. Seperti semboyan kita “Samawa, Sabalong Samalewa”. J

Dua Pelajar Diringkus Polisi, Salah Satunya Residivis

Lunyuk, Gaung NTB
AS (18) sepertinya tidak pernah kapok. Baru dua bulan lalu menghirup udara bebas setelah mendekam di balik jeruji besi selama beberapa bulan, kini pelajar SMA di Lunyuk ini kembali berurusan dengan aparat kepolisian.
Pelajar yang duduk di bangku kelas dua dan berdomisili di Desa Lunyuk Ode Kecamatan Lunyuk, diringkus pihak Polsek setempat, setelah dua kali beraksi di rumah tetangganya, Abu Sofyan (40) guru di SD Sumber Sari. Dari tangannya, polisi menyita sejumlah barang bukti termasuk perhiasan emas. Selain itu, pihak Polsek menangkap rekannya berinisial CD—pelajar SMK di wilayah setempat.
Kapolsek Lunyuk, Ajun Komisaris Polisi (AKP) M Jafar yang dikonfirmasi Gaung NTB tadi malam, membenarkan keberhasilan pihaknya dalam mengungkap kasus pencurian.
Pengungkapan kasus yang membuat polisi bekerja ekstra ini, ungkap Kapolsek Jef—akrab perwira yang dikenal tegas ini disapa, bermula dari laporan korban yang mengaku kehilangan sejumlah barang berharga miliknya, Senin (19/11) sekitar pukul 08.30 Wita.
Saat pelaku beraksi, korban bersama istrinya, Juwairiah (40) yang juga seorang guru sedang mengajar. Dalam aksinya, pelaku (AS) masuk ke rumah setelah mencungkil jendela. Selanjutnya menggondol perhiasan emas berupa cincin, gelang dan uang tunai sebesar Rp 1 juta milik korban yang disimpan di lemari box.
Tidak sampai di situ, pelaku yang sama kembali mendatangi kediaman korban pada Rabu (21/11) sore yang kebetulan rumah dalam keadaan kosong.
Dalam aksinya, pelaku menggasak perhiasan emas berupa kalung dan anting. Hasil kejahatannya kemudian disimpan di rumah rekannya, CD. Bahkan saat beraksi pelaku menggunakan sepeda motor Satria F milik CD. Sebagian barang curiannya dibelikan HP dan digunakan untuk berfoya-foya.
Namun sepak terjang pelaku berhasil diendus pihak Polsek Lunyuk. Dalam penyelidikan yang dipimpin langsung Kapolseknya, dengan menghimpun sejumlah keterangan saksi, mengarah kepada pelaku. Polisi mengawali penangkapan terhadap CD, menyusul keterangan salah seorang pengusaha emas yang sempat membeli perhiasan hasil kejahatan pelaku. Dari pengembangan penyidikan ini, polisi meringkus AS—pelaku utama.
“CD kami tangkap sekitar jam 4 Jumat sore tadi, dan pada hari yang sama pukul 7 malam atau selepas sholat magrib, kami menangkap AS,” jelas Jef.
Selain itu diamankan barang bukti berupa sepeda motor, sebuah cincin, HP dan obeng, sebagian lainnya masih dalam pencarian.
Kapolsek Jef mengakui kalau AS merupakan residivis yang sebelumnya pernah ditangkap terkait kasus yang sama, dan baru dua bulan yang lalu bebas.
Kapolsek berharap, penangkapan yang kedua kali ini, dapat menjadi pelajaran sekaligus membuat AS insyaf. (Gaj)

Senin, 13 Agustus 2012

Takut di PTUN, Pemda Ogah Cabut Izin Tambang

Ketua Komisi I DPRD Sumbawa, Syamsul Fikri











Sumbawa, MATARAMnews – Ketegasan lembaga dewan untuk menindak lanjuti rekomendasi tentang kegiatan penambangan di wilayah Lunyuk dan Batu Lanteh, tidak serta merta harus dilaksanakan eksekutif. Padahal, rekomendasi Komisi I DPRD Sumbawa secara tegas meminta agar eksekutif segera mencabut Ijin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi di Kecamatan Lunyuk dan Batulanteh.

Sayangnya, Distamben tak bergeming.  Distamben Sumbawa ibarat buah simalakama. Kadistamben Sumbawa, Ir. Abdul Rahim,  menegaskan bahwa proses pencabutan IUP tersebut tidak semudah  membalikkan telapak tangan. Sebab dalam prakteknya membutuhkan proses yang cukup lama. Apalagi IUP tersebut hanya berstatus sebagai IUP Eksplorasi, bukan IUP Produksi.

IUP Eksplorasi tersebut hanya berlaku selama 3 tahun. Jika selama 3 tahun, pemegang IUP Eksplorasi tidak mendapatkan apa-apa, maka dengan sendirinya akan mundur.

Menurut Ahim, jika pemerintah daerah melakukan pencabutan, maka bisa saja perusahaan melayangkan gugatan ke PTUN terhadap Pemda dalam hal ini Bupati sebagai yang mengeluarkan ijin. Menyikapi kondisi itu, eksekutif tidak sekedar bekerja berdasarkan adanya tekanan politik dari DPRD maupun anggota dewan.

Secara terpisah, Ketua Komisi I DPRD Sumbawa, Syamsul Fikri, menekankan bahwa rekomendasi tersebut merupakan aspirasi masyarakat di Lunyuk dan Batulanteh yang disampaikan melalui serangkaian aksi demonstrasi ke DPRD Sumbawa. Masyarakat di dua Kecamatan itu, tegas Fikri, tidak menginginkan adanya aktifitas pertambangan dalam bentuk apapun.

“Masyarakat sendiri yang datang demo ke Komisi I, bahwa itu merupakan daerah penyangga air. Komisi I merupakan representatif dari keputusan yang ada. Apalagi saat rekomendasi tersebut diputuskan bersama gabungan Komisi I dan II, dipimpin Wakil Ketua DPRD, Mustami H Hamzah. Berarti tidak diindahkan oleh Kadistamben,” tandasnya.

Mengenai urusan PTUN oleh perusahaan, menurut Fikri, hal tersebut biasa dilakukan daripada masyarakat yang mem-PTUN kan Pemda.

Sementara itu, DPRD Kabupaten Sumbawa yang membidangi pengawasan terhadap proses pelayanan perijinan dan aparatur birokrasi, menyesalkan atas kegiatan perusahaan stone crusher atau pemecah batu dan pengolahan aspal (AMP) di Kabupaten Sumbawa.

Ketua Komisi I, Syamsul Fikri, Sag, Msi, menyesalkan sikap dinas teknis yang tidak pro aktif. Dia menganggap SKPD bersangkutan ‘tidur lelap’ mengenai persoalan ini, lantaran sejumlah perusahaan yang beroperasi di bidang itu belum mengantongi ijin. Padahal, kegiatannya telah berlangsung setahun. Bahkan pemerintah daerah melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) mengakui hal itu.

Syamsul Fikri, menegaskan, mestinya kegiatan illegal tersebut tidak boleh dibiarkan, sebab aktifitas yang selama ini berjalan tidak sesuai dengan prosedur hukum. Apalagi di satu sisi, pemerintah menarik pajak dari hasil kegiatan perusahaan tersebut, yakni melalui pembayaran pajak mineral bukan logam dan batuan sesuai ketentuan dalam UU nomor 4 tahun 2009 tentang Minerba.

“Ini lucu, kok pemerintah berdiam diri, mereka belum punya ijin. Kok juga ditarik pajaknya,” ujar Fikri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ia menilai aparatur di daerah ini tidak konsisten dalam menjalankan ketentuan di lapangan.Untuk itu pihaknya menekankan agar proses perijinan disesuaikan dengan mekanisme yang ada.

Ia menambahkan, mestinya intansi teknis turun lapangan untuk melakukan crossceck. Ia berharap persoalan ini justeru menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Seperti halnya yang terjadi di Dusun Kalepe Desa Muer, terkait keberadaan PT. Lancar Sejati yang kegiatannya ditolak masyarakat setempat.
“Jangan menyelesaikan masalah ketika timbul konflik horizontal di masyarakat. Selesaikan sebelum timbul masalah,” tegasnya.

Daerah Transmigrasi Di Lunyuk Belum Miliki Akses Listrik


Burhanuddin HS, anggota DPRD Sumbawa dari Dapil II, kepada Sumbawanews.com,  Senin (6/8/2012), mengatakan, saat menggelar reses beberapa waktu lalu ke desa Sampar Boal Kecamatan Lunyuk, oleh masyarakat setempat dikeluhkan  tentang fasilitas akses listrik, yang kini belum dinikmati di wilayah transmigrasi tersebut.

“Kasihan masyarakat disana, ada ratusan KK di desa tersebut yang belum menikmati akses listrik,” ujar Burhanuddin HS.

Dikatakan, masyarakat setempat mengikuti program transmigrasi dengan harapan hidup lebih baik dan lebih kayak, akan tetapi hingga saat ini, masyarakat setempat belum bisa menikmati hidup yang lebih baik dan lebih layak tersebut.

Bukan hanya itu, air bersih dan MCK juga belum dinikmati oleh masyarakat setempat, padahal yang perlu lebih diperhatikan Pemerintah selain listrik yakni masalah kesehatan.

“Mudah- mudahan Pemerintah medengar apa yang menjadi keluhan masyarakat setempat,” pungkas Burhanuddin HS. (Ismu)

Potensi Ubi Kayu Lunyuk Diminati Investor


Anggota DPRD Sumbawa dari Kecamatan Lunyuk, I Dewa Gede Oka Budiasa, SE di ruang kerjanya, Selasa (07/08/2012) menjelaskan, aktifitas awal telah dilakukan. Bahkan menurutnya bibit yang digunakan merupakan bibit unggul yang didatangkan dari luar daerah.

Menurutnya, yang menjadi kekhawatiran petani saat ini adalah menyangkut masalah harga. Sehingga perlu adanya proteksi dari pemerintah daerah, sehingga harga komuditas ubi kayu tersebut stabil. Harga yang ditawarkan sementara perkilogramnya Rp. 200. Setiap pohon rata-rata mampu menghasilkan 40 kilogram dan perhektarnya mampu ditanami sekitar 1000 pohon.

Dikatakan, adanya rencana pengembangan budi daya ubi kayu di Kecamatan Lunyuk ini  diharapkan petani tidak hanya bertumpu pada hasil padi dan jagung saja, tetapi sebagian dapat juga mengembangkan penanaman ubi kayu. Sehingga terjadi kestabilan harga.

“Banyak petani yang berminat, namun mereka masih ragu karena khawatir harganya akan anjlok,” tandas Dewa. (Yudhie)

Jumat, 27 Juli 2012

Lawas Tanah Samawa

Selamat sore sobat blogger, kali ini saya akan mencoba memposting mengenai "Lawas Tana’ Samawa". Lawas ini berisi kisah keberadaan Kabupaten Sumbawa, tentu ampa yang saya posting ini masih jauh dari sempurna. Untuk itulah kritik dan saran para pengunjung selalu diharapkan untuk penulisan Lawas-Lawas berikutnya. Semoga pula bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya Tau-Tau Samawa’.

Berikut beberapa lawas yang saya kutip dari Sumbawanews.com

Ku Samula Ke Salam
Maris Ayap Rasa Sukur
Ko NENE’ Rabbul Izzati

Lawas Ku Ta We Sia Ee
Tutir Luk Tanang Samawa’
Lema Sama Mo Tu Paham

Lamin Tu Ape Ko Sajarah
Tana’ Samawa’ Gila Ee
Siong  Tana’ Ka Tu Pungka

Dunung Sapuan Mo Ada
Nomonda Tau Ka Catat
Pida Umir Mo Kira Na

Menan Si Luk Ke Budaya
Sapuan Tenris Ano Ta
Tumung Baseli Ke Balong

Budaya Dadi Mo Adat
Daru Telas Tu Samawa’
Dasar Islam Si Kabali

Budaya Kita Sia Ee
Basingin Budaya Islam
Nan Rapang Tana’ Samawa’
Mara Ka Leng Tau Loka
Adat Bersendikan Syara’
Syara’ Bersendikan Kitab

Adat Tepat Ke Syare’at
No Mirik Ke Kitabullah
Nan Mo Adat Tu Samawa’

Gila Maras Tu Samawa’
Lamin Ada Boat Iwit
No Kamilin Mo Ke Adat
Tu Samisal Ko Pangantan
No Maras No Kenang Adat
Mula Nyorong Ke Barantat

Dalam Nyorong Mo Sia Ee
Peno Saling Sier Lawas
Rema Nanta Ke Gamporo

Mudi Ne Ku Lontak Lawang
Dunung Mo Ku Bada’ Rara
Na Nesal Bijan Tu Tingi
Nan Nya Lawas Tu Salaki
Samenong Ko Tu Sawai
Ling Lawang Purat Ke Barit

Ka Mu Pesan Kami Datang
Kuda Lawang Ka Mu Purat
Ya Mu Adal Ke Nyonde Ta

Nan Mo Lawas Tu Sapuan
Lamin Antat Soan Lemar
Ling Dalam Petang Sia Ee
Lamin Ya Sangada Petang
Barantat Singin Gila Ee
Tengari Tu Sepan Nyorong

Lalo Antat Soan Lemar
Sepakat Pang Basaputis
Nan Kalalo Bakatoan

Kabali Ampo Sia E
Tanya Lawas Tu Salaki
Muntu Antat Soan Lemar
Sia Tingi Bangsa Bulan
Kami Jepin Panyangka Bong
Rela Tu Buruk Barema

Jepin Ungu Ling Batu Bong
Tenri Kemang Lako Tana
Sama Gama Tu Gantuna.

Benru Mula Ku To Nati
Kukalupa Sampat Bara
Kembo Ku Noa Roa Nusu
Benru Mula Ku To Yandi
Ku Kalupa Bada Rara
Na Gama Dadi Puin Su

Balas Mo Ling Tu Sawai
Nan Mo Nya Dadi Paralu
Ko Rambongan Tu Salaki

Maaf Ku Sempu Maaf Ku
Lawang Rare Ka Tu Purat
Tama Balawas Po Dunung
Bua Lawang Katu Purat
Siong Si Tu Adal Sia
Nan Mo Cara Tu Baralu

Malema Sempu Ma Lema
Sapuan Mo Le Ku Tari
Neja Si Lampa Leng Tutu

Kanatang Sia Intan Ee
Min Tutu Bentan Leng Tutu
Arap Maris Tu Batungku
Batungku Untung Ke Jangi
Na Sarusak Ke Kateman
Lema Belo Tu Basanak

Min Tumenong Tu Salaki
Nonda Rungan Bawa Lenge
Kabalong Nan Mampis Rungan

Mampis Rungan Sia Ende
Edap Rena Alis Ate
Tu Tangko Kewa Kamoyang
Sijar Saung Ayam Jawa
Ngungku Rena Kampir Korong
Mesang Mo Tada Rua Na

Konang Ingat Sia Kakak
Lamin Tada Tanja Pekok
Balong Mu Kenang Koar Gaba

Balawas Nanta De sawai
No To Cara Alu Sia
Pola Nanta Ya Tu Sukat
Ngalugu Gunter Parenek
Ku Sepan Ujan Malenek
Sia Mo Lampa Mangkelek

Benru Menong Mo Pangkelek
Bleng Koa Ate Odek
No Si Ke Dadi Pakendek

Lamin Tutu No Bakendek
Ta Ku Beang Sia Cobek
Ulak Mo Jangka Maresek
Kapang Kami Ina Bapa
Sopo Lawas Lako Sia
Mole Ngaro Sia Bentan

Na Mara Kemang Tamuruk
Kekar Asar Gugir Subu
Maras Si Konang Sangara


Mara Punti Gama Nde
Den Kuning No Tenri Tana
Mate’ Bakolar Ke Lolo.

Sier Lawas Tutu Maras
Nan Nya Adat Tu Samawa’
Biasa Sier Mo Pang Nyorong

Dalam Barantat Ke Nyorong
Ada Singin Soan Lemar
Lengkap Mo Ke Daru Reka’

Daru Reka’ Nan Sia Ee
Ada Singin Isi Peti
Imung Ke Isi Lemari

Mas Bulaeng Isi Peti
Isi Lemari Nan Lamung
Tamba Mo Ke Jangan Kakan

Biasa Sopo Puin Tomas
Palio Nasa’ Balanya
Kadang Boat Nomo Dadi

Uang Balanya Sia Ee
Kenras Lalo Dadi Takar
Nan Sasingin Mo Pamako

Pangantan Maris Mo Bada’
Bada’ Roa Mo Tu Sukat
Nan Mo Masa Tama Boat

Pangantan Nangis Ke Bito
Asi  Diri Ya Sanika’
Ke Tu Basingin Bangmek

Bua Nangis Tu Sawai
Sapuan Nongka Saling To
Konang Rasate Tu Loka

Tu Loka Mo Baeng Boat
Tode Nongka Saling Pato
Ibarat Siti Nurbaya

Lamin Jira Mo Ya Bada’
Barema Tama Ke Boat
Pangantan Tenris Bakengkam

Sanopoka Ya Sanika’
Odak Parana Po Dunung
Santurit Mo Ke Badait

Ada Mo Maning Pangantan
Singin Jeruk Ai Oram
Iring Ampo Ke Gong Genang

Lamin Katelas Saman Ta
Ina Bapa Meling Anak
Nomongka Paksa Tu Sukat

Dapat Mo Waya Basai
Kemas Imung Ke Kamoyang
Sarame Po Ling Rabana

Ratib Ke Rabana Ode
Kadang Ke Rabana Rea’
Petang Undang Tu Sakeco

Konang Kapeno Sia Ee
Tu Samawa’ Kurang Paham
Lako Adat Nini Kaki

Tu Samisal Mo Pang Nyorong
Biasa Rembang  Ke Ratib
To Kadang Ke Kacimol

Gila Nanta Tu Samawa’
Ada Adat Mara Nonda
Ratib Gentan Ke Kacimol

Kacimol Nan We Sia E
Musik Adat Tau Sasak
No Balong Lamin Tu Turit

Sampanang Adat Sia E
Wajib Bagi Tu Samawa’
Ya Umin Ko Anak Dadi

Katelas Adat Samawa’
No Kamilin Si Ke Datu
Nan Mo Otak Basampanang

Samawa’ Kita Gila Ee
Kalis Empang Ko Jareweh
Sapuan Pimpin Ling Datu

Peno Raja Ka Marenta
Pimpin Tana’ Samawa’
Kalis Empang Ko Jareweh
Ada Mo Raja Jareweh
Ada Singin Datu Seran
Peno Jangka Balu Olas

Ling Dalam Sanompo Ngano
Baremin Mo Raja Raja
Sasai Diri Dadi Sopo

Tu Kira Abad Pitu Olas
Pang Tin Nam Olas Pitu Mpat
Pina Sopo Kesultanan
Sapakat Angkat Mo Sultan
Baeng  Pimpin Desa Darat
Bakatokal Pang Samawa’

Raja Mula Ka Marenta
Harunnurrasyid  Pertama
Jangka Pitu Olas Nol Dua

Kalis Empang Ko Jareweh
Masing Masing Bawa Adat
Nan Singin Ragam Budaya
Mara Ling Tau Sapuan
Den Eta Ke Den Ara
Lin Desa Lin Mo Cara

Kele Menan We Sia Ee
Sopo Gili Sopo Desa
Sopo Si Ampo Rasate

Mana Beda Si Pang Adat
Imung Ke Basa No Sama
Tetap Singin Tu Samawa’
Siong Bae Tu Samawa
Ada Tedu Ling Gili Ta
Tu Desa Lin Ngere Peno

Mana Peno Tu Desa Lin
Nongka Telas Ke Kajongar
Adab Rapang Tu Samawa’

Sapuan Mo We Intan Ee
Tu Gili Lin Datang Tedu
Ko Samawa Mampis Rungan
Ka’ling Rungan Bawa Mampis
Tu Arab Cina Malayu
Mula Dunung Mo Ka Datang

Datang Nanta Ko Samawa
Bawa Dagang Datang Jual
Maris Mo Ajar Agama
Mana Tau Barang Kayu
Lamin To’ Sanyaman Ate
Benan Si Sanak Parana
Bentan Mo Agama Islam
Ajar Lako Tu Badesa
Ode Rea’ Loka Beru
Tu Aran Sendi Lako Sia
Tutir Mula Tama Islam
Kabawa Ling Tu Balayar
Tau Arab Ke Malayu
Kira Pang Abad Ke Pitu
Nan Ka Waya Bawa Islam
Bua Tu Kira Saman Nan
Peno Bukti  Mo Tu Gita
Misal Lako Kubir Loka
Kubir Loka Sasir Desa
Mesan Batu Cora’ Islam
Imung Ampo Mo Ke Tutir
Min Tu Samalik Lako Nan
Tu Badesa Dunung Islam
Nan Po Turit Ling Datu
Ka Bariman Datu Kita
Barema Ke Roe Bengka
Tin Nam Olas Dua Telu
Tama Islam Datu Kita
Peno Pa Nyokong Rakyat
Maras Lamin Sopo Iman
Bariman Raja Samawa’
Ka Ajak Ling Raja Goa
Nan Mo Datu Pang Makasar
Samawa’ Ke Raja Goa
Mara Tu Sanak Salaki
Rosa Mo Saleng Santurit
Balanda Sepan Samawa’
Jaja Mo Ling Raja Goa
Lontara Beling Siong Si
Dalam Lontara Makasar
Raja Goa No Manjaja
Badengan Dadi Sahabat
Lontara Tegas Sia Ee
Catatan Tau Mengkasar
Pang Samawa’ Tu Sepan Buk
Menan Si Luk Raja Bone
Ko Nanta Raja Samawa’
Sanadi Sanak Parana
Ling Bawa’ Raja Sia Ee
Ada Mo Dewan Menteri
Telu Tau Ka Ya Pili
Mula Kalis Datu Ranga
Dua Dea Kalibela
Telu Mo Dea Dipati
Dewan Menteri  Sia Ee
Pili Ling Tu Dua Olas
Nan Pengantong Dua Olas
Pengantong Dua Olas Nan
Ada Mo Mamanca Lima
Imung Ke Lelurah Pitu
Salin Mo Ke Denan Ita’
Ada Si Kamutar Telu
Seran Taliwang Jareweh
Kemutar Telu Ta Sia Ee
Barema Mo Ke Raja Lin
Pina Sopo Kesultanan
Dadi Wajib Saruntung Tin
Hasil Kalis Uma Tana’
Antat Dadi Mo Pamangan
Kalis Empang Ko Jareweh
Iring Antat Bunga Antin
Tanda Ta’at Lako Raja
Salin Antat Bunga Antin
Sonap Ampo Lawang Balu’
Beang Sedo Lako Raja
Ling Kerajaan Samawa’
Datu Pina’ Tau Loka’
Pang Diri Tu Ete Tangar
Raja Samawa’  Sia Ee
Tu Sepan Dewa Maraja
Atawa Dewa Masmawa
Raja Dadi Datu Mutar
Tau Jatu Desa Darat
Min Basa To Pamarentah
Dalam Jatu Desa Darat
Raja Tulung Ling Menteri
Telu Tau Mo Ita’ Nan
Ranga Mo Katua Dewan
Tenris Longan Samapuin
Tu Otak Mamanca Lima
Ada Si Singin Jabatan
Tu Sepan Mo Dea Ngeru’
Tu Pimpin Lelurah Pitu
Lamin Ada Keputusan
Samula’ Mo Ke Bahasa
Kasuka Dewa Masmawa
Tu Samalik Lako Bao
Ka Kanatang Tu Desa Lin
Depar Maris Pang Samawa’
Bua Depar Tenris Tedu
Ling Samawa Balong Rungan
Sola Ke No Bawa Mampis
Tu  Datang Ka Sakit Mole
Badagang No Si Ya Rugi
Kabalong Ampo Ya Dapat
Kadatang Sangka Ku Angkang
Mole Ku Santurit Kemang
Lema Mampis Bawa Rungan
Nan Parenti Tu Samawa’
Ko Tamue Desa Darat
Lema Senap Nyaman Nyawe
Tu Pelong Sendi Sia Ee
Benru Dadi Kesultanan
Samawa’ Ka Tokal Raja
Ling Saketeng Ibu Kota
Nan Mo Pusat Kerajaan
Katokal Bangun Istana
Istana Raja Samawa’
Basingin Mo Dalam Loka
Maris Dadi Bale Raja
Raja Tedu Ke Ne Bini
Ada Si Ke Anak dadi
Imung Ke Joa’ Perjaka
Salaki’  Dewa Maraja
Min Sawai Raja Bini
Anak Tu Juluk Mo Daeng
Dalam Loka We Sia ee
Kemar Lambang  Mo Sahadat
Ete Kalis Rukun Islam
Tiang Siwa Pulu Siwa
Ete Sifat Alatala
Nan Singin Asama’ul Husna
Bala’ Pina’ Dua Antin
Lengkap Mo Ke Dua Anar
Ola Mo Tau Turin Ntek
Telu Olas Ilat Anar
Sopo Pitu Olas Ilat
Dua Intan Ada Tegas
Telu Olas Rukun Sholat
Ete Si Raka’at Sholat
Nan Nya Ilat Pitu Olas
Bua Pina’ Mo Menan Luk
Bau Dadi Peringatan
Lako Tau Dadi Raja
Salin Jatu Desa Darat
Raja Pina’ Dadi Conto
Me Cara Amal Syare’at
Kabali Ampo Sia Ee
Sanopoka Dalam Loka
Mula Telu Ka Ya Bangun
Mula Singin Bala Balong
Dua Singin Bala Sawo
Katelu Gunung Setia
Dalam Loka Polak Ano
Lengkap Mo Ke Sopo Lenang
Ya Sasingin Lenang Lunyuk

Lenang Lunyuk We Sia Ee
Tegas Sopo Lenang Rea’
Nan Katokal Boat Iwit

Lamin Ada Boat Datu
Lenang Lunyuk Ya Sarame
Gentao Lengkap Ke Penca’

Genang Ba Joge Ada Mo
Bakaraci  No Kamilin
Imung Ampo Ke Barempuk

Ete Lako Ano Rawi
Manang Mo Sopo Masigit
Ya Sasingin Masjid Makam

Bua Singin Masjid Makam
Ling Bungkak Pina Mo Penam
Penam Kubir Datu Lengit

Masjid Makam We Sia Ee
Dadi Si Pang Angkat Sumpa
Ko Tu Benru Dadi Raja

Sumpa Kenang Basa Arab
Bajangi Balong Marenta
Jatu Jampang Desa Darat

Angkat Sumpa Bao  Mihrab
Rena Riwa Po Ling Roe
Saksi Nanta Ling Tu Peno

Benru Jira Angkat Sumpa
Kareng  Nanta Ya Sangingat
Mena Mungkir Lako Jangi

Sangingat Mo Ling Dipati
Kajuluk Juru Palasan
Masi Saksi Ling Tu Peno

Min No Adil Mu Marenta
Ko Olat Bau Leng Ble’
Ko Ai Kakan Ling Balo

Min Mu Jempung Mu Bosok
Min Mu Sonap Mu Pongong
Yamu Popo Soro Kau

Ko Teming Tampo Ling Umak
Imung Ampo Laknat Kau
Ling Karoan Telu Pulu Jis

Masjid Makam To Sia Ee
Kamo Bangun De Moderen
Ya Sasingin Nurul Huda

Menan Si Luk We Sia Ee
Nonda Tau Kebal Hukum
Mati’  Lako Sarat Empat

Tamo Tegas Sarat Empat
Sai  Kelek Lema Datang
Dua Suru Kotar Lalo

Telu Eneng  Lema  Beang
Empat Beang Na No Tangko
Nan Nya Hebat Tu Samawa’

Me Luk No Tu Beling Hebat
Baning Ke Tau Desa Lin
Boat Aji Ke Falsafah
Tu Pimpin Tana’ Samawa
Wajib Beang Dadi Conto
Nan Parinsip Tu Marenta
Dalam Telas Tu Samawa’
Sapulu Saleng No Milin
Sai  Mo Tu Saleng Pendi
Dua Maris Saleng Sayang
Katelu Tu Saleng Sadu’
Empat Mo Saleng Sakiki’
Saleng Tulung De Ke Lima
Enam Mo Saleng Satingi
Maris Rajin Saleng Jango
Saleng Satotang Nan Sifat
Dalam Telas Saleng Beme
Sapulu Saleng Santurit
Tu Samalik Ko Sajarah
Sajarah Datu Samawa’
Lema Sama Mo Tu Paham
Salin Mo Datu Salaki
Ada Si Raja Sawai
Mula Singin Siti Aisyah
Sa Tin Si Le’ Kamarenta
Lako Mo Safiatuddin
Marenta Nanta Lima Tin
Sanopoka Nan Kabali
Saman Dewa Awan Kuning
Datu No Poka Islam
Raja Kasuda Saman Nan
Basingin Maja Paruwa’
Pang Tin Nam Olas Pitu Mpat
Ma Tu Sima Ko Budaya
Samawa’ Peno Mo Campu
Ka Bawa Ling Tu Desa Lin
Tu Gita Mo Lako Sapu’
Asal Gowa Ke Malayu
Kilo Datang Kalis Bone
Tulang Sakeco Sia Ee
Asal Banjar Kalimantan
Nan Singin Seni Madihin
Ka Bawa Ling Gusti Mesir
Maris  Nanta Dadi Raja
Pola Tu Ada Pangeto
Siong Mesa Roe Bengka
Bau Mo Tu Pina Datu
Tu Peno Kareng Ka Mampu
Ada Si Ampo Barzanji
Bawa Mo Ling Tau Arab
Dadi Mo Budaya Kita
Peno Tau Bawa Tanja
Tanja Karong Ke Kangere
Pola Roe Dea Datu
Tu Peno Sate Mo Nurit
Lako Tanja Tu Datang Nan
Sola Ke Ada Kabau’
Mole Nanta Dadi Ama
Lako Tau Nurit Kebo
Kajuluk Tanja Mengkasar
Rapesan Nanta Tu Loka
Na Turit Tau Mara Nan
Nongka Balong Ling No Sama
Mana Si Kapasal Cinde
Lamin Dadi Tali Lampak
Ya Rik Repa’ Si Ling Tau
Mana Si Kapasal Lutung
Lamin Dadi Lapis Songko
Soan Jonyong Si Leng Tau
Mana  Roe Dea Datu
Lamin No To Bawa Diri
Tu Rapang Mo Kebo Jaran
Mana Si Kita Tu Nonda
Lamin Balong Bawa Edap
Satingi Si Ling Tau Lin
Nan Mo Pesan Tau Loka
Lako Anak Dadi Kita
Balong Si Lamin Tu Turit
Tu Samawa We Sia Ee
Balong Intan Bawa Diri
Edab Rena Alis Ate
Lamin Balong Mo Parange
Alis Ate Patis Boa
Nan Puin Tumung Pamendi
Kabali Datang Pamendi
Ruris No Pendek Ling Bola
Bajatu Ikhlas Ke Reda
Nonda Rungan Bawa Lenge
Kabalong Bae Tu Menong
Nannya Singin Mampis Rungan
Turin Siong Si Barenang
Datu Maris Si Ya Pongo
Ra’yat Tetap Jatu Jatan

Bala’ Kuning Ta Sia Ee
Dadi Tokal Tendu Raja
Jangka Lengit Mo Nanta Na

Benru Rapina Mo Datu
Istana Sa Nadi Wisma
Pina Singin Wisma Praja

Wisma Praja Ta Sia Ee
Tokal Mo Ngentang Tamue
Lamin Datang Ko Samawa

Ta Tutir Wisma Peraja
Ka Ya Bangun Ling Balanda
Tin Siwa Olas Telu Mpat

Bangun Nongka Mo Ke Semin
Garesik Campur Ke Lane
Imung Ampo Dua Antin

Dining Bao Lasar Anyam
Kuat Nantak Nonda Rusak
Pola Rancang Ling Insinyur


Saman To Ada Si Singin
Wisma Atawa Pendopo
Ete Basa Tau Jawa

Bua Ya Singin Pendopo
Koa Kanyung Tokal Tendu
Tendu Tu Dadi Bupati

Sasingin Mula Pendopo
Dalam Saman Madilaoe
Maris Mo Intan Jangka To

Ma Tu Ngingo Lako Angkang
Manang Bale Telu Antin
Nan Tu Sepan Mo Bale Jam

Bua Sasingin Bale Jam
Bale Tokal Ngentong Lonceng
Genta Ling Basa Tau To

Bukti Ka Pang Tau Arab
Ling To Masi Si Tugita
Pang Desa Labu Samawa’

Ada Singin Kampung Arab
Nan Mo Karang Balo Tolo
Sapuan Datang Badagang

Santara Mo Tau Cina
Peno Tu Samparak Diri
Lako Pusat Kerajaan

Jangka To Masi Si Peno
Roe Bengka Tau Cina
Buka Toko Ling Kartini

Tu Mula Samparak Diri
Roe Bengka The She Kia
Basa Kita Tuan Sega’

Sanopoka Tau Cina
Dunung Mo Bangun Balanda
Pina Tokal Main Bilyar

Ete Ola Tu Balangan
Langan Lako Tana’ Lapang
Nan Mo Singin Kamar Bola

Tana’ Lapang Nan Sia Ee
Pang Tin Lima Puluh Lima
Singin Lapangan Pahlawan

Mara Mo Singin Lapangan
Ola Singin Si Pahlawan
Maris Mo Jangka Anota

Benru Jira Tu Mardeka
Pang Tin Lima Puluh Siwa
Sangilang Mo Kerajaan

Barema Ke Nan Kabali
Roba Dadi Kabupaten
Raja Si Dadi Pamimpin

Dua Dua Januari
Pang Tin Lima Pulu Siwa’
Raja Dadi Mo Bupati

Angkat Sumpa Ke Bajangi
Jatu Jatan Desa Darat
Lema Senap Nyaman Nyawe


Jangka Nan Boe Mo Masa
Sultan Pimpin Kerajaan
Kareng Mo Dadi Bupati

Nan Mo Ka Kalis Intan Ee
Pina’ Dadi Hari Lahir
Samawa’ Balong Tu Totang

Tu Samaris Ko Kanatang
Datang Rame Tu Mengkasar
Sola Mo Lengkap Ke Cinde

Peno Tau Bawa Tanja
Tanja Karong Ke Kangere
Pola Roe Dea Datu

Tu Peno Sate Mo Nurit
Lako Tanja Tu Datang Nan
Sola Ke Ada Kabau’

Mole Nanta Dadi Ama
Lako Tau Nurit Kebo
Kajuluk Tanja Mengkasar

Rapesan Nanta Tu Loka
Na Turit Tau Mara Nan
Nongka Balong Ling No Sama

Mana Si Kapasal Cinde
Lamin Dadi Tali Lampak
Ya Rik Repa’ Si Ling Tau

Mana Si Kapasal Lutung
Lamin Dadi Lapis Songko
Soan Jonyong Si Leng Tau

Mana Roe Dea Datu
Lamin No To Bawa Diri
Tu Rapang Mo Kebo Jaran

Mana Si Kita Tu Nonda
Lamin Balong Bawa Edap
Satingi Si Ling Tau Lin

Nan Mo Pesan Tau Loka
Lako Anak Dadi Kita
Balong Si Lamin Tu Turit


Tu Samawa We Sia Ee
Balong Intan Bawa Diri
Edab Rena Alis Ate

Lamin Balong Mo Parange
Alis Ate Patis Boa
Nan Puin Tumung Pamendi

Kabali Datang Pamendi
Ruris No Pendek Ling Bola
Bajatu Ikhlas Ke Reda

Cerita Meke Serep

Pada tahun 1350 Gajah Mada Mahapatih kerajaan Maja Pahit besrta Empu Nala mempersatukan Nusantara dari Sabang sampai Merauke guna membuktikan cita – citanya yang terkandung dalam Sumpah Pala. Nusantara bersatu di bawah lambang bendera Majapahit di bawah pimpinan raja yang bijaksana yaitu Hayam Wuruk dengan Mahapatih yang sakti yaitu Gajah Mada.
Pada waktu rakyat kerajaan Tana Samawa di bawah pimpinan raja yang mulia Raja Nuang Sasih yang memililki kekuasaan dari Empang sampai ke Jerewweh tunduk kepada Kerajaan Majapahit serta memeluk agama Hindu. Sisa – sisa peninggalan ajaran agama Hindu sampai sekarang masih dapat ditemukan dalam praktek kehidupan masyarakat Samawa sehari – hari terutama di desa – desa atau di daerah terpencil. Misalnya mengantar sesajen ke tempat mata air, batu – batu, pohon – pohon kayu yang besar dan lain – lain yang dianggap keramat.
Raja Nuang Sasih memimpin Kerajaan Tana Samawa dengan adil dan bijaksana. Rakyat hidup aman dan tentram serta adil dan makmur.Karena itu raha Nuang Sasih sangat dicintai rakyatnya.
Di suatu pagi yang cerah di ruang sidang Sri Menganti di istana Kerajaan Tana Samawa penuh sesak dengan tentara Kerajaan, hulubalang, para menteri, punggawa, dan panglima kerajaan. Nampaknya akan ada pertemuan dengan raja Nuang Sasih. Tak berapa lama kemudian Raja Nuang Sasih yang bijaksana dan mulia memasuki ruang sidang yang diberi nama Ruang Sidang Sri Menganti itu. Padukan Raja diiringi oleh para pengawal istana yang sakti – sakti. Semua yang hadir memberi hormat yang khidmat kepada Raja Nuang Sasih. Segeralah Raja Nuang Sasih memulai pembicaraan.
“Wahai Panglima” kata Raja

“Daulat Tuanku Syah Alam”, jawab Panglima segera.
“Apakah para pimpinan bala tentara kerajaan, para punggawa,dan para menteri sudah hadir seluruhnya?”, kata Raja Nuang Sasih.
“Ampun yang Mulia, pimpinan, balatentara, para punggawa, dan para menteri kerajaan seluruhnya sudah siap”, jawab Panglima Kerajaan.
Setelah mendengar laporan dari Panglima, Raja Nuang Sasih segera  memberikan Wejangannya.
“Panglima, para menteri, punggawa, serta para pimpinan balatentara kerajaan, maksud dan tujuan kita berkumpul di Ruang Sidang Sri Manganti ini yaitu untuk membicarakan penjagaan dan pengawalan terhadap Puteri Mahkota Kerajaan yaitu Puteriku Lala Baka. Saya perintahkan kepada semua yang hadir untuk dapat menjaga keselamatan puteriku dari perbutan – perbuatan tercela, hingga tidak memalukan kita semua dan seluruh rakyat kerajaan Tana Samawa ini”, Kata Raja bertitah.
“pengawal!’, Kata Raja memangggil pengawalnya.

‘Daulat Tuanku”, jawab pengawal.
‘Segera panggil puteriku Lala Baka untuk hadir di ruang sidang ini sekarang juga’, ucap Baginda Raja memerintahkan pengawal.
“Daulat Tuanku Baginda Raja”, kata pengawal sambil segera memanggil Lala Baka.
Lala Baka adalah Puteri Mahkota Kerajaan Tana Samawa, yang disanjung dan didambakan oleh seluruh rakyat Tana Samawa. Teristimewa oleh Paduka Yang Mulia Raja Nuang Sasih beserta Permaisuri. Tak berapa lama kemudian Puteri Mahkota Lala Baka memasuki ruang sidang Sri Menganti, diiringi dayant – dayang istana dikawal oleh para pengawal untuk menghadap ayahanda tercinta. Setibanya di hadapan Paduka Yang Mulia, Lala Baka beserta pengiring langsung sujud sembah yang menggambarkan ketaatan dan kestiaan puteri mahkota. Setelah itu Baginda Raja memulai pembicaraan.
“Wahai Puteriku tersayang,” kata Baginda memulai pembicaraan.

“Daulat ayahanda tercinta”, jawab Lala Baka.
“Maksud dan tujuanku memanggil engkau menghadapku di ruangan sidang ini adalah aku bermaksud menyampaikan nasihat dan perintahku kepadamu puteruiku. Dan aku ingin agar nasihat dan perintah ini disaksikan oleh para menteri,panglima dan seluruh unsur pimpinan kerajaan”, kata Baginda Raja.
“Daulat ayahanda tercinta”, ucap Puteri Mahkota Lala Baka.
“Begini anakku”, kata Baginda Raja memulai nasehatnya. “Puteri Mahkota adalah merupakan contoh dambaan seluruh rakyat Tana Samawa. Untuk itu aku minta kepadamuperliharalah dirimuagar tidak terjerumus dalam lembah kehancuran. Terlebih –lebih dirimu seorang perempuan dan puteri raja. Jangan sampai kau tergoda oleh rayuan iblisyang jahat. Bersediakah kau puteriku memelihara dirimu?”, ungkap baginda Raja dengan mengajukan pertanyaan.
Lala Baka tertegun dengan ucapan ayahandanya Baginda Raja Nuang Sasih yang mengandung harapan guna menjawab kehormatan keluarga kerajaan itu. Segeralah Lala Baka menjawab pertanyaan baginda raja

“Ampun yang mulia. Hamba bersumpah dan berjanji di hadapan ayahhanda tercinta dan dihadapan seluruh pemerintah kerajaan bahwa hamba akan memelihara diri dan tidak akan memalukan ayahanda beserta ibunda, dan seluruh rakyat kerajaan Tana Samawa tercinta”. Jawab Putri Mahkota.
Baginda Raja Nuang Sasih dan seluruh yang hadir di ruang sidang mendengar dengan penuh perhatian terhadap ucapan Lala Baka sebagai seorang Putri Mahkota.Kemudian Baginda Raja melanjutkan.
“ Para Menteri, Panglima, dan Punggawa”, kata Baginda Raja

“ Daulat Baginda Raja”, jawab Menteri, Panglima, dan Punggawa serentak.
“ Sudahkan kalian semua mendengar sumpah dan janji puteriku?. Tanya Baginda Raja kepada para Menteri, Panglima, dan Punggawa kerajaan.
“ Daulat Tuanku. Kami semua sudah mengdengar dan menyaksikan . Dan kami semua siap untukmenjaga dan memelihara keselamatan Tuan Puteri, jawab Para Menteri, Panglima, dan Punggawa serentak.
Baginda Raja merasa sangat senang mendengar kesaksian dan kesanggupan segenap Menteri Panglima dan Punggawa untikmenjaga dan memelihara keselamatan Taun Puteri. Kemudian Baginda Raja memandang kepada Puteri Mahkota dan melanjutkan pembicaraan.
“ Tapi ingat apabila Puteriku melanggar segala nasihatku maka aku akan memberikan hukuman yang sangat berat kepadamu Puteriku. Bersediakah kau menerima hukuman?”’ kata Baginda Raja.

“ Daulat ayahanda tercinta, sekiranya hamba melanggar sumpah dan janji maka hukumlah hamba dengan hukuman yang seberat-beratnya. Hamba bersedia kata Puteri Mahkota meyakinkan ayahandanya.
Kabut Kelabu Di Langit Istana.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan bumi terus berputar pada porosnya. Siang berubsah menjadi malam dan malampun berubah menjadi siang. Demikianlah hidup manusia di dunia fanaini. Suatu masa ia bahagia, suatu masa ia menderita. Adakalanya manusia itu sakit. Kehidupan manusia di atas dunia ini selalu berubah ubah.
Setahun kemudian, kerajaan Tana Samawa ditutupi kabut kelabu yang memalukan dan menciderai nama mulia Baginda Raja Nuang Sasih beserta seluruh rakyat kerajaan Tana Samawa. Putri Mahkota Lala Baka di timpa mala petaka. Ia hamil tiga bulan tanpa nikah . Dan rahasia ini di ketahui oleh Paduka Yang Mulia . Seluruh rakyat berkabung memikirkan nasib Putri Mahkota Lala  Baka yang akan mendapat hukuman berat dari Paduka Yang Mulia. Peristiwa kelabu ini terjadi kira-kira tahun 1480 Masehi, sebelum Agama Islam masuk ke Tana Samawa.
Di suatu pagi yang cerah, di ruang sidang Sri Menganti, Paduka Yang Mulia Raja Nuang Sasih dihadapi patih, Panglima, para Menteri dan para Punggawa guna mendengarkan perinah yang harus dilaksnakan. Raja Nuang Sasih memulai pembicaraan.
“ Wahai Patih, Panglima, dan para Menteri, serta para Punggawa pada saat ini kerajaan telah ditimpa kabut kelabu. Tindakan apakah yang harus kulakukan kepada putriku Lala Baka?’ kata Baginda Raja Nuang Sasih meminta pertimbangan.

“ Ampun yang mulia. Segala putusan hamba serahkan kepadaBaginda Yang Mulia. Sedangkan hamba siap melaksanakannya’’, kata salah seorang Menteri.
Putriku telah memberi malu kepada rakyat Tana Samawa. Hukuman yang akan kuberikan pada putriku ialah hukuman yang setimpal dengan perbuatanya”, kata Raja Nuang Sasih.
“ Daulat Tuanku”, kata salah seorang Patih.

“ Wahai Patih dan Panglima bawalah Lala Baka ke tempat pengasingan di dalam sebuah hutan lebat. Hutan itu terletak di sebuah selatan desa Senawang. Di dalam hutan itu ada sebuah gua yang namanya Liang Bedis Untuk menjaga keamanan dalam perjalanan bawalah sepasukan tentara pengawal istana”, titah Paduka Raja.
“Daulat Tuanku Yang Mulia. Hamba akan laksanakan sebagaimana titah paduka Tuanku. Kapan hamba akan laksanakan Yang Mulia?”, jawab Patih.
“Dua hari yang akan datang.Sekarang lakukanlah persiapan”, perintah Baginda Raja kepada Patih Kerajaan.
Menuju Ke Pengasingan
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Demikian nasib Puteri Mahkota  Kerajaan Tana Samawa Lala Baka yang dirundung  malang atas perbuatannya sendiri. Lala Baka yang selalu hidup bahagia, tenang dan tentram, dikelilingi oleh dayang – dayang istana, kini akan menerima hukuman dari Ayahanda tercinta. Tiga bulan sudah lamanya Lala Baka tidak pernah keluar dari peraduannya.
Sehari sebelum pembuangan dilaksanakan, Kakek tercinta menemui cucunya yang sangat disayanginya itu. Dengan air mata berlinang dengan suara terputus-putus memeluk cucunya yang sangat disayanginya.
“ Cucuku ! Cucuku ! Aku sayang padamu !”, kata Kakek itu terbata-bata.

“ Ampunkan hamba Kek ! Hamba telah berbuat dosa telah melanggar nasihat Ayahanda tercinta. Hamba telah memberi malu keluarga dan seluruh Kerajaan Hukuman apapun yang diberikan oleh Ayahanda akan Hamba Terima dengan hati terbuka”, kata Lala Baka Seraya menitikkan air mata seolah-olah menyesalkan perbuatannya.
“ Sabarlah Cucuku ! Menurut kabar yang kuterima bahwa besok pagi cucuku akan dibawa oleh Patih , Panglima, beserta Pasukan Pengawal Istana ke sebuah hutan lebat sebelah selatan dusun Senawang. Di dalam hutan itu ada sebuah gua namanya Liang Bedis. Di situlah Cucuku akan diasingkan.
“ Benarkah Kek ?”, tanya Lala Baka.
“ Benar Cucuku !”, jawab Kakeknya.
Mendengar jawaban Kakeknya, Lala Baka merasa sangat sedih. Dirinya akan dibuang ke hutan rimba belantara yang sangat jauh dari keramaian. Tentu saja suasananya akan gelap gulita. Tidak ada orang yang akan menolong jika dirinya ditimpa sakit atau kesulitan. Dipandangnya Kakeknya seolah-olah memohon belas kasihan. Lalu katanya.
“ Hamba mohon kepada Kakek berilah hamba bekal guna keselamatan hamba di tempat pembuangan”, kata Lala Baka memelas.
“ Baiklah Cucuku. Demi keselamatan jiwamu, Kakek akan memberikan padamu sebuah azimat yang tidak pernah kuberikan pada ayahmu. Tapi ingat  jangan sekali-kali kau perlihatkan kepada ayahmu atau siapapun”, kata kakeknya membeerikan harapan dan nasehat.
“Baiklah kek ! Azimat apakah itu Kek?” tanya Lala Baka.
“Inilah Azimat itu cucuku ! Sebuah cincin bernama Cincin Permata Biru. Dalam Permata Biru ini terdapat Jin Raksasa yang akan menghancurkan segala bala dan petaka yang akan mengganggu dirimu. Pakailah cincin ini dan apabila ada yang datang mengganggu maka arahkan permata cincin ini lurus kepada yang datang mengganggu , niscaya musnalah segala gangguan itu,” kata Kakeknya menjelaskan.
“Terima kasih Kek”, kata Lala Baka sambil memasukkan Cincin permata biru itu kr jari masninya yang lentik. “Doakan Hamba selamat ya Kek?”, kata Lala Baka. Keesokan harinya pada pagi hari yang cukup cerah tibalah saat pmbuangan yang telah ditetapkan Paduka Yang Mulia Raja Nuang Sasih terhadap Putri Mahkota Lala Baka. Patih, Panglima, dan Pasukan Tentara Pengawal Istana sudah siap. Patih menghadap Puteri Mahkota Lala Baka guna menjemput Lala Baka untuk segera melaksanakn perintah Yang Mulia.
“Ampun Yang Mulia Putri Mahkota. Hamba datang menghadap guna menyampaikan perintah Paduka Raja Yang Mulia”, kata Patih Kerajaan.
“Apakah itu Patih?, tanya Lala Baka seolah – olah belum mengetahuinya.
“Hamba dan panglima beserta seluruh Pasukan pengawal Istana diperintahkan oleh Paduka Yang Mulia untuk menjemput Putri Mahkota untuk dibawa ke Liang Bedis,” kata Patih sesuai dengan perintah Raja Nuang Sasih.
“Ya baiklah ppatih. Aku telah pasrah menerima segala hukuman yang bdiberikan ayahanda padaku. Bawalah aku sekarang juga””, kata Lala Baka pasrah.
Maka naiklah Lala Baka ke atas usungan. Berangkatlah  Lala Baka dan rombongan menuju Selatan Kerajaan Tana Samawa yaitu ke Liang Bedis di wilayah dusun Senawang.
Dalam perjalanan Lala Baka diusung oleh Laskar Pengawal Istana diiringi oleh Patih dan Panglima. Perjalanan itu penuh warna kesedihan yang sangat menyayat hati.
Sekarang merekaberjalan menyusuri sungai BrangBiji yang berhulu di gunung batu Lanteh dan bermuara di laut Labuhan Sumbawa. Setelah sepuluh hari perjalanan sampailah mereka di sebuah tempat, yaitu sebuah padang rumput yang luas. Padang rumput itu bernama Lenang Lengan. Padang rumput tersebut terletak disebelah Barat Desa Lenang Guar, yang jarakbnya kira – kira 12 km dari Lenang Lengan. Lenang Lengan termasuk dalam wilayah Lenang Guar.
Para rombongan membuat perkemahan di Lenang Lengan untuk beristirahat selama semalam. Lala Baka diusung kedalam Kemah dengan cara yang tidak berubah sebagaimana layaknya Lala Baka menjadi Putri Mahkota. Kemudian Patih berucap
“Ampunkah hamba. Kami mohon kepada Puteri Yang Mulia, jangan mempersalahkan kami. Tindakan hamba hanya melaksanakan perintah Paduka Raja Yang Mulia”, kata Patih.
“Oh. Aku telah mengetahui semuanya. Tindakan – tindakan para pembesar kerajaan adalah melaksanakan perintah ayahanda tercinta. Kalian semua tidak bersalah. Tindakan ayahanda kepada diriku memang benar karena aku telah bersalah, memalukan Paduka Yang Mulia, dan seluruh rakyat tana Samawa. Pepatah mengatakan tangan mencencang bahu memikul. Lagipula dulu aku telah bersumpah dan berjanji di hadapan ayahanda. Aku telah melakukan kesalahan maka aku pula yang harus menanggung resikonya”, kata Sang Puteri Mahkota dengan tenang.
Perjalanan selama sepuluh hari, telah menghabiskan bekal mereka. Seluruh rombongan tidak dobolehkan lagi memakan bekal yang ada. Patih berusaha melaporkan keadaan kepada Puteri Mahkota.  
“Wahai Puteri mahkota. Sekarang setelah sepuluh hari dalam perjalanan, persiapan bekal telah habis. Seluruh rombongan tidak dibolehkan lagi memakan bekal yang masih tersisa. Karena itu hal ini untuk sekedar diketahui oleh Tuan Puteri”, lapor Patih kepada Lala Baka.
Lala Baka termenung sejenak. Lalu kemudian meminta kepada Patih dan seluruh Menteri yang ada di dalam kemah untuk keluar.
“Kupinta kepada semua yang hadir dalam kemah ini untuk keluar, karena saya ingin beristirahat “, ujar Lala Baka.
Maka segeralah Patih dan para Menteri yang ada di dalam kemah keluar dari kemah. Mereka maklum bahwa sang Puteri dalam keadaan kelelahan. Sekarang biarkan sang Puteri beristirahat untuk menjaga supaya tidak sakit. Didalam kemah, Lala Baka teringat akan Cincin Permata Biru pemberian kakeknya itu. Lala Baka lalu mencoba kekuatan gaib cincin itu apakah memang benar sakti dan dapat memberikan bantuan dalam mengatasi masalah. Lala Baka mengangkat lengannya, ditatapnya cincin Permata Biru itu sambil berkata.
“Ampun Kek !. Kiranya Kakek dapat menangkap seekor menjangan besar untuk lauk pauk kami dalam perjalanan ini”, ucap Lala Baka kepada Cincin Permata Biru itu. Alangkah anehnya, dari cincin itu keluarlah Jin Raksasa yang siap melaksanakan perintah Tuan Puteri. Segera setelah sang Puteri memerintahkan maka Jin Raksasa itu langsung masuk hutan tanpa ada seorangpun yang dapat melihatnya kecuali sang Puteri Lala Baka. Jin Raksasa segera menangkap kijang yang besar,lalu kijang itu dibawa ke perkemahan. Tidak ada yang melihat Jin Raksasa itu. Patih dan para Menteri melaporkan bahwa ada kijang jantan besar masuk ke perkemahan.
“Sembelilah kijang itu,” ujar Lala Baka kepada para Menteri.

Alangkah gembiranya seluruh rombongan pada malam itu. Mereka makan malam dengan lauk daging menjangan yang enak dan gurih. Setelah makan malam mereka beristirahat tidur. Patih dan para Menteri terlibat dalam pembicaraan yang serius perihal nasib Kerajaan Tana Samawa yang ditutupi kabut kelabu. Lebih – lebih mereka semuanya merasa iba akan nasib sang puteri Mahkota. Tetapi tak banyak hal yang dapat dilakukan selain menjalankan perintah Paduka Yang Mulia Baginda Raja Nuang Sasih.
Keharuan Di Liang Bedis
Keesokan harinya berangkatlah segenap rombongan mengikuti arus Brang Kreto, Brang Kemang Menir, Brang Punik, dan Brang Sakal. Setelah lima hari perjalanan sampailah mereka disebuah hutan rimba belantara yang lebat. Mereka memasuki hutan itu hingga sampailah ke tempat yang dituju yaitu Liang Bedis. Sesampainya di Liang Bedis, maka Patih melaporkan kepada Tuang Puteri.
“Ampun Tuan Puteri Yang Mulia, disinilah tempat yang diperintahkan oleh Baginda Raja sebagai tempat tinggal Tuan Puteri untuk selama – lamanya.Kami mohon agar Tuan Puteri sabar dalam menjalani cobaan yang berat ini. Kami seluruh rombongan senantiasa mendoakan agar Tuan Puteri senantiasa beroleh keselamatan di tempat ini”, kata Patih mernyampaikan isi hati seluruh rombongan.

“Terima kasih aku ucapkan kepada Patih,Para Menteri, Para Punggawa, dan para Pengawal Istana serta seluruh rombongan lainnya, yang telah sudi dan bersusah payah mengantarkanku ke tempat ini. Sekarang kalian semua kembalilah ke Istana dan kudoakan semoga semua sampai dengan selamat kembali ke istana kerajaan ujar Lala Baka dengan sedih.
Segenap anggota rombongan terharu mendengar ucapan Lala Baka, yaitu Puteri Kerajaan yang selama ini akrab dan dicintai rakyatnya. Tak terasa seluruh rombongan menitikkan air mata pertanda ada goresan luka di dada tas nasib yang menimpa Tuan Puteri. Sebelum mereka berangkat pulang, kembali Lala Baka berpesan kepada Patih dan Para Menteri.
“Paman Patih dan seluruh Menteri. Sampaikan salam hormatku dan permohonan maafku yang terakhir kepada ayahanda Baginda Raja dan juga kepada bunda tercinta Permaisuri. Salam hormatku juga untuk Kakekku juga untuk seluruh rakyat kerajaan Tana Samawa. Siapa tahu perpisahan ini merupakan perpisahan untuk selama – lamanya”, ujar Lala Baka. Tak terasa seusai mengucapkan kata – kata itu Lala Baka menangis sesenggukan. Sebagai manusia ada berbagai rasa yang menyelinap di dalam dada. Rasa sedih dan duka, ekahruan, kerinduan, penyesalan dan lainnya. Tetapi itulah suratan takdir yang sudah terjadi atas diri seorang anak manusia.
“Tuan Puteri sekarang kami moho pamit”, kata Patih mengakhiri perjumpaan itu. Selanjutnya seluruh rombongan kembali pulang meninggalkan Sang Puteri sendirian di dalam hutan rimba belantara yang lebat dan angker itu.
Lahirnya Sang Putera
Lala Baka tinggal sebatangkara di hutan lebat di dalam gua Liang Bedis. Dunia terus berputar mengikuti takdirnya, waktu berjalan bagaikan air mengalir, berbagai peristiwa terjadi di atas dunia ini. Berbagai peristiwa terjadi di atas dunia ini. Namun Lala Baka tidak banyak tahu tentang peristiwa itu karena dirinya terasing dalm suatu dunia yang hampir – hampir tak terjamah manusia. Lala Baka menjalani hidup dan kehidupannya dengan susah payah. Kondisi kehamilannya yang kian bertambah besar cukup menylitkannya. Segala pekerjaan dikerjakan sendiri. Tetapi lama kelamaan Lala Baka menjadi terbiasa. Dia mencoba menikmati segala duka derita yang dialaminya. Temannya hanyalah kesendirian. Kesunyian hutan kini sangat akrab dengan dirinya. Suara air mengalir, desir angin yang bertiup dicelah pepohonan, kicau burung di puncak pepohonan, dan suara lenguh binatang penghuni hutan telah menjadi nyanyian alam yang akrab dengannya dan menghibur hatinya. Tidak terasa telah enam bulan lamanya Lala Baka tinggal sendirian di Liang Bedis. Usia kandungannya telah memasuki bulan kesembilan. Berarti tak lama lagi ia akan melahirkan anak yang sekarang dikandungnya itu. Satu- satunya yang bisa diminta bantuannya adalah Jin Raksasa yang bersemayam di dalam Cincin Permata Biru yang menghiasi jari maninya itu. Segala keparluannya dilayani oleh Jin Raksasa yang setia kepada segala perintahnya.


Akhirnya tibalah saat melahirkan. Atas Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Lala Baka melahirkan seorang putera dengan selamat. Putera yang dilahirkannya itu sungguh sangat tampan. Wajahnya yang manis manja dan ceria memberikan kesejukan kepada Lala Baka sebagai ibunya. Ditatapnya puteranya itu lalu diciumnya sambil mengucapkan kata- kata sayang. Tak terasa Lala Baka tenggelam dalam keharuan. Setitik air mata jatuh dipipinya, seolah- olah ia ingin membagi duka dengan puteranya yang masih bayi itu. Sekarang harapan hidupnya telah lahir. Lala Baka senantiasa berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk diampunkan segala dosa dan kesalahannya. Dan semoga anak yang dilahirkan ini kelak akan menjadi manusia yang berguna.

Beberapa hari setelah melahirkan, Lala Baka bermaksud memberi nama kepada puteranya. Teringat ia akan amanat kakeknya dulu, jika sang buyut telah lahir maka berilah dia nama Lalu Adal. Sesuai dengan amanat kakeknya itu maka Lala Baka memberi nama anaknya Lalu Adal. Selanjutnya kehidupan Lala Baka dan puteranya di Liang Bedis berjalan aman, tenang dan tentram.
Pertemuan Dengan Pen Batang
Disuatu pagi yang cerah datanglah seorang  pemburu kehutan itu. Pemburu itu datang untuk memburu rusa. Namanya Pen Batang dari Dusun Senawsang. Tiba- tiba Pen Batang menjadi heran karena ditemuinya jalan setapak menuju anak sungai. Pen Batang mencoba mengikuti jalan setapak itu ke arah sungai. Sesampainya di sungai Pen Batang bertambah hetan, karena terdapat bekas mandi manusia. “Hm. Selama hidupku datang berburu ke tempat ini belum pernah berjumpa dengan manusia” bisik Pen Batang kepada dirinya sendiri. Rasa ingin tahu Pen Batang mendorongnya untuk kembali mengikuti jalan setapak itu menuju ke lereng gunung tersebut. Kira-kira 25 meter dari anak sungai ditemuinya sebuh gua. Diperhatikannya gua itu dengan teliti dan hati-hati. Pen Batang mengendap perlahan- lahan mendekati gua itu. Tiba- tiba dari dalam gua terdengar suara.


“Apakah tujuan kakek datang kemari?” tanya suara dari dalam gua.
Pen Batang terkejut luar biasa karena suara yang datang menyapanya dari dalam gua itu adalah suara seorang perempuan muda, suara yang lembut dan kedengaran ramah. Pikir Pen Batang jangan-jangan suara itu bukan suara manusia tapi suara mahluk halus penghuni gua itu. Tetapi Pen Batang segera juga menjawab pertanyaan yang datangnya dari dalam gua itu.
“Oh….ya. Aku datang kemari untuk berburu rusa”, kata Pen Batang agak ketakutan.
“Masuklah dulu ketempatku ini kek”, kata Lala Baka melanjutkan.
“Terima kasih nak” kata Pen Batang. Kemudian masuklah Pen Batang ke dalam gua Liang Bedis itu. Lala Baka menerima kehadiran orang tua itu dengan ramah sambil menggendong puteranya.
“Kalau aku boleh tahu, Siapakah nama cucuku yang masih bayi inianak ku?” tanya Pen Batang ingin tahu.
“Oh…..ya Kek. Cucu Kakek ini namanya Lalu Adal”, jawab Lala Baka.
Begitu mendengar nama itu disebut oleh Lala Baka maka  Pen Batang segera bersujud di hadapan Lala Baka.
“Ampun Yang Mulia. Sekali lagi ampunkan hamba yang telah lancang mengganggu ketenangan Tuan Puteri Yang Mulia”, kata Pen Batang setelah tahu siapa sesungguhnya yang ada di depannya sekarang.

Melihat Pen Batang sujud, Lala Baka segera melanjutkan.
“Oh. Tenanglah Kek. Hamba adalah manusia biasa. Hamba datang ketempat ini untuk menyelamatkan diri”, kata Lala Baka sambil menarik kakek itu untuk duduk seperti biasanya.
Kemudian Pen Batang melanjutkan pembicaraan.
“Telah tersebar kabar bahwa Baginda Raja Kerajaan Tana Samawa telah membuang Putri Mahkota kerajaan kesuatu tempat dihutan yang lebat. Peristiwa itu terjadi sekitar tujuh bulan yang lalu. Jadi hamba dapat pastikan Tuan Putri Yang Mulia adalah Putri tunggal Baginda Raja Nuang Sasaih, Raja Tana Samawa ini”, ujar Pen Batang.

“Saya mohon pada kakek, untuk jangan sekali-kali membuka rahasia ini kepada siapapun”, kata Lala Baka kepada Pen Batang.
“Ampun Tuanku. Hamba akan menjunjung tinggi titah Tuan Putri. Haba tidak akan menceritakan kepada siapapun”, jawab Pen Batang serius.
“Baiklah Kek. Tadi kakek mengatakan datang ketempat ini untuk berburu rusa. Apakah kakek sudah memperoleh hasil buruan?” tanya Lala Baka.
“Ya. Tuanku. Hamba datang untuk berburu. Tetapi rupanya anjing pemburu yang hamba bawa dalam keadaan lemah sehingga tak seekorpun menjangan atau rusa yang hamba peroleh”, kata Pen Batang menjawab pertanyan Lala Baka.
Mendenar jawaban Pen Batang, Lala Baka Permisi sebentar ke bagian dalam gua itu. Maka Lala Baka membisikkan kepada Cincin Permata Birunya itu.
“Kakek. Tangkaplah seekor menjangan besar untuk kuhadiahkan kepada kakek pemburu itu”, kata lala Baka memerintahkan kepada Jin Raksasa.
Maka keluarlah Jin Raksasa dari Cincin Permata Biru pergi menangkap seekor menjangan besar. Setelah Lala Baka memberikan perintah maka Lala Baka kembali menemui Pen Batang ke teras depan gua. Tak berapa lama kemudian Jin Raksasa telah kembali dengan membawa seekor menjangan besar.
“kek. Itulah menjangannya sebagai pemberian dariku. Silahkan kakek menyembelihnya dan membawanya pulang”, kata Lala Baka.
Pen Batang heran menyaksikan kejadian yang aneh itu. Dia semakin menghormati Tuan Putri Lala Baka. Rupanya Tuan Putri ini memiliki kesaktian.
“Terima kasih Yang Mulia”, hormat Pen Batang.
“Datanglah selalu ketempat ini untuk menjunguk cucu ya kek? Ujar Lala Baka mengharap.
“Baiklah yang mulia. Hamba akan selalu datang menjenguk cucu hamba ini”, jawab Pen Batang.
“Tetapi saya mohon kepada kakek untuk jangan sekali-kali membuka rahasia bahwa aku berada ditampat ini” Lala Baka meminta.
“Hambah bersumpah. Tidak akan hamba katakan kepada siapapun juga”,jawab Pen Batang sungguh-sungguh.
“Terima kasih Kek”, ujar Lala Baka singkat.
“Kalau begitu hamba pamit Yang Mulia, supaya sebelum hari malam hamba telah sampai ketujuan”, kata Pen Batang berpamitan.
Demikianlah kehidupan Pen Batang dari hari kehari mengambil menjangan ke Liang Bedis. Kejadian itu telah berlangsung selama tiga tahun. Karena tingkah laku dan tindak tanduk yang ramah dari Lala Baka sehingga inginlah Pen Batang beserta istrinya untuk tinggal bersama Lala Baka didalam gua Liang Bedis.
Pada tahun 1483 Pen Batang beserta istrinya datang ke Liang Bedis untuk tinggal bersama Puteri Mahkota Kerajaan – Lala Baka. Pen Batang beserta istrinya diterima oleh Putri Mahkota dengan perasaan senang dan gembira. Untuk menjamin kelangsungan hidup Pen Batang maka setiap hari menbawa daging menjangan untuk dijual ke Dusun Senawang, Sebeok, dan Kelawis. Itulah pencaharian Pen Batang selama tiga tahun lamanya.
Perintah Dalam Mimpi

Pada tahun 1486 suatu malam Lala Baka bermimpi diperintahkan oleh leluhurnya untuk pindah dari Liang Bedis menuju arah utara mengikuti arus sungai Brang Sakal, Brang Punik, Brang Kemang Menir, dan Brang Kreto. Setelah Lala Baka sadar dari mimpinya, lalu segera membangunkan Pen Batang beserta istrinya guna menceritakan mimpinya.
“Kek. Saya bermimpi bahwa leluhurku memerintahkan hamba untuk pindah dari Liang Bedis ini menuju utara melalui dan menyuusuri aliran sungai Brang Sakal, Brang Punik, Brang Kemang Menir, dan Brang Kreto”, kata Lala Baka menceritakan.
“Jika demikian mimpi Tuan Putri maka laksanakanlah. Jangan ragu-ragu”, jawab Pen Batang.
“Terima kasih Kek. Kalau begitu maka sebaiknya kita segera saja berangkat pada besok pagi”, kata Lala Baka.
Setelah lima hari berjalan Putri Lala Baka beserta putranya Lalu Adal yang masih berumur enam tahun dengan diiringi oleh Pen Batang beserta istrinya; Sampailah mereka di hulu sungai Brang Kreto. Lala Baka tampaknya sudah tidak kuat lagi berjalan.
“Buatlah kemah kek. Carilah daun-daun kayu untuk menjadi atapnya untuk tempat tinggal kita bersama”,kata Lala Baka kepada Kakek Pen Batang.
“Baiklah Tuan Putri”, jawab Pen Batag. Maka segeralah pen Batang Bekerja keras untuk membuat rumah yang sederhana. (Sampai sekarang tempat itu, oleh masyarakat Lenangguar, Dusun Teladan, Dusun Kuang Jeringo, diberi nama Arung Ramolong).
Setelah selama lima belas hari mereka berada di tempat tersebut Lala Baka dikejutkan oleh putranya Lalu Adal yang meminta kepada ibunya untuk diijinkan melihat Kerajaan Tana Samawa.
“Ibu. Hamba ingin melihat Kerajaan Tana Samawa, serta ingin menyaksikan Putra Mahkota Kerajaan Tana Samawa secara langsung. Dan hamba ingin melihat Baginda Raja Nuang Sasih yang merajai Kerajaan Tana Samawa itu”, pinta Lalu Adal kepada ibunya Lala Baka.
“Oh… anakku Lalu Adal yang kusayangi. Janganlah kamu mimpi sayang. Tidak mungkin kau dapat bertemu dengan Raja Nuang Sasih dan Putera Mahkota. Cita-citamu terlalu tinggi”, jawab Lala Baka kepada puteranya.
“Kenapa tidak mungkin Bu?”, tanya Lalu Adal lebih lanjut.
“Karena kita ini adalah manusia yang hina dina, lagi pula kau masih kecil sayangku”, jawab Lala Baka menjelaskan.
“Bu ijinkanlah aku pergi bu. Kalau ibu tidak mengijinkan maka lebih baik aku mati saja. Aku akan bunuh diri”, kata Lalu Adal kepada ibunya.
Mendengar itu Lala Baka sangat masygul. Anaknya itu masih terlalu kecil lagi pula kerajaan itu masih sangat jauh letaknya. Perlu waktu beberapa hari untuk sampai kesana. Selain itu Lala Baka kuatir jangan-jangan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atas diri Lalu Adal anak satu-satunya itu. Lama juga Lala Baka berpikir dan menimbang-nimbang. Akhirnya sampailah Lala Baka pada kesimpulan./
“Lalau Adal anakku. Jika kau bersikeras untuk dergi ke Kerajaan Tana Samawa maka ibu akan mengijinkanmu”, kata Lala Baka kepada putranya itu.
Maka senanglah hati Lalu Adal. Anak kecil itu bersukaria melompat-lompat tanda gembira. Maka dipeluknya ibunya itu.
“Terima kasih Bu” kata Lalu Adal sambil memeluk ibunya. Ibuna merasa sangat bahagia menyaksikan buah hatinya itu dalam keadaan yang gembira.
Lala Baka kemudian memanggil Kakek Pen Batang.
“Pen Batang, Kemarilah”, panggil Lala Baka.

“Daulat Tuan Putri”, jawab Pen Batang.
“Cucu kakek ini ingin melihat Kerajaan Tana Samawa secara dekat. Bawalah Cucu kakek kesana dan peliharalah sebaik-baiknya agar dia selamat. Sekarang persiapkanlah suatu bekal untuk diperjalanan”, kata Lala Baka.
Pen Batang yang disebut Kakek oleh Lala Baka itupun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Perjalanan menuju Kerajaan Samawa akan dilaksanakan besok pagi. Sementara itu Lala Baka memanggil anaknya Lalu Adal.
“Lalu Adal anakku. Besok kau bersama kakekmu Pen Batang akan berangkat menuju ke Kerajaan Tana Samawa. Selama di perjalanan kamu akan bertemu dengan banyak orang. Bersikaplah yang baik dan sopan” kata Lala Baka memberikan nasehat kepada Lalu Adal.
“Baik Bu, hamba akan selalu melaksanakan nasehat ibu”, jawab lalu adal. Kemudian Lala Baka meneruskan pembicaraan.
“Apabila nanti ada orang yang mengganggumu atau ada bahaya yang akan mengancam maka perlihatkan cincin permata biru ini, niscaya bahaya dan ancaman atau musuh akan musnah. Ambillah cincin ini anakku”, kata Lala Baka sambil memberikan cincin itu kepada anaknya.
“Terima kasih Bu”, kata Lalu Adal sambil menerima cincin itu dan dipasangkan pada jari manisnya. Cincin itu memang ajaib, karena selalu pas di jari orang yang memakainya.
Keesokan harinya, pagi-pagi benar  Lalu Adal telah bangun menunggu saat keberangkatannya. Ia tampak sangat gembira. Dimasukkan bekal makanan diperlukan selama dalam perjalanan. Ketika matahari sudah sepenggal naik maka Lalu Adal beserta Kakeknya Pen Batang berangkat menuju Kerajaan.
“Selamat Jalan Pen Batang dan selamat jalan Putraku”, kata Lala Baka mengiring keberangkatan putranya itu.
“Selamat tinggal Bu. Doakan hamba dalam perjalanan ini”, kata Lalu Adal sambil melambaikan tangannya kepada ibunya .
Lala Baka memandang terus kepada anaknya dan Pen Batang yang telah mulai melangkah sampai mereka hilang dari pandangannya. Dalam hatinya Lala Baka terus memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar anaknya terlindung dalam perjalanan.
Pen Batang beserta Lalu Adal berjalan naik gunung turun gunung. Akhirnya sampailah mereka dipadang rumput yang luas yang bernama Lenang Lengan. Disitulah dulu Lala Baka pernah beristirahat ketika dalam perjalanan menuju ke Liang Bedis. Pen Batang dan Lalu Adal beristirahat dan menginap di Lenang Lengan itu.
Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan menuju Kerajaan Tana Samawa. Mereka melalui jalan antara Olat Utuk dan Olat Lawang, yang merupakan pintu gerbang jalan dari Sumbawa ke Orong Telu. Singkat cerita setelah berjalan tujuh hari lamanya sampailah Pen Batang dan Lalu Adal di Tiu Sepadang artinya tempat menghadang. Yang dimaksud bukan menghadang musuh, tetapi tempat masyarakat Kerajaan Tana Samawa menunggu kedatangan masyarakat dari Lunyuk, Orong Telu, dan Batulante untuk tukar menukar barang karena pada masa dulu cara berdagang dengan cara barter. Jadi Tiu Sepadang merupakan pasar bagi Kerajaan Tana Samawa.
Kesaktian Cincin Permata Biru

Pen Batang dan Lalu Adal masuk ke sebuah gubug, sambil menyaksikan para pedagang tukar menukar barang. Dari kejauhan sayup-sayup terdengar suar seruling dan gendang bertalu-talu menuju Tiu Sepadang. Lalu Adal mendengar suara bunyi-bunyian itu dan lantas bertanya kepada Kakeknya.
“Suara apakah itu kek?”, tanyanya kepada kakeknya.
“Kata orang yang ramai berdagang ini, Putera Mahkota Kerajaan Tana Samawa turun mandi guna menghibur diri”, kata Pen Batang kepada Lalu Adal.
“Wah. Alangkah bahagianya menjadi Putra Raja ya Kek?”. Kata Lalu Adal.
“Benar Cucuku”, jawab Pen Batang.
Suara bunyi-bunyian itu semakin keras. Tidak lama kemudian tampaklah dari kejauhan iring-iringan kereta kencana dan orang-orang yang berpakaian bagus. Lalu Adal memandang dengan penuh keheranan. Kemudian.
“Apakah itu kek?”, sambil menunjuk kepada kereta kencana.
“Itu adalah kereta kencana, yang merupakan kereta yang dipergunakan untuk membawa Putra Makota ke sungai atau kemana saja Putra Mahkota itu akan pergi”, jawab Pen Batang.
“Oh. Jadi orang yang ada di dalam kereta kencana itu adalah Putra Mahkota?” tanya Lalu Adal lebih lanjut.
“Ya” jawab Pen Batang singkat.
“Siapakah pula manusia yang banyak di belakang kereta kencanan itu kek. Dan mereka berpakaian yang bagus sekali”, tanya Lalu Adal lebih lanjut.
“Itu adalah Patih, Panglima, Punggawa, yang merupakan pembesar kerajaan, dan mereka diiringi oleh bala tentara Kerajaan guna menjaga keamanan Putra Mahkota”, jawab Pen Batang.
“Bahagia sekali menjadi Putra Raja, jauh sekali cara hidupnya dengan rakyat jelata”, kata Lalu Adal mengomentari.
Putra Mahkota turun dari kereta kencana untuk mandi, menghibur diri, bersenang-senang dengan para menteri serta para menterinya. Lalu Adal memandang terus kepada rombongan Putra Mahkota itu. Dalam hatinya saatnya sekarang untuk mencoba kesaktian Cincin Permata Biru miliknya.
“Kek. Ambil Putra Mahkota dan bawa terbang setinggi pohon kelapa”, perintah Lalu Adal kepada Jin Raksasa.
Tidak lama kemudian keluarlah Jin Raksasa mengambil Putra Mahkota yang sedang mandi. Putra Mahkota itu dibawa terbang setinggi pohon kelapa. Terbang kesana kemari sesuai dengan perintah dari Lalu Adal. Melihat peristiwa itu maka paniklah semua pengawal. Semua bala tentara berusaha menyelamatkan putra Mahkota tetapi mereka jatuh tunggang langgang terlempar karena didorong oleh jin raksasa. Para Mentri dan Punggawa menjadi panik karena Putra Mahkota tetap melayang-layang setinggi pohon kelapa. Mereka kuatir kalau-kalau putra Mahkota terlempar jatuh dan tewas terbentur batu-batu yang banyak di sungai itu.
Ditengah-tengah kepanikan tersebut Lalu Adal bertindak. Memerintahkan Jin Raksasa Untuk membawa Putra Mahkota kedepannya. Jin Raksasa segera membawa Putra Mahkota kepada Lalu Adal. Kemudian Lalu Adal menyerahkan Putra Mahkota itu kepada pati.
“Terima kasih anak ku. Kau telah dapat menyelamatkan Putra Mahkota dari bahaya maut. Jika kau tidak ada tentu Putra Mahkota telah tewas. Maka celakalah kami semua, karena pastilah Baginda Raja akan murka”, kata patih kepada Lalu Adal.
Atas kejadian dan peristiwa itu pihak pengawal Putra Mahkota tidak ingin berlama-lama ditempat itu. Mereka segera pulang kembali ke kerajaan. Mereka khuatir jangan-jangan Jin Raksasa itu kembali mengganggu Putra Mahkota. Sesampainya di Istana mereka segera menyampaikan peristiwa yang telah terjadi.
“Ampun Yang Mulia. Putra Mahkota Kerajaan hampir saja tewas dibawa terbang oleh Jin. Bala bahtera kerajaan telah berusaha menyelamatka Putera Mahkota. Tetapi usaha mereka sia- sia karena kekuatan Jin itu sungguh dahsat di tengah- tengah kepanikan itu, Muncul seorang anak kecil kira- kira berumur enam tahun.
Anak kecil itulah yang berhasil menyelamatkanPutera Mahkota dan menyerahkanya kepada hamba “, Kata Patih melaporkan kapada Baginda Raja.
 “ Dimana anak tersebut ?”. tanya baginda Raja.
 “ Di Tiu Sepadang Yang Mulia”. Jawab Patih.
 “ Ambil anak tersebut dan bawa diakemari “, titah Raja.
 “ Daulat Tuanku, hamba akan laksanakan “, jawab Patih.
Segeralah Patih menuju  Tiu Sepadang guna menemui Lalu Adal yang telah menyelamatkan  Putera Mahkota dari bahaya maut. Sesampainya di Tiu Sepadang Patih segera mencari dan menemui Lulu Adal.
 Hai anak kecil . Saya diperintahkan oleh Pahduka Yang Mulia untuk membawamu menghadap ke Istana guna memperkenalkan dirimu kepada Raja “, kata Patih Kepada Lalu Raja.
 Wahai Patih. Sampaikan Salamku Kepada Raja. Aku tak ada keperluan untuk menghadap Raja . Tetapi kalau Raja ada keperluan padaku , datanglah Raja menghadap kepadaku “, Kata Lalu Adal.
 Patih yang diutus oleh Baginda Raja sangat kesal. Lebih- lebih mengingatkata-kata yang diucapkan oleh anak kecil itu sungguh sangat menghina. Tetapi Patih tidak dapat berbuat banyak selain harus pulang dengan tangan hamba . Tetapi apa yang diucapkan oleh anak kecil itu tetap akan di sampaikan kepada baginda Raja Yang Mulia.
 “ Mana anak kecil itu Patih ?, tanya Baginda ketika Patih datang menghadap.
 “ Anak kecil tersebut membangkang Yang Mulia. Katanya aku tidak ada.
 Keperluan dengan Raja . Bila Raja ada keperluan denganku maka menghadaplah Raja kepadaku. Demikaian kata anak kecil itu Baginda “, lopor Patih kepada Baginda Raja  Nuang Sasih.
 Raja Nuang Sasih sangat murka. Tidak pernah ada orang sebelumnya yang berani membangkang atas perintahnya.
 “ Kurang ajar ! Akan kuberi pelajaran anak tersebut. Siapkan Kereta Kencana “ kata Paduka Yang Mulia Raja Nuang Sasih.
 Maka segeralah Kereta Kencana di siapkan. Berangkatlah Yng Mulia menuju Tiu Sepadang, dengan diiringi Bala Tentara Kerajaan untuk menghukum anak kecil yang membangkang itu. Setibanya di Tiu Sepadang. Patih menunjukkan si anak kecil yang akan di hukum itu.
 “ Hai anak kecil ! Terlalu kurang ajar kau. Sekarang akan kuberi pelajaran padamu ! “, kata Raja membentak.
 “ Wahai Raja yang mulia ! Sekiranya Raja masih memiliki rasa malu Raja tidak akan berlaku seperti ini terhadap ku. Tetapi jika Raja tetap bermaksud menghukummu maka akupun terpaksa melawan “, jawab Lalu Adal dengan mantap.
 “ Ketahuilah wahai anak kecil  !. Tak seorangpun yang berada di wilayah kekuasaanku ini yang berani yang membangkang atas apa yang telah aku perintahkan sekarang kau berani melawanku maka aku pun terpaksa  menghukummu  “, kata Raja Nuang Sasih Murka.
Sejurus kemudian Raja Nuang Sasih yang juga memiliki kesaktian yang tinggi telah bessiap untuk menyerang. Sedangkan Lalu Adal juga memperhatikan gelagat bahwa Raja tidak main-main dan telah siap untuk menyerang dirinya. Kemudian Lalu Adal mengangkat lengannya dan mengarahkan Cincin Permata Biru pembelian Ibunya itu ke arah Raja. Lalu Adal  telah siap untuk menyerang dirinya . Kemudian Lalu Adal menangkat lengannya dan mengarahkan Cincin Permata Biru pembelian Ibunya itu kearah Raja. Lalu Adal telah siap untuk memberikan perintah kepada cincinya itu.


Pada saat Cincin Permata Biru itu diarahkan kepada Raja tampaklah oleh Raja Sinar kebiru- biruan memancar dari cincin itu. Sinar itu seakan-akan mengandung kekuatan yang luar biasa . Sekujur tubuh Baginda Raja Nuang Sasih gemetar seolah-olah  tenaga yang dimikianya telah  habis. Dalam keadaan seperti itu Baginda Raja Nuang Sasih bertanya dalam hatinya, siapakah gerangan anak kecil yang sakti ini. Lalu Baginda turun dari Kereta Kencana seraya bertanya.
 “ Wahai anak kecil. Kepunyaan siapakah cincin itu ?” tanya Bagiinda Raja.

 “ Cincin ini berada di tanganku maka berarti cincin ini adalah milikku !” jawab Lalu Adal.
 “ Dan dimanakah Ibumu ?”, tanya Raja Nuang Sasih selanjutnya.
 “ Ibuku telah meninggal dunia !” jawab Lalu Adal merahasiakan tentang ibunya.
 Tampaknya Raja Nuang Sasih telah mengetahui bahwa anak kecil yang ada di hadapannya itu tidah lain adalah cucunya putera dari lala baka yang selama tujuh tahun telah di buang ke hutan belantara disebuah gua yang bernama Liang Bedis. Raja Nuang Sasih mendekati cucunya itu kemudian bertanya.

 “ Wahai anak kecil siapakah namamu dan siapakah nama Ibumu ?” tanya Raja Nuang Sasih untuk memantapkan keyakinannya.
 “ Namaku Lalu Adal dan Ibuku bernama Lala Baka “, jawab Lalu Adal Polos.
 “ Maka langsung saja Baginda Raja Nuang Sasih memeluk Lalu Adal.
 “ Oh. Kau adalah cucuku. Maafkanlah aku cucuku. Aku adalah kakekmu !” kata Baginda Raja.  “ Sekarang Cucuku ikuti aku kau tinggallah  di Istana Kerajaan  “ lanjut Raja mengajak cucunya.
 “ Hamba mau ke istana, tetepi bawalah kakemu Pen   Batang, karena beliaulah yang telah merawat dan memeliharaku beserta Ibuku “, kata Lalu Adal.
 Maka berangkatlah Lalu Adal beserta Pen Batang dengan menaiki Kereta Kencana bersama Raja Nuang Sasih. Sesampainya di istana, penuh sesak istana kerajaan di kunjungi oleh rakyat kerayaan. Mereka ingin menyaksikan putera Lala Baka rakyat tahu rakyatnya penuh sesak di Istana maka Raja Nuang Sasih barsabda.
 “ Wahai seluruh rakyatku. Anak kecil yang duduk di haribaanku ini adalah cucuku bernama Lalu Adal. Dan orang tua yang ada di sampingku  ini adalah Batang. Dialah yang telah memelihara Lala Baka dan cucuku Lalu Adal di tempat pembuangan Liang Bedis.”

     Suasana kerajaan memang ramai selama beberapa hari. Lalu Adal merasa sangat senang melihat-lihat istana yang indah. Dia sangat disayangi oleh keluarga istana. Baginda Raja Nuang Sasih nampaknya ingin segera mengetahui dengan pasti bagaimana keadaan Putri Mahkota Lala Baka. Pada suatu pagi yang cerah Baginda Raja memanggil Pen Batang untuk berbincang-bincang tentang kehidupan Lala Baka selama dalam perawatan Pen Batang.
      “Wahai Pen Batang. Apakah benar putriku Lala Baka telah meninggal ?.Ataukah masih hidup?”, tanya Raja Nuang Sasih.
        “Ampun yang Mulia. Putri Mahkota Kerajaan masih hidup. Sekarang Tuan Puteri berada di Arung Ramolong , tepatnya di Paruwak Dope Ramas dan dalam keadaan yang sehat”,jawab Pen Batang.
         “Oh,jadi putriku masih hidup?jika demikian maka putriku itu harus segera dijemput”,sambung Raja Nuang Sasih.
         Mengetahui bahwa tuan puteri masih hidup dan sehat ,maka Raja Nuang Sasih segera memerintahkan kepada patih kerajaanuntuk menjemputnya . Penjemputan itu dilaksanakan pada hari itu juga. Dalam penjemputan itu Baginda Raja Nuang Sasihikut serta.

Setelah segala sesuatu dipersiapkan, maka berangkatlah Yang Mulia Raja Nuang Sasih diiringi oleh patih dan panglima kerajaan beserta pasukan tentara menuju ke Arung Ramolong.Perjalanan rombongan mengikuti daerah aliran sungai Brang Biji ke huludan membelok ke arah Dusun Kareke. Pada hari ke-tujuh sampailah rombongan di Lenang Lengan yaitusebuah padang rumput yang luas. Mereka beristirahat sebentar , kemudian melanjutkan perjalanan menuju Arung Ramolong melalui Paruwak Dope Ramas. Tidak lama kemudian sampailah rombongan kerajaan di Arung Ramolong , tepatnya  tempat Lala Baka berada sekarang di Paruwak Dope Ramas. Baginda Raja melihat ada sebuah gubuk dekat sungai Brang Kreto.
            Di dalam gubung , Lala Baka dan Nenek (istri Pen Batang). Sedang bercakap-cakap.Tiba-tiba mereka berdua melihat ke arah datangnya rombongan .
            “ Rombongan apakah kiranya yang menuju ke tempat kita ini Nek? “, tanya Lala Baka.
             “ Kalau aku tidak salah lihat, bukankah anak yang ada dalam juli (usungan) itu adalah cucuku Lalu Adal”, kata sang Nenek.
             “ Benar Nek. Ini cucu Nenek. Dan yang sebelahnya adalah ayahanda tercinta Raja Nuang Sasih Raja Kerajaan Tanah Samawa. Apakah gerangan tujuan Yang Mulia datang ke tempat ini Nek ?”, kata Lala Baka diliputi berbagai macam tanda tanya.
                “ Entahlah anakku. Hamba tidak tahu”, jawab sang nenek.
             Sesampainya di kediaman segera saja Raja Nuang Sasih menemui Puteri Mahkota. Mereka berpeluk-pelukan melepas kerinduan. Selama tujuh tahun mereka berpisah, tidak disangka dan tadak dikira  mereka akan dapat bertemu lagi. Lala Baka telah menjalani hukuman yang di kenakan kepadanya oleh ayahnya itu. mestipun hukuman itu tidak di sebutkan kapan akan berakhir, namun Baginda Raja sudah tidah mempermasalahkanya lagi. Pepatah mengatakan, “ Sebuas-buasnya  harimau tidak akan memakan anaknya “. Demikian pula halnya dengan Raja Nuang Sasih. Sekejam-kejamnya seorang ayah suatu saat akan datang juga kebijaksanaannya yang dilandasi perasaan kasih sayang kepada anaknya.  
              “maafkan akunak!aku telah menghukummu selama tujuh tahun. Kumohon padamu janganlah menaruh dendam padaku”, kata Raja Nuang Sasih kepada putrinya itu.
              “Ampun Yang Mulia. Hamba sadar bahwa hambalah yang bersalah. Maafkan dan ampunilah hamba.Dan hamba sangat beterima kasih kepada Yang Mula”,kata Lala Baka sambil menitikkan air mata tanda terharu.
               Pertemuan antara orangtua dan anaknya itu begitu mengharukan. Semua yang menyaksikan merasa terharu dan meneteskan air mata. Meraka berdua antara Raja NUang Sasih dan Lala Baka sebagai Puteri Mahkota memang sangat dicintai rakyatnya. Raja yang adil telah memberikan kesejahteraan kepada selurh rakyathidup dalam keadaan aman dan tantram.
              Wahai Puteriku! Aku datang kemari untuk menjemputmu dan membawamu ke Istana Kerajaan Sumbawa.Ibunda Permaisuri sagat merindukanmu. Demikian pula rakyatku sudah sangat merindukanmu untuk hadir kemali di engah-tengah merka”,kata Raja Nuang Sasih kepada Pueri Mahkota.
             “Baiklah Padka Ayahanda”.jawab Lala Baka singkat .
              Maka berangkatlah rombongan kembali menuju kerajaan Tana Samawa dengan perasaan gembira dan sukacita. Beberapa lama kemudian sampailah rombongan di padang rumput lenang lengan. Di tempat itu Lala Baka memohon kepada Yang Mulia untuk berhenti sejenak.
              “ Ampun Yang Mulia  Hamba mohon kepada yang Mulis. Kiranya hamba tidak diizinkan oleh leluhur untuk dapat melanjutkan perjalanan ke Tana Samawa. Kiranya padang Rumput inilah yang akan menjadi kampung halaman hamba kata Tuan Puteri.
               Nampaknya dalam perjalanan itu Lala Baka mendapat bisikan dari arwah leluhernya yang tidak  mengijinkannya untuk pergi ke Tana Samawa. Dan Arwa leluhur memerintahkannya untuk bertempat tinggal di Lenang Lengan itu. Dalam kepercayaan hindu pantang untuk melanggar perintah leluhur. Nampaknya Raja Nuang Sasih memaklumi hal itu.
Wahai putriku. Jika itu merupakan perintah leluhur kita maka aku tidak akan menolak permintaanmu. Tinggallah ditempat ini sebagai kampung halamanmu. Cuma apabila cucuku kelak akan memegang Payung Serep Edang maka cucuku akan kuangkat menjadi Meke Serep. ”Sabda Baginda Raja kepada putrinya.
Akhirnya seluruh masyarakat Lenangguar, Tatebal, Late, Ledang, Ramurung, Pamangong, Kuang Jaringo, Teladan, Gunung Setia, menamakan tempat tersebut Suka Mulia.
Sekarang ini para seniman dan budayawan Desa Lenangguar mendirikan sanggar Seni Budaya Tana Samawa : Sanggar Suka Mulia Desa Lenangguar Kecamatan Ropang untuk mengabadikan dan melestarikan nama Suka Mulia sebagai bagian  dari sejarah masa lampau.