Selasa, 05 Februari 2013

Pertambangan di Blok Elang Ancaman Masa Depan Pertanian Sumbawa

Sumbawa Besar, Gaung NTB
Kehadiran pertambangan di Blok Elang (Dodo-Rinti) dihawatirkan akan menjadi malapetaka bagi pertanian masyarakat Sumbawa karena keberadaan tambang tersebut akan mengancam sumber potensi air di Sumbawa khususnya di wilayah hulu Sumbawa. Hal ini disampaikan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan (LP2SDH) Sumbawa, Abdul Haji S.AP.
Kepada Gaung NTB, Abdul Haji menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat Sumbawa yang berada di wilayah hulu, hilir, utara, barat, dan timur Kabupaten Sumbawa adalah petani yang menggantungkan hidup pada sumber air sebagai kebutuhan pokok pertanian.
Sedangkan di sisi lain, katanya, salah satu investor pertambangan akan melakukan penambangan di wilayah Selatan Sumbawa (Kecamatan Ropang) yang merupakan pusat sumber mata air di Kabupaten Sumbawa.
Secara teori jelasnya, Daerah Aliran Sungai (DAS) terbagi dalam 2 kategori yaitu DAS Dalam Tanah dan DAS Permukaan, serta air mengalir dari dataran yang tinggi menuju dataran yang rendah.
Dapat dipastikan jika terjadi penambangan di Blok Elang (Dodo Rinti), maka debit air di beberapa bendungan besar di Kabupaten Sumbawa akan berkurang. “Bendungan Batu Bulan, Bendungan Mama, Bendungan Gapit, Bendungan Sejari serta sumber mata air lainnya yang berada di bawah dataran Selatan Sumbawa termasuk bendungan Plara di Kecamatan Lunyuk, debit airnya akan berkurang,” paparnya.
Di samping itu sambungnya, akibat keberadaan tambang tersebut juga akan mengancam terjadinya kekeringan terbesar yang akan dialami oleh masyarakat petani di Sumbawa. “Pengurangan debit air akibat penambangan di Blok Elang, atau di wilayah Selatan Sumbawa yang memiliki izin konsesi seluas 98.000 Ha akan menyebabkan terjadi kekeringan,” jelas Abdul Haji yang juga menjadi Ketua GP3A Ai Maja Kecamatan Unter Iwes Daerah Irigasi Bendungan Batu Bulan.
Di antara wilayah yang akan mengalami kekeringan tersebut, seperti Kecamatan Lopok, Lape, Moyo Hulu, Moyo Hilir, Maronge, Plampang, Labangka, Empang, Lenangguar, Lunyuk, Sumbawa dan Unter Iwes, karena sebagian besar daerah tersebut merupakan dataran rendah yang sumber airnya berasal dari hutan atau gunung di wilayah Selatan Sumbawa seperti Dodo-Rinti Kecamatan Ropang, Olat Sebekil dan Jaran Pusang Kecamatan Plampang, sebagaimana peta DAS Kabupaten Sumbawa.
Berangkat dari kondisi tersebut, Abdul Haji berharap kepada Pemerintahan Daerah Sumbawa dalam hal ini legislatif dan eksekutif untuk meninjau dan mempertimbangkan kembali kebijakan rencana penambangan emas Blok Elang yang saat ini sedang dilakukan ekplorasi oleh salah satu perusahaan pertambangan raksasa multi nasional.
“Jangan karena kepentingan investasi sesaat, masa depan petani dan masyarakat Sumbawa yang menjadi korban,” tandasnya.
Untuk diketahui kata Abdul Haji, selama ini
yang menikmati keberadaan perusahaan tambang hanya sebagian kecil masyarakat Sumbawa yaitu hanya para pemangku kepentingan tertentu yang memiliki kepiawaian dan kemampuan untuk melakukan negosiasi dan manuver politik terhadap investor tambang. “Kalau masalah ini tidak diindahkan oleh Pemda Sumbawa, kami khawatir akan terjadi konflik dan gerakan masyarakat tani secara masif yang akan berdampak terhadap kondusifitas daerah, oleh karena itu jangan korbankan petani untuk kepentingan investor pertambangan,” pungkasnya.

1 komentar: