Rabu, 13 Februari 2013

MUDA HURA-HURA ? TUA KAYA RAYA ? MATI MASUK SURGA

Oleh Dr. Minanur Rahman
Sebagai anak muda, Rudi sedang mencari-cari apa makna hidup ini. Rudi adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Dia rajin belajar dan hoby membaca buku. Sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain dan belajar. Uniknya anak ini suka sekali melihat pemandangan dan menatap langit.
Di benaknya ada banyak tanda tanya besar terhadap alam ini. Sebesar apakah alam ini? Betapa indahnya setiap pandangan menatap alam. Gunung-gunung yang menjulang tinggi dikelilingi bukit-bukit dan lembah yang hijau. Aneka tumbuhan dengan berbagai bentuk dan ukuran yang unik. Hewan-hewan yang cantik bertebaran dengan tingkah lakunya. Lautan luas yang dihuni berbagai jenis ikan dan hewan lautnya. Langit yang berhias awan bergelombang beriring-iring menjadi arena bermain burung-burung yang bernyanyi merdu. Keindahan yang tak terhingga ini terjadi siang dan malam tanpa henti.
Kekaguman ini membuat Rudi yang masih berusia 12 tahun ini sangat rajin beribadah. Di raut mukanya terpancar harapan yang amat besar. Dia pernah bertemu seorang ulama yang mengatakan, ”Raihlah kebahagiaan di dunia, kebahagiaan di akhirat dan jauhilah siksa neraka”. Sebagai anak yang cerdas dan suka berimajinasi Rudi menterjemahkan kedalam bahasa gaulnya pesan tersebut menjadi ”Muda hura-hura, Tua kaya raya dan Mati masuk surga”.
Yang dia tahu bahagia adalah senang, bergembira, tertawa, bermain dan bercanda. Dalam kata lain adalah hura-hura, bukan berfoya-foya. Dia tidak ingin kebahagiaannya terganggu oleh rasa sedih, marah, bertengkar atau murung. Dia tidak suka hal-hal yang berlebihan, Rudi anak yang sederhana tetapi punya harapan yang luar biasa. Baginya bermain adalah cara dia belajar memahami kehidupan dan bagaimana seharusnya hidup.

Rudi seperti halnya anak-anak yang suka bermain bola, berlari kejar-kejaran dan berkhayal dengan mainan seadanya. Kaleng bekas, potongan kayu dan seutas tali bisa membawa imajinasinya menciptakan kendaraan. Karton bekas, bungkus plastik dan dedaunan menjadi bahan membangun rumah impiannya. Rudi adalah anak yang periang, penuh imajinasi dan pandai mencipta. Inilah dunia Rudi dalam berhura-hura.
Perasaan riang gembira dan penuh canda tawa adalah modal hidup optimis. Rudi mengkhayal masa depannya sudah ada di dalam kepalanya. Dia menjalani hari harinya dengan belajar dan belajar untuk mewujudkan semua impiannya setelah dewasa. Bagi Rudi, saat dewasa nanti dia ingin menjadi pemimpin yang mengajak berbuat kebaikan. Pemimpin yang menjadi teladan yang memberi contoh bukan cuma perintah. Pemimpin yang mensejahterakan rakyat bukan cuma mensejahterakan diri dan keluarganya. Inilah kaya-raya yang sesungguhnya, kaya-raya yang membawa berkah.
Rudi meyakini balasan dari semua perbuatan baik adalah sorga. Sorga bukan hanya setelah mati, kebahagian dunia adalah cerminan dari sorga. Sebaliknya balasan dari ketidak-baikan adalah siksa neraka. Neraka sudah bisa dirasakan di dunia dalam bentuk kesengsaraan. Menjauhi siksa neraka berarti tidak melakukan keburukan dan selalu menjaga diri dalam kebaikan dan kesabaran. Bila dia merasakan kesedihan atau kesusahan, Rudi istighfar dan mohon dimudahkan dalam menjalani ujian.
Demikianlah logika anak muda dalam menterjemahkan Bahagia di dunia, Bahagia di akherat dan jauh dari siksa neraka.
Mari kita telaah secara dewasa. Bahagia di dunia adalah hidup damai, tenang, senang dan penuh kasih. Tak perlu galau, sedih, frustrasi atau menyesali diri. Kebahagiaan ada di dalam diri ini, tepat di dalam hati. Bahagia adalah cerminan dari cara memandang, mengartikan dan memahami segala peristiwa. Apapun yang terjadi selalu ada sisi baiknya, pilihlah berada di sisi yang baik. Peristiwa dan perasaan yang dialami anak-anak akan membekas dan terbawa sampai dewasa. Mental pemenang akan terbentuk pada anak yang selalu yakin dan berusaha keras untuk bisa mengerjakan tugasnya. Mental pemenang akan tumbuh pada anak yang mendapat dukungan dan pujian pada setiap langkahnya. Mental pemenang berkembang karena senang bekerja sama dan membantu sesama.
Siapa sih yang tidak ingin bahagia? Bahagia adalah tujuan hidup semua orang. Bahagia di akhirat hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang banyak amal baiknya. Semua ibadah yang kita lakukan adalah untuk memuji dan mensyukuri kebesaran Allah SWT. Wujud dari ibadah tersebut adalah untuk kebaikan diri sendiri, orang lain dan alam semesta. Bagaimana bisa berbuat baik yang sebesar-besarnya bila kita merasa miskin, lemah dan serba kekurangan. Oleh karena itu, mutlak bagi calon penghuni sorga untuk merasa kaya, berkecukupan harta, berilmu luas yang bermanfaat dan menurunkan generasi cemerlang. Kaya bukan hanya bergelimang harta, akan tetapi kaya untuk nafkah dan sodaqoh. Hidup sederhana bukanlah miskin atau pelit. Hidup sederhana adalah memakai harta seperlunya untuk kepentingan diri.
Kebahagian menjadi rusak oleh perbuatan-perbuatan yang bodoh, jahat, lalai, dan hina. Perbuatan yang merugikan dan menyesatkan ini mengantar ke siksa neraka. Siksa neraka sudah bisa dirasakan di dunia ini semasa kita masih hidup. Semua rasa yang menyesakkan dada dan tidak nyaman adalah rasa neraka yang ringan. Siksa neraka di dunia akibat kebodohan, kejahatan, kelalaian dan kehinaan. Kebodohan adalah akibat dari keengganan mengambil pelajaran dari peristiwa hidup. Kebodohan juga terjadi karena kesalahan cara memandang. Kebodohan pada dasarnya akibat dari kurang menggunakan akal pikiran.
Kejahatan adalah perbuatan dari orang-orang yang merasa jadi korban. Alasan dari orang berbuat jahat adalah karena merasa disakiti, diperlakukan tidak adil, menuntut hak, dan membela diri. Kebanyakan orang yang berbuat jahat merasa tindakannya benar. Agar kita tidak berbuat kejahatan maka perlu menjaga perasaan dan prasangka kita. Bersyukur adalah cara terbaik mengatasi perasaan menjadi korban. Yakin bahwa Allah SWT Maha Adil dan Bijaksana. Tidak ada kesalahan sedikitpun dari proses sebab-akibat yang terjadi di semesta ini. Kesedihan, kesusahan, musibah adalah ujian bagi orang beriman.
Kelalaian menunjukkan kelemahan mental yang mengabaikan disiplin dan kejujuran. Orang yang berbuat kelalaian bermula dari kurang awas, kurang teliti, teledor dan menganggap enteng persoalan. Akibat dari kelalaian adalah pelanggaran terhadap aturan dan hak orang lain. Kelalaian menimbulkan kesulitan dan kecelakaan. Disiplin dan jujur adalah mental utama menuju kemudahan.
Kehinaan adalah lemahnya moral yang lupa kalau dirinya itu manusia yang mulia. Kemuliaan manusia terletak keimanannya. Orang yang beriman merasa selalu diawasi dan dibimbing Allah SWT. Perbuatannya menjaga kehormatannya. Kehormatan terpenting adalah menjaga kemaluannya agar menurunkan anak-anak yang soleh dalam keluarga sakinah.

1 komentar:

  1. sangat menginspirasi ..terima kasih.
    anak tidak akan jauh dari orang tuanya ..termasuk dari bagaimana orang tuanya membesarkannya dan dengan apa mereka membimbingnya

    BalasHapus