Rabu, 22 Januari 2014

Analisa Kegagalan dan Investigasi Kecelakaan KMP Munawar

OPINI 

Oleh : Nanang Tawaf, ST 
Nanang Tawaf, ST 
Adanya kejadian tragedi KMP Munawar, musibah yang tidak diinginkan oleh komponen bangsa, siapapun dia dan dari latarbelakang manapun tentunya tidak diharapkan oleh warga bangsa. Meskipun kejadian sudah beberapa kali terjadi di selat yang sama dan menelan korban yang banyak tentu harus dicarikan sebuah solusi dan SIAPA YANG SALAH. Oleh karena itu peran petugas kapal (KMP MUNAWAR) dan pihak terkait tragedi tersebut tidak dijadikan sebuah pelajaran dan DIJADIKAN evaluasi oleh pihak yang berkepentingan. Saya dapat info bahwa, penumpang yang selamat dari tragedi ini yang mengungkapkan bahwa sebelum berangkat dari pelabuhan khayangan Lombok Timur menuju pelabuhan poto tano Sumbawa Barat bahwa adanya kebocoran pada bagian kapal yang ditandai air laut masuk dalam kapal… ini harus dibuktikan kebenaranya…

Pada kejadian ini tentunya saya menyatakan, bahwa “kecelakaan KMP MUNAWAR perlu untuk di teliti secara detail terutama penyebab kecelakaan secara failure analysis”,pemerhati material khususnya Baja Marine ini.

Dalam ilmu keteknikan kegagalan sebuah material disebabkan oleh : kesalahan desain, kesalahan konstruksi, material yang kurang layak, dan pemeliharaan yang kurang baik. Ke empat faktor tersebut kalau dijabarkan menjadi penyebab kegagalan secara ilmiah oleh ahli forensic engginering : kesalahan desain 40-60%, kesalahan konstruksi 25-30%, material 10-15%, perawatan 5-10%. Ada banyak alasan untuk melakukan analisa kegagalan, yaitu antara lain: Pertama, untuk menentukan penyebab mengapa desain rusak lebih cepat daripada harapan; Untuk menentukan apakah desain dapat diperbaiki atau kapasitasnya ditingkatkan; Untuk menentukan bahwa salah satu konsep yang digunakan harus diubah; Untuk melakukan rekonstruksi kondisi kecelakaan; Untuk menentukan pihak yang bersalahan… tambah dosen UNSA yang sedang Studi S2 Mesin yang kajiana Minornya tetentang merterial ini…

   Dugaan adanya kebocoran pada dek kapal ferry MUNAWAR yang berbahan material logam sesuai standar Biro Klasifikasi Indonesia/BKI,  (apakah sesuai standar atau tidak ?) harus melakukan observasi terhadap kapal tersebut, karena sampai saat ini masih dilakukan pencarian. Saya pribadi menduga bahwa adanya kebocoran pada sambungan pelat kapal yang mengalami retak sehingga adanya penjalaran retak yang semakin besar seiring beban dan waktu, sehingga pelat kapal tadi robek, laju pertambahan panjang retak yang semakin besar seiring waktu dan genangan air laut  masuk ke bagian dalam kapal dan tidak dapat terhindarkan. Beberapa indikator yang menunjukkan kerusakan pelat kapal seperti, secara visual (cracking) dan fisik (structural failure). Komponen akan gagal bila kondisi operasi menyebabkan besaran yang mencapai /melampaui batas kritis sifat material, Besaran tegangan akibat kondisi operasi  lebih besar atau sama dengan sifat kritis material.. ini penting jelas Nanang.

Nanang mencontoh jika pelat kapal tersebut mengalami retak sampai terjadinya patah (disebut patah lelah dalam istialh mesin. red) selama operasi maka diharapkan batas lelah pelat kapal tersebut harus memiliki nilai lebih besar daripada nilai tegangan amplitude selama operasi dari pelat kapal tersebut. Nah, jika beban yang dialami oleh kapal tersebut over capacity dan terjadi tegangan jauh lebih besar daripada sifat kritis (batas lelah) material tadi maka tidak menutup kemungkinan musibah kapal MUNAWAR terjadi juga pada kapal – kapal lain di seluruh Indonesia. Retaknya pelat kapal perlu diselidiki secara forensic engineering agar failure analysis dapat ditemukan untuk menghindari agar kecelakaan transportasi laut tidak terjadi lagi.
Sebagian besar kapal laut (transportasi barang/manusia. Red) memiliki resiko kerusakan tinggi akibat serangan karat. Karat dapat timbul selama proses produksi bagian kapal, yang mengalami berbagai macam perlakuan antara lain : pemotongan, pembengkokan dan pengelasan. Proses perlakuan ini akan mempengaruhi kualitas pelat baja terutama akibat pemberian tekanan (stress) dalam proses bending pelat, dan bending line heating dalam proses pemanasan dan pendinginan..

Posisi pelat baja lambung kapal terbagi dalam tiga bagian yaitu : (1) Selalu tercelup air (pelat lajur alas, pelat lajur bilge, dan pelat lajur sisi sampai sarat minimal), (2) Keluar masuk air (pelat lajur sisi kapal dari syarat minimal sampai sarat maksimal), (3) Tidak tercelup air (pelat lajur sisi mulai dari sarat maksimal sampai main deck). ini adalah hal mendasar terang Nanang

Konstruksi bagian  kapal harus kuat agar dapat menahan beban dari berat kapal sendiri maupun muatan, dan juga tekanan dari luar (terutama dari air laut untuk daerah bagian lambung kapal yang tercelup). Baja kapal (jenis MARINE) yang digunakan untuk kapal harus mempunyai kekuatan tinggi dan sesuai dengan peraturan-peraturan Biro Klasifikasi Indonesia. Baja yang digunakan untuk bagian lambung kapal ada dua macam yaitu baja dengan kekuatan tarik 48 kg/mm2 – 60 kg/mm2 serta baja dengan kekuatan tarik 50 kg/mm2 – 63 kg/mm2, selain itu juga digunakan baja tempa yang memiliki kekauatan tarik minimal 41 kg/mm2 (BKI, 2006).

Apakah KMP MUNAWAR memiliki spesifikasi itu ? Itu pertanyaan yang masih mengelitik di kepala Nanang…

 * (Dosen Teknik Mesin Universitas Samawa/mhs pascasarjana (S2) teknik mesin Univ.Brawijaya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar