Minggu, 11 Agustus 2013

PLN Akan Bangun Pembangkit Listrik Biomassa di Dompu

DIREKTUR PLN WILAYAH INDONESIA TIMUR, VICKER SINAGA 
Sumbawa, PSnews – PT. PLN (persero) telah menargetkan rampungnya pembangunan pembangkit listrik biomass di Kecamatan Manggalewa, Kabupaten Dompu, NTB pada 30 Nopember 2013. Bahan bakar pembangkit berasal dari limbah pertanian dalam hal ini tongkol jagung yang memang cukup tersedia di lokasi. Selama ini limbah tongkol jagung tidak termanfaatkan dan hanya menjadi sampah.

Direktur PT PLN Wilayah Indonesia Timur, Vicker Sinaga, dalam kunjungan kerjanya ke kantor PT PLN Area Sumbawa, Rabu malam (24/07/2013), menerangkan, pihaknya ingin menjadikan Dompu sebagai pembangkit pertama menggunakan termal (biomassa) pengganti diesel. Di mana bahan bakarnya juga bisa menggunakan sekam padi dan limbah pertanian lain. Upaya ini sebagai bentuk simbiosis mutualisme dengan lingkungan dan masyarakat setempat.

Kebutuhan limbah dimaksud untuk pembangkit listrik biomassa hanya sekitar 30 ton per hari. Per 1 tonnya bisa menghasilkan 20 Megawatt. “Ini janji saya ke pak Dahlan Iskan, harus jadi tanggal 30 Nopember 2013. Kami sudah tos,” ujarnya.

Menurutnya, jika untuk membangun pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang banyak. Tapi untuk membangun pembangkit listrik termal atau biomassa tidak membutuhkan waktu lama.

Proyek ini menjadi percontohan pembangkit 1,2 Megawatt yang akan dicopy di sekitar 100 Kabupaten se Indonesia. Sebab PLN tidak boleh lagi membangun pembangkit tenaga diesel dan tidak boleh membeli juga. Selama ini, PLN selalu bergantung dengan bahan bakar solar yang kerap diimpor dari negara lain menggunakan uang negara. Sementara Indonesia memiliki biomassa yang bisa dimanfaatkan untuk menyuplai energi.

Bahkan di Selayar, terang Vicker, nanti akan memanfaatkan batok kelapa yang energy 1,5 kilogram bisa menghasilkan 1 KWh listrik. “Batok kelapa kan murah. Sudahlah kita manfaatkan lokal wisdom saja. Apa yang ada digunakan. Kalau ada air, gunakan air. Kalau ada batok kelapa, gunakan batok kelapa. Kalau ada tongkol jagung, gunakan tongkol jagung. Kalau yang ada hanya sekam padi, gunakan sekam padi. Kalau tidak ada lagi, gunakan energy matahari, cuma matahari terbatas harus disimpan di baterai dulu dan mahal, ” tandasnya.

Sejauh ini pihaknya bekerja keras untuk mengejar tenggat waktu pengoperasian per 30 Nopember 2013 tersebut. Baik kelengkapan pendukung dan manajemennya pun dinyatakan siap dan sudah dirubah.

PLTA di Sumbawa Dalam Rencana
Menyangkut wacana pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Lunyuk, Vicker menyebutkan, bahwa hal tersebut sudah menjadi agenda PLN. Tapi sebenarnya itu akan dibangun secara bertahap. Kemungkinan di atas tahun 2017, sebab sejauh ini kebutuhan listrik di Sumbawa dan Sumbawa Barat terbilang masih mampu disuplai melalui PLTD Labuhan.

Jika membangun PLTA untuk saat ini atau dalam waktu dekat, akan membebani anggaran pemeliharaan. Selama itu masih memenuhi beban minimum, maka akan memanfaatkan sumber tenaga yang ada.

Menyinggung soal isu masih banyaknya usulan pemasangan baru yang mandeg di PLN Pusat, Vicker menegaskan, tidak ada yang mandeg. Apalagi Propinsi NTB merupakan anak emas dari Pemerintah dalam hal pemberian dan pasokan energy listrik. Bahkan NTB sudah menembus rata-rata nasional yaitu 67 persen.
“NTB 3 dari Propinsi yang menjadi perhatian nasional bersama Sumatera Utara dan Kalteng. Jadi tidak ada alasan ada usulan yang mandeg. Kebetulan anggota dewan di Komisi VII banyak berasal dari NTB,” tegasnya.

Tapi sebenarnya, kanjut Vicker, yang menyebabkan kemandegan lantaran jajarannya terlalu lama bertindak. Ia pun meminta agar mengawal proses pengajuan pemasangan sambungan listrik tapi tidak disambung. Jika ditemukan kasusnya, segera dilaporkan ke Kepala Cabang untuk ditindaklanjuti dengan penyambungan bagi pelanggan umum. (PSb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar